Suatu pengumuman mengejutkan, tapi sudah diprediksi sebelumnya, dilansir oleh Research in Motion (RIM). Pembuat ponsel pintar populer ini mengumumkan ketersediaan tablet PlayBook-nya pertengahan April di Amerika Serikat dan Kanada. Kabarnya PlayBook akan masuk Indonesia setidaknya awal Mei. Yang mengejutkan bukan konfirmasi tanggal peluncurannya, melainkan dukungan PlayBook terhadap aplikasi Android yang kompatibel dengan Sistem Operasi versi 2.3 (Gingerbread). Selain itu PlayBook juga mendukung pengembangan aplikasi menggunakan Native C/C++, HTML5, Adobe Flash, dan Adobe AIR, serta dukungan terhadap gaming engine Airplay SDK dan Unity 3.
Pengumuman tersebut nampaknya menghapus arogansi BlackBerry yang kekeuh bertahan terhadap ancaman Android dan iPhone. Melalui rilis persnya, Mike Lazaridis, Presiden dan Co-CEO RIM menyatakan bahwa tambahan aplikasi BlackBerry Java dan Android untuk BlackBerry PlayBook melalui BlackBerry App World akan menyediakan lebih banyak pilihan bagi pengguna dan fleksibilitas platform ini. BlackBerry PlayBook sendiri memiliki sistem operasi BlackBerry Tablet yang dibuat berdasarkan QNX, yang mana pembuatnya diakusisi oleh RIM setahun yang lalu.
Nantinya akan tersedia suatu app player yang dapat menjalankan kedua platform tersebut di atas BlackBerry Tablet OS. Pengembang cukup melakukan pemaketan ulang (repackage), menandai kode (code sign), dan memasukkan aplikasinya yang berbasis BlackBerry Java dan Android-nya ke BlackBerry App World, toko aplikasi milik BlackBerry. Semua ini menjadi mudah berkat kompatibilitas API tingkat tinggi.
Secara total nantinya Tablet OS ini akan mendukung lebih dari 25 ribu aplikasi BlackBerry Java dan lebih dari 200 ribu aplikasi Android. Suatu angka yang masif untuk bersaing dengan pemimpin pasar Tablet, Apple iPad, di mana Steve Jobs mengklaim sudah ada lebih dari 65 ribu aplikasi khusus untuk iPad di luar 300an ribu aplikasi untuk platform iOS secara keseluruhan. Patut diingat bahwa belum tentu aplikasi yang kebanyakan untuk ponsel ini akan (langsung) kompatibel secara keseluruhan dengan Tablet PlayBook karena ukuran layar dan resolusi yang berbeda.
Bagaimana pengembang lokal menyikapi kondisi ini? Jawabannya bervariasi, tapi nampaknya mengingat pengguna Android masih jauh lebih sedikit ketimbang BlackBerry di Indonesia, ini merupakan peluang bagus bagi pengembang Android untuk meningkatkan jangkauan pasarnya. Abul A’la Almaujudy dari Better-B, yang merupakan BlackBerry Alliance Elite Member, mengatakan bahwa pihaknya akan tetap mendukung native app. Menurut mereka pangsa pasar terbesar BlackBerry PlayBook adalah kalangan korporat dan sudah ada permintaan di area ini.
Di lain pihak, Abangkis Pribadi dari MReunion yang merupakan pengembang Android menyatakan bahwa dia ingin melihat dulu tentang konversinya secara teknis dan juga perjanjian lisensinya. Ini penting karena falsafah pengembangan Android dan BlackBerry, meski sama-sama berbasis Java, mungkin ada perbedaan. Setelah kesemuanya ini beres dan sudah ada pasarnya, pihaknya akan memikirkan apakah layak untuk mengatur suatu fragmentasi khusus untuk platform BlackBerry Tablet ini. Sementara ini mereka masih menganggap PlayBook sebagai suatu “Tablet Android” biasa, seperti Motorola Xoom ataupun Samsung Galaxy Tab.
Jangan senang dulu, disebutkan app player untuk menjalankan aplikasi BlackBerry Java dan Android ini baru akan hadir musim panas mendatang. Lebih lanjut soal ini akan ditampilkan saat BlackBerry World Congress 2011 awal Mei ini. Anda juga bisa mengakses laman Pengembang BlackBerry Tablet untuk info terbaru.
PS: silakan cek kembali pengalaman editor kami Wiku Baskoro mencobai BlackBerry PlayBook saat BlackBerry Developer Conference Asia beberapa waktu yang lalu.
karena implementasi dalvik vm pakai lisensi apache v.2 maka hal ini legal.
pokona mah hidup AIR.. #halah