Musim semi 2020 nanti, warga negara-negara Eropa bakal dibuat terpikat oleh sebuah mobil elektrik baru yang melintas di jalanan. Mobil tersebut adalah Honda E, yang penampilannya terkesan seperti reinkarnasi modern dari Civic generasi pertama di tahun 70-an, yang kala itu masih berwujud hatchback.
Kesan simpel namun playful itu tidak terhenti di luar, tapi juga berlanjut sampai ke dalam. Interior bergaya kontemporer ini tak hanya mengundang kita untuk segera masuk, tapi juga siap memanjakan para penumpangnya dengan teknologi canggih, dan itulah yang hendak didemonstrasikan oleh Honda baru-baru ini.
Seperti yang bisa kita lihat, dashboard Honda E dihuni oleh layar dari ujung ke ujung. Di ujung kiri dan kanan, ada sepasang layar 6 inci yang bertugas menggantikan kaca spion, menampilkan apa saja yang terlihat oleh kamera di bagian eksteriornya. Konsep ini tidak jauh berbeda dari yang Audi terapkan pada mobil elektrik perdananya, e-tron.
Persis di balik lingkar kemudinya, layar 8,8 inci bertindak sebagai panel instrumen digital. Kemudian tepat di sebelahnya, terdapat dua layar sentuh 12,3 inci yang menampilkan antarmuka dari sistem infotainment-nya. Kenapa harus ada dua? Supaya pengemudi dan penumpang di sebelahnya tidak harus saling berebut akses.
Ya, kedua layar infotainment ini bisa dioperasikan secara terpisah. Jadi semisal sang pengemudi sedang sibuk mengakses sistem navigasi, penumpang di sebelahnya bebas meracik playlist musik untuk menemani perjalanan. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan sentuhan, dengan tampilan antarmuka yang sengaja dibuat semirip mungkin dengan smartphone supaya terasa familier.
Integrasi smart assistant tentu saja tidak ketinggalan, apalagi mengingat tahun lalu Honda sempat mengumumkan kemitraan strategisnya bersama SoundHound. Honda Personal Assistant, demikian nama resminya, siap merespon perintah-perintah suara pengemudi dan penumpang yang disampaikan dengan bahasa percakapan sehari-hari, sekaligus menyalurkan akses ke beragam layanan online.
Dukungan Android Auto dan Apple CarPlay tentu juga tersedia. Pemilik Honda E bahkan dapat meneruskan video yang ditontonnya di ponsel menuju ke layar besar di dashboard, tapi ini hanya bisa dilakukan saat mobil sedang diparkir atau di-charge.
Satu hal yang saya suka dari dashboard Honda E adalah bagaimana desainernya masih mementingkan eksistensi input fisik. Persis di depan layar infotainment-nya, kita bisa melihat sederet tombol dan kenop, demikian pula seabrek tombol yang terdapat di setir.
Sistem pendingin Honda E pun bahkan masih harus dioperasikan via panel tersendiri, tidak seperti Tesla Model 3 yang menurut saya kelewat canggih hingga akhirnya menyusahkan pengemudi dan penumpang dengan segala fungsinya yang harus dikendalikan melalui layar sentuh.
Honda E tak lupa mengadopsi tren yang sedang hangat di dunia otomotif, yakni menjadikan ponsel sebagai semacam kunci digital mobil, sehingga pemiliknya dapat mengunci dan membuka mobil menggunakan ponsel. Beragam fungsinya pun juga dapat diakses melalui aplikasi pendamping yang terdapat di ponsel, semisal untuk memonitor sisa baterai mobil, atau mengaktifkan sistem pendingin sebelum menaiki mobilnya.