Pemerintah Indonesia mentargetkan Indonesia dapat masuk ke posisi kedua daftar negara dengan broadband terbaik di Asia Tenggara. Target ini dikatakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan teralisasi pada tahun 2019 mendatang. Untuk merealisasikan target tersebut Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah, terkait dengan pembangunan infrastruktur pendukung untuk penyediaan layanan broadband yang menyeluruh.
Sinergi antara pemerintah dan operator telekomunikasi juga harus dijalin secara intend untuk perluasan cakupan konektivitas tersebut, dengan tantangan letak geografis Indonesia yang berpulau-pulau. Menteri Kominfo Rudiantara dalam sebuah acara di Hotel Century Atlet Jakarta Selasa lalu menyampaikan, “Sekarang broadband Indonesia menduduki peringkat empat di ASEAN setelah Singapura, Malaysia, Thailand. Kalau kita konsisten, katakanlah dalam pengembangan 4G sampai tahun 2019, kita akan bisa menduduki posisi nomor dua setelah Singapura.”
Rudiantara juga menyampaikan bahwa saat ini pemerinta juga masih terus mengupayakan optimalisasi jaringan seluler agar bisa dipakai untuk menggelar layanan telekomunikasi pada teknologi 4G secara menyeluruh. Rudiantara mengatakan:
“Frekuensi 900 MHz sudah diimplementasikan, selanjutnya frekuensi 1800 MHz akan segera menyusul tahun ini. Ada beberapa jenis frekuensi lagi yang sedang kita siapkan migrasi ke 4G. Setelah 1800 MHz kita akan mengupayakan frekuensi 2100 Mhz. Lalu ada juga 2300 MHz yang lebih kompleks lagi karena ada BWA yang regional 3 MHz belum dialokasikan.”
Operator telekomunikasi di Indonesia saat ini tengah bersiap menggelar layanan 4G di frekuensi 1800 Mhz. Upaya untuk melakukan realokasi frekuensi agar pita yang dimilikinya optimal untuk melayani pemanfaatan 4G secara komersial. Pemerintah juga mengharapkan bahwa layanan 4G di frekuensi 1800 Mhz bisa mulai dimanfaatkan di tahun ini.
Menurut menteri yang kerap dipanggil Chief RA terdapat dua pokok utama terkait dari optimalisasi broadband di Indonesia, yaitu terkait dengan implementasi broadband itu sendiri secara maksimal dan bagaimana mendorong pemanfaatan broadband tersebut sehingga dapat memberikan efisiensi pada produktivitas industri dalam negeri.
Berbicara terkait dengan broadband di Indonesia, penetrasi fixed broadband (wired) internet di kawasan ASEAN mempunyai tren yang cenderung meningkat setiap tahunnya, sesuai yang tercatat dalam sebuah laporan yang diterbitkan Kominfo. Di Indonesia, penetrasi jumlah pelanggan fixed broadband berada di angka 1 persen. Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan penetrasi pengguna yang terus meningkat. Jumlah pelanggan fixed broadband Indonesia di tahun 2014 tercatat sebesar 3,2 juta pelanggan.
Terkait kecepatan akses, Indonesia juga sepertinya masih memiliki berbagai pekerjaan rumah untuk membuatnya lebih optimal.
Kembali lagi kepada salah satu yang menjadi tantangan optimalisasi broadband di Indonesia yang selama ini cukup dominan yaitu masalah persebaran. Tak usah jauh-jauh menilik jangkauan layanan di luar pulau Jawa, bahkan di banyak daerah di Jawa pun, terutama di luar kota-kota besar, masih memiliki banyak masalah tentang jangkauan broadband yang stabil. Saat di Jakarta dan kota-kota besar lainnya sudah banyak berbicara tentang 4G, di banyak daerah 3G pun masih banyak yang belum optimal.
Jika cita-cita pemanfaatan broadband benar-benar untuk mendukung terbentuknya masyarakat madani yang memiliki kemandirian, terutama dengan adanya industri mandiri yang ingin didukung dengan efektivitas teknologi komunikasi, maka pemerataan harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Bahkan, justru dengan adanya pemerataan jangkauan teknologi komunikasi seperti ini yang bisa lebih menghubungkan isu-isu yang ada di daerah (dan pelosok) dengan pemangku kebijakan yang ada di pusat.
Jadi, semoga apa yang ditargetkan pemerintah di tahun 2019 mendatang benar-benar bisa berdampak bagi Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya daerah tertentu saja yang menjadi showcase atau sampel survei.