Beberapa hari yang lalu, Mashable memberitakan survei Salorix yang menyebutkan bahwa Indonesia menduduki posisi tertinggi di Twitter yang membicarakan tentang peluncuran BlackBerry 10. Dari 900 ribu tweets yang menjadi obyek penelitian Salorix, 15% di antaranya berasal dari Indonesia. Indonesia memang masih mencintai BlackBerry, meskipun BlackBerry (dahulu bernama Research In Motion) tidak menempatkan Indonesia sebagai negara awal yang memperoleh device BlackBerry 10, baik Z10 ataupun Q10. Yang menjadi pertanyaan, seberapa sukses BlackBerry 10 nantinya di Indonesia?
Mari kita berangkat dari pernyataan bahwa BlackBerry dicintai di Indonesia karena BlackBerry Messenger-nya. Teknologi messaging ini memudahkan penggunanya untuk berkomunikasi tanpa perlu memikirkan biaya tiap pengiriman pesan. Meskipun demikian, selera pengguna Indonesia tentu berkembang. Mereka tak lagi puas dengan aplikasi messaging semata. Aplikasi permainan dan utilitas lainnya menjadi primadona dan Android menawarkan solusi ini, termasuk dengan harga yang sangat terjangkau. Ini yang mengakibatkan seri-seri Android memperoleh penjualan yang signifikan di tahun 2012.
BlackBerry 10 hadir menggabungkan dua kebutuhan ini. Pertama mereka memberikan BlackBerry Messenger, yang saat ini sudah dikembangkan untuk mengakomodasi layanan video call. Kedua mereka mendorong dibuatnya berbagai berbagai aplikasi untuk BlackBerry 10, baik menggunakan berbagai tools yang didukung oleh BlackBerry 10 maupun porting dari Android. Ada sekitar 70 ribuan aplikasi secara total yang sudah tersedia (di BlackBerry World) saat BlackBerry 10 diluncurkan. Hingga tulisan ini diturunkan, disebutkan peluncurannya di Inggris dan Kanada lebih sukses ketimbang peluncuran Lumia 920 yang menggunakan Windows Phone 8.
Secara teknis, BlackBerry 10 sudah cukup mumpuni meskipun tidak semua aplikasi populer memberikan dukungannya. Yang menjadi masalah, dua device BlackBerry 10 adalah device high end yang saya prediksikan tidak dijual di bawah $500. Secara alami, handset seperti ini akan populer bagi pengunjung mall mewah di kota besar, tapi tidak akan mudah memasyarakat.
Bahkan di kalangan atas sekalipun jika BlackBerry masih kesulitan untuk menarik aplikasi-aplikasi populer, seperti Instagram, Path dan berbagai permainan lainnya, akan sulit untuk menarik perhatian pengguna high end yang sudah terbiasa dengan ekosistem kaya aplikasi di iPhone dan berbagai smartphone Android kelas atas. Toh untuk komunikasi messaging sudah bisa beralih ke WhatsApp, LINE, Skype, FaceTime, iMessage dan sebangsanya.
Dengan kebanyakan pengguna smartphone di Indonesia merupakan pengguna smartphone di bawah $200, device BlackBerry 10 tentu sulit mendapatkan cinta bagi pengguna Android murah (ataupun Windows Phone, di skala lebih kecil) yang sudah memperoleh semua hal dengan harga terjangkau. Kecuali BlackBerry 10 nantinya hadir di kisaran harga di bawah $200, nampaknya BlackBerry bakal sukses mengulang penjualan masif seri Curve di Indonesia dan harus bertekuk lutut dengan berbagai seri Android murah.
Saya yakin BlackBerry sudah memikirkan hal ini, jadi mari kita tunggu penentuan nasib BlackBerry setelah mengeluarkan seri device BlackBerry 10 di kisaran harga ini.