Dark
Light

Cerita Perjalanan Bisnis Andi Boediman: Ketika Passion Mengendalikan Rasa Cemas dengan Integritas

5 mins read
July 1, 2020

Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.

Serial entrepreneur itu langka. Terutama ketika seseorang berhasil mengubah passion menjadi sesuatu yang menghasilkan uang. Andi Boediman sangat beruntung menjadi bagian dari klan spesial ini. Saat ini ia sedang sangat antusias dengan hasratnya dalam industri film sembari menjalankan bisnis investasi, Digital College, serta Digital Marketing Agency.

Setelah mengampu pendidikan di US, tujuan awalnya adalah menjadi seorang desainer. Dalam perjalanannya, ia membangun karir sebagai orang yang kreatif, memulai sebuah perusahaan desain yang berubah menjadi agensi pemasaran. Semangatnya terhadap pendidikan mendorongnya untuk membangun sekolah teknologi dan kreatif bernama IDS Digital College.

Aksi debutnya di industri digital adalah ketika ia mendirikan Plasa.com, sebuah perusahaan e-commerce di bawah grup Telkom. Andi mencicipi pahit manisnya dunia entrepreneurship untuk mendirikan perusahaan dari bawah hingga berhasil menjalin kemitraan dengan eBay.

Ia mendirikan Ideosource sebagai modal ventura untuk menanamkan modal di perusahaan tahap awal (startup) dan dalam 9 tahun terakhir telah berinvestasi di 27 perusahaan teknologi.

Saat ini, ia menjabat sebagai CEO di Ideosource Entertainment, kini telah berinvestasi dalam 15 film, dan akan terus bertambah. Selain itu, ia juga duduk sebagai Komisaris di Bhinneka.com, salah satu e-commerce B2B terkemuka di Indonesia. Ia juga seorang pendiri dari IDS Digital College, sebuah sekolah teknologi & kreatif.

Andi Boediman akan memasuki usia emasnya di tahun ini. Ia telah ditempa selama lebih dari 20 tahun dan bersedia berbagi beberapa pengalaman berharga melalui sesi ini.

Dimulai dari kapan Anda pertama kali mengalami ketertarikan dengan industri kreatif atau film secara spesifik?

Saya pernah belajar film di New York pada tahun 1999. Ketika saya kembali ke Indonesia, hampir tidak ada industri film lokal yang berjaya. Setelah berpetualang di industri kreatif, saya memulai Ideosource Venture Capital bersama Edward pada tahun 2011, kami mpraktis menjadi dana kelolaan pada tahun 2014. Sekitar tahun 2017, ketika seluruh dana telah didistribusikan, kami memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya?

Pada 2016, saya menonton film Cek Toko Sebelah dan sangat menyukainya. Lalu, ketika saya menonton film Kartini, karya itu solah-olah berbicara kepada saya. “Seseorang disebut pahlawan, bukan karena perjalanan hidupnya, namun ditentukan oleh satu momen”. Kartini, misalnya, adalah ketika ia mengorbankan dirinya untuk menikah agar dapat membangun sekolah bagi anak perempuan. Saya sangat terinspirasi oleh sudut dan perspektif film ini.

Pada 2017 saya memutuskan untuk kembali menoleh pada hasrat saya dalam film dengan mempelajari industrinya. Saya menyadari bahwa saya harus memanfaatkan pengalaman saya dalam investasi untuk bisa memasuki industri film. Pendekatan yang kita gunakan adalah manajemen risiko, tidak jauh berbeda dengan konsep Modal Ventura.

Ideosource Entertainment
Ideosource Entertainment

Dengan pendekatan yang didorong oleh passion disisipkan sejumlah perhitungan dan logika yang sesuai, kami sekarang telah berinvestasi dalam 15 film secara total. Dengan beberapa film terkenal seperti Keluarga Cemara & Gundala, dana pertama ini sebenarnya dapat dikatakan investasi ramah tamah. Saat ini kami tengah menggalang dana untuk berinvestasi dalam film & serial untuk beberapa kekayaan intelektual (intellectual property) terbaik di Indonesia.

Dari sisi venture capital, apa yang mendorong Anda mendirikan Ideosource? Ada cerita apa dibalik didirikannya modal ventura ini?

Pada tahun 2009, saya direkrut untuk memulai startup di Telkom. Saya mengatur Plasa.com sebagai situs web e-niaga dan membawa eBay menjadi mitra. Kontrak berakhir pada 2011 dan saya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Bersama dengan mitra saya Edward Chamdani, saya bertemu dengan pendiri ekuitas swasta Northstar dan pendiri Trikomsel.

Mereka berbagi wawasan yang bijaksana. Dengan lansekap ekonomi saat ini, pertumbuhan teknologi dan populasi Indonesia berjalan sepanjang waktu itu, itu adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam startup melalui modal ventura.

Kami mulai dengan model inkubasi. Satu perusahaan yang menunjukkan hasil positif adalah Touchten, itu dikalikan 7 kali lipat. Setelah keluar dari beberapa ekuitas kami, kami memulai struktur dana yang tepat pada tahun 2014. Kami bertemu dengan Sinarmas Group dan mereka menjadi LP eksternal dan mitra pertama kami. Hingga saat ini, kami telah tumbuh hingga USD $ 15 juta.

Plasa.com launching
Launching Plasa.com

Dalam menentukan portfolio, apa yang menjadi metrik Anda dalam menilai sebuah perusahaan layak untuk di-invest?

Ketika Anda melakukan investasi, Anda berinvestasi dalam dua hal. Pendiri dan masalahnya. Pertama, apakah Anda percaya pendiri adalah seseorang yang mampu menyelesaikan masalah? Kedua, seberapa besar masalahnya? Ketika Anda yakin masalahnya cukup besar dan ini adalah pendiri yang baik, maka Anda memberinya sumber daya tanpa batas. Model ini bekerja terutama dalam investasi benih.

Sebagai contoh, salah satu portofolio kami adalah eFishery. Kami hampir tidak mengerti tentang industri perikanan. Kami melihat bahwa pendiri adalah pendiri yang kuat dan benar-benar memahami masalahnya. Kami memutuskan untuk berinvestasi bersama dengan modal ventura lain yang memahami industri akuakultur, sementara kami berkontribusi untuk membuka jaringan lokal. Dengan semakin masuk ke dalam rantai nilai industri perikanan, perusahaan tumbuh secara signifikan dan sekarang bernilai 20 kali lipat dari saat kita masuk ke perusahaan.

Dalam industri film, kami berinvestasi pada produser, yang bertanggung jawab untuk memproduksi film dan menjalankan bisnis. Dia mempekerjakan sutradara film. Kami berinvestasi pada produsen berpengalaman dengan kemampuan yang telah terbukti dalam merilis dan mendistribusikan film komersial.

Masalahnya dengan produsen baru ke industri, seseorang dapat membuat produk tetapi tidak menjamin kesuksesan komersial. Hanya ada segelintir direktur yang dapat menarik perhatian orang melalui kreasi mereka. Setelah melihat angka industri, kekuatannya terletak pada film berbasis IP dengan produser berpengalaman.

 

Anda akan segera memasuki usia emas tahun ini. Selama mengarungi perjalanan sebagai seorang serial entrepreneur lebih dari 20 tahun, bagaimana Anda mengetahui bahwa sudah berada di jalur yang tepat?

Saya tidak pernah memutuskan sesuatu secara instan dengan mengetahui itu adalah keputusan yang tepat. Kebanyakan keputusan besar yang saya buat melibatkan insecurity. Misalnya, ketika saya menerima tawaran Telkom pada tahun 2009, pekerjaan itu membuat saya sangat tidak aman karena saya tidak pernah membangun bisnis e-commerce sebelumnya. Namun, saya mengerahkan semua upaya, waktu, dan sumber daya dalam mengerjakan segala sesuatunya. Hal ini kembali terjadi ketika saya pertama kali mendirikan VC atau memasuki industri film. Saya menempatkan diri dalam sebuah hal yang penuh tantangan lalu berusaha yang terbaik dalam menjalankannya.

International Young Design Entrepreneur Award
International Young Design Entrepreneur Award

Selama pandemi, bagaimana masa krisis ini berdampak pada bisnis dan investasi Anda?

Kita kerap kali berhenti berinvestasi di saat krisis. Pelajaran hidup mengajarkan saya bahwa investasi di masa krisis memiliki kemungkinan untuk berdampak besar. Keputusan ini dibuat untuk bertahan hidup, melawan segala rintangan. Kami berinvestasi di GoPlay, dan menciptakan sinergi dengan Cinepoint, aplikasi pemeringkat film box office yang sebelumnya juga kami investasikan.

Kami membangun beberapa model bisnis baru selama pandemi. Kami membuat distribusi film. Selanjutnya, memugar beberapa hak cipta dari IP lama untuk mengubahnya menjadi film. Selama pandemi, kami memiliki waktu luang untuk finalisasi beberapa model bisnis. Satu hal mengenai krisis, naluri bertahan hidup menjadi lebih tajam ketika Anda memiliki tekanan besar.

Menurut Anda, apa pengalaman berharga selama menjadi serial entrepreneur yang bisa menjad contoh untuk orang-orang di sekitar?

Menurut saya, untuk bisa berhasil, seseorang tidak bisa hanya mencontoh perbuatan orang lain,  namun pembelajaran terjadi ketika kita memiliki wawasan dan pola pikir yang tepat guna. Apa yang telah saya pelajari sepanjang perjalanan ini adalah memiliki pola pikir yang scalable. Jika kita hanya berpikir untuk menggandakan ukuran bisnis kita saat ini, biasanya kita berpikir untuk menggandakan usaha. Tetapi jika kita memiliki objektif 10 kali lipat dari skala saat ini, kita akan bisa menganalisis rantai nilai, model bisnis dan mengeksplorasi inovasi lainnya. Kemudian, cobalah untuk mencapai objektif ini dalam waktu 5 tahun.

from mind to market

Apakah Anda merasa bahagia dengan pencapaian saat ini? Apa yang menjadi target selanjutnya?

Saya bercita-cita untuk pensiun sebagai filmmaker. Di sini, saya berkesempatan untuk membuat sejumlah film. Jadi, jika ditanya bagaimana perasaan saya, tentu hal ini membuat saya bahagia.

Saya belum bisa menjawab apa yang ingin saya capai selanjutnya, tetapi paling tidak hal itu harus bisa berdampak 10 kali lebih baik dari apa yang saya lakukan saat ini.


Artikel ini ditulis dalam Bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Previous Story

The Role of IMI in Indonesian Sim Racing Ecosystem Development

Next Story

Bahasa.ai Secures Follow-on Funding Led by East Ventures

Latest from Blog

Don't Miss

Semakin Banyak Developer Game yang Tertarik dengan Blockchain Game

Belakangan, semakin banyak developer game yang tertarik dengan blockchain game.
(Ki-ka) Partner Tunnelerate Ayunda Afifa, Bharat Ongso, Ivan Arie Sustiawan, and Riswanto / Tunnelerate

Co-Founder dan eks-CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan Ingin Bangkitkan “Founder” Startup Lokal Melalui Perusahaan Modal Ventura Tunnelerate

“Someday I would like to give back to the community.”