Dark
Light

Dampak Generative AI Terhadap Ekosistem Internet

3 mins read
July 7, 2023
Dampak generative AI terhadap ekosistem internet

Perkembangan generative AI seakan tidak terbendung, dan semakin hari semakin banyak orang yang menggunakan AI seperti ChatGPT maupun Bing Chat untuk menulis email, menulis ulasan produk yang dibeli di platform e-commerce, maupun menulis naskah video YouTube. “AI adalah masa depan internet,” mungkin seperti itu kesimpulan sebagian orang mengenai tren generative AI.

Kalau mengamati perkembangannya, kemungkinan AI memang akan memiliki peran yang sangat besar dalam pembuatan konten ke depannya. Pertanyaannya, apakah konten-konten tersebut akan lebih bagus daripada yang ada sekarang, yang sendirinya bisa dibilang sudah mengalami degradasi kualitas karena faktor-faktor seperti search engine optimization (SEO) dan lain sejenisnya?

The Verge berargumen bahwa AI punya peluang besar untuk merombak ekonomi internet. Yang tadinya mengandalkan konten bikinan orang-orang, nantinya mungkin akan tergantikan oleh konten bikinan AI. Ini jelas bukan kabar yang baik, sebab seperti yang bisa kita lihat sekarang, konten bikinan AI tidak selamanya bagus dan cenderung kurang bisa diandalkan jika dibandingkan dengan konten bikinan manusia.

Internet dulunya merupakan tempat bagi para individu untuk menciptakan sesuatu. Mereka menciptakan website, forum, milis, dan sejumlah uang dari situ. Kemudian perusahaan-perusahaan datang dan menunjukkan bahwa itu semua bisa dibuat lebih baik olehnya. Mereka pun menciptakan platform yang kaya fitur, dan membuka pintu aksesnya lebar-lebar ke semua orang.

Platform-platform ini ibarat sebuah kardus kosong yang diletakkan di depan kita, yang kemudian kita isi dengan teks dan gambar, sebelum akhirnya didatangi oleh orang-orang yang ingin melihat isi dari kardus tersebut. Ketika isi kardus beserta orang-orang yang berkunjung sudah semakin banyak, mulailah perusahaan melancarkan strategi untuk meraup keuntungan. Dengan AI, alurnya jadi jauh lebih sederhana.

Asalkan anggarannya cukup, AI dapat menciptakan konten dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Kontennya pun bukan sekadar teks dan gambar saja, tapi juga musik, dan tidak lama lagi video. Sederhananya, output yang AI hasilkan dapat dengan mudah menandingi yang dihasilkan oleh platform-platform andalan kita dari segi kuantitas, tapi sayangnya tidak dari segi kualitas.

Ancaman generative AI bagi platform online

AI dilatih menggunakan data dan informasi yang selama ini dapat diakses oleh publik di internet. Sejumlah perusahaan melihat praktik semacam ini sebagai sebuah ancaman. Salah satu contohnya adalah Reddit, yang berniat untuk menaikkan tarif yang diperlukan untuk mengakses API mereka, dengan alasan mereka tidak mau datanya dicomot oleh AI begitu saja.

“Korpus data Reddit sangatlah berharga,” ucap pendiri sekaligus CEO Reddit, Steve Huffman, dalam wawancaranya dengan New York Times. Namun kami tidak perlu memberikan semua nilai tersebut secara cuma-cuma kepada beberapa perusahaan terbesar di dunia,” imbuhnya.

Tentu saja ada faktor lain yang juga menjadi pertimbangan, apalagi mengingat Reddit sudah berencana untuk masuk ke bursa saham dalam beberapa bulan ke depan, dan meningkatkan angka pemasukan merupakan upaya yang wajar dalam fase-fase seperti ini. Terlepas dari itu, keputusan Reddit ini menunjukkan bagaimana AI bisa mengubah pandangan perusahaan terkait keterbukaan platformnya.

AI juga dilihat sebagai ancaman oleh Wikipedia. Berdasarkan laporan Vice, kehadiran AI memicu perdebatan di kalangan moderator Wikipedia. Ada yang menilai AI bisa membantu mereka menulis artikel dengan lebih cepat dan dengan cakupan yang lebih luas. Namun tidak sedikit juga yang meragukan kompetensi AI, utamanya yang berkaitan dengan kecenderungannya untuk mengarang. Informasi yang keliru karena merupakan hasil karangan jelas bakal berdampak fatal bagi platform seperti Wikipedia.

Problemnya jadi semakin serius ketika kekeliruannya sulit untuk diidentifikasi. Hal ini sempat dibuktikan oleh Stack Overflow tahun lalu. Forum andalan kalangan programmer itu adalah salah satu yang pertama melarang penggunaan ChatGPT tidak lama setelah chatbot tersebut dirilis.

Alasannya kala itu adalah karena jawaban dari ChatGPT sering kali kelihatan baik-baik saja sepintas, namun setelah diamati ternyata terbukti keliru. Dengan kata lain, hasil tulisan AI sering kali memang terkesan meyakinkan, terlepas dari benar atau tidaknya informasi yang tercantum. Menurut para moderator Stack Overflow, menyortir hasil jawaban AI memakan terlalu banyak waktu dan tenaga, sehingga pada akhirnya mereka memilih untuk melarang penggunaan AI sepenuhnya.

Yang mungkin lebih mengkhawatirkan bagi ekosistem internet secara luas adalah rencana Google di ranah AI. Seperti yang kita tahu, Google saat ini tengah bereksperimen dengan integrasi generative AI di Google Search, dan ini pun juga dilihat sebagai suatu ancaman serius oleh sejumlah pihak.

Pimpinan redaksi Tom’s Hardware, Avram Piltch, menyebut AI Google Search ini sebagai “mesin plagiarisme”. Menurut observasinya, hasil ringkasan AI Google yang disajikan di paling atas sering kali menyalin teks dari berbagai situs, sementara tautan menuju ke sumber aslinya malah ditempatkan jauh di bawah. Praktik ini berpotensi mengurangi traffic berbagai situs secara signifikan.

Google memang sudah sejak lama menuai protes terkait hal serupa, namun dampaknya diprediksi akan semakin besar dengan adanya AI. Kalau diteruskan hingga menjadi standar baru, praktik ini mungkin bisa merusak seluruh internet. Situs-situs yang traffic dan pemasukannya berkurang kemungkinan besar akan gulung tikar, dan Google sendiri mungkin akan kehabisan konten buatan manusia untuk dikemas ulang menjadi ringkasan AI.

Perubahan semacam ini dimungkinkan oleh dinamika AI, yang menghasilkan konten murahan berdasarkan usaha orang lain. Jika Google terus melanjutkan eksperimen pencarian berbasis AI-nya seperti sekarang, hasilnya mungkin akan sulit untuk diprediksi.

Secara umum, hal ini mungkin dapat merusak sebagian besar ekosistem internet yang berharga bagi kita, mulai dari blog resep, ulasan produk, situs hobi, situs berita, sampai situs wiki. Kemungkinan, situs-situs tersebut akan mencoba bertahan dari ‘serangan’ AI dengan membatasi akses dan mengenakan biaya, akan tetapi hal ini tentu akan mengubah struktur ekonomi internet secara signifikan.

Gambar header: Pexels.

ASUS ROG Ally 1
Previous Story

ASUS ROG Gelar Penjualan Perdana ROG Ally Pada 14 Juli, Ada Hadiah Eksklusif Untuk 100 Gamer Pertama

Next Story

Seagate akan Memasukkan SSD NVMe PCIe Gen 5 ke Indonesia dengan Firecuda 540

Latest from Blog

Don't Miss

Lenovo-Hadirkan-3-Laptop-Copilot+-PC-Bertenaga-AI-di-Indonesia,-dengan-Intel,-AMD,-Hingga-Qualcomm

Lenovo Hadirkan 3 Laptop Copilot+ PC Bertenaga AI di Indonesia, dengan Intel, AMD, Hingga Qualcomm

Lenovo telah memperkenalkan jajaran laptop Copilot+ PC terbaru yang ditenagai

Solusi AI Menarik Hadir Dari Pemenang Samsung Innovation Campus

Inovasi teknologi sering kali lahir dari kepekaan terhadap masalah di