Prediksi tentang berpindahnya platform TV ke internet bukanlah satu-satunya ancaman bagi jatuhnya TV jaringan dalam hal pemasukkan, berita yang saya dapatkan ini malah menambah ketar-ketir industri TV jaringan secara keseluruhan.
Kita semua tahu sumber pemasukan sebuah TV jaringan (Network TV) didominasi oleh pemasangan iklan, dengan perhitungan efektivitas secara sederhana bahwa tiap pasang mata yang menonton program TV yang ditayangkan adalah jumlah exposure yang bisa dikonversikan pada rate pemasangan iklan tersebut. Artinya keberadaan penonton yang “terpaksa” menonton iklan-iklan tersebut jadi sangat penting bagi kelangsungan hidup industri ini. Pertanyaannya adalah apa yang terjadi jika penonton difasilitasi sebuah “alat” untuk menskip iklan-iklan tersebut?
Seperti yang ada di artikel yang linknya saya sertakan di atas, pada bulan Agustus lalu tiga TV jaringan besar di Amerika Serikat (CBS, NBC dan Fox) meminta pengadilan negara bagian California untuk memblok penggunaan teknologi ad-skipping yang dimiliki oleh jaringan satelit TV berlangganan Dish TV yang mereka sebut dengan “Hopper” dan “PrimeTime Anytime” yang memungkinkan para pelanggan untuk melewatkan iklan-iklan yang muncul pada TV-TV jaringan tersebut. Mereka menganggap dengan menawarkan alat tersebut maka Dish TV melanggar hak cipta dan perjanjian pengiriman ulang konten. Selebihnya Anda bisa membaca beritanya di link yang saya sertakan di atas.
Yang ingin saya soroti adalah kita semua sadar bahwa industri TV ini sedang ada di persimpangan. Dengan adanya prediksi perpindahan platform TV ke internet saja saya pikir sudah cukup untuk membuat industri ini (sebaiknya) berfikir untuk mencari pola baru bisnis mereka. Kita masih ingat peristiwa peperangan peer-to-peer sharing yang bisa disebut sebagai never-ending war di dunia file-sharing, khususnya audio & video, dan di sini kita semua bisa melihat betapa teknologi sangat berperan dalam menentukan masa depan bisnis model sebuah industri, yang artinya mau tidak mau industri harus mempertimbangkan perkembangan teknologi sebagai tolok ukur keputusan masa depan perusahaan.
Kembali ke kasus TV jaringan versus Dish TV, saya melihat karena teknologi yang digunakan masih berjalan pada set-top-box yang di provide oleh Dish TV, maka ada kemungkinan TV jaringan bisa memblok layanan tersebut, namun jika platform sudah berpindah ke internet maka akan dimulai babak baru dari never ending war yang kali ini ada pada industri TV, ingat teknologi akan sulit dibendung jika masuk ke ranah publik 🙂
Bagaimana menurut Anda?
Abang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.
Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager dan sempat pula menjabat sebagai Country Manager untuk Thoughtbuzz, sebuah perusahaan start-up social media monitoring. Kini ia menjabat sebagai konsultan social media bagi The Jakarta Post Digital.
Untuk mendapatkan update terbaru, Anda bisa mengikuti @bangwinissimo di Twitter, atau membaca blognya di bangwin.net.