Marketplace reksa dana Bareksa mengungkapkan sedang mencari investor strategis baru untuk pendanaan lanjutan, sebagai upaya mendukung bisnis perusahaan. Rencananya, perusahaan akan mengumumkan identitas investor tersebut pada kuartal II tahun depan.
Hanya saja yang sedikit berbeda, Bareksa tidak sekadar mencari investor untuk dukung pendanaan saja. Melainkan untuk mengnyinergikan Bareksa dengan sumber daya yang dimiliki calon investor tersebut.
“Tahun depan kami berencana mencari investor strategis, ada yang dari asing dan lokal, ada juga yang dari Tiongkok. Kemungkinan kuartal II tahun depan akan diumumkan,” terang Presiden Direktur Bareksa Karaniya Dharmasaputra, Rabu (18/10).
Nantinya, dengan jaringan yang dimiliki investor strategis diharapkan dapat membantu perusahaan menembus pasar tak hanya nasional, tapi juga regional.
Karaniya tidak hanya mengungkapkan rencana mencari investor strategis, tetapi juga pertimbangan untuk melantai di BEI. Menurutnya, rencana itu memang telah menjadi pertimbangan perusahaan sejak pertama kali berdiri. Hanya saja, dia tidak mengungkapkan kapan rencana tersebut akan direalisasikan.
“IPO itu memang telah menjadi pertimbangan untuk mendapatkan tambahan dana segar sejak pertama kali kami berdiri. Namun kami lebih mendahulukan rencana untuk ekspansi ke regional dengan bantuan jaringan investor strategis.”
Pada April 2017, Bareksa memperoleh sejumlah dana segar dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu pemegang saham DOKU, yakni PT Gemilang Dana Sentosa lewat skema right issue. Investor tersebut menguasai 20% saham Bareksa dari total keseluruhan saham.
Pendanaan tersebut merupakan pertama kalinya perusahaan meraup dana dari eksternal sejak dua tahun berdiri. Sebelumnya perusahaan menggunakan dana sendiri untuk proses bisnisnya.
Schroder ikut memasarkan produk reksa dana di Bareksa
Dalam kesempatan yang sama, Bareksa juga mengumumkan bergabungnya Schroder Investment Management Indonesia sebagai perusahaan aset manajemen ke 29 yang berjualan reksa dana secara online. Untuk tahap awal, Schroder memasarkan tujuh produknya, diantaranya adalah jenis pasar uang, pendapatan tetap, dan campuran.
Adapun nama produknya a.l Reksa Dana Schroder Dana Likuid, Reksa Dana Schroder Dana Kombinasi, Reksa Dana Schroder Dana Terpadu II, Reksa Dana Schroder Dana Mantap Plus II, Reksa Dana Schroder Dana Andalan II, Reksa Dana Syariah Balanced Fund, dan Reksa Dana Schroder Dynamic Balanced Fund.
Produk tersebut dipilih lantaran perusahaan mempertimbangkan aspek profil risikonya yang rendah, lantaran pemasaran lewat online lebih menyasar untuk nasabah pemula dibandingkan investor profesional.
“Indonesia adalah negara kepulauan yang luas sehingga sulit memasarkan produk reksa dana jika memasarkan dengan mendatangi satu per satu. Oleh karena itu, kami perlebar jaringan dengan platform online,” tutur Head of Intermediary Business Schroders Indonesia Teddy Oetomo.
Schroder merupakan manajer investasi terbesar di Indonesia dengan dana kelolaan sebesar Rp83,52 triliun per kuartal III 2017. Bergabungnya Schroder, turut menambah daftar total produk reksa dana yang dipasarkan di Bareksa sebanyak 128 produk, setara dengan 20% dari produk reksa dana secara nasional.
Ditargetkan sampai akhir tahun ini, akan ada tambahan satu perusahaan manajer investasi lainnya yang bergabung yaitu Manulife Asset Management Indonesia (MAMI).
Karaniya menargetkan sampai tahun depan dapat menambah sekitar 10-20 perusahaan baru sebagai mitra. Sehingga total akhir perusahaan yang memasarkan produk di Bareksa dapat mencapai 40-50 perusahaan.
“Kami akan tetap selektif dalam memilih produk reksa dana karena tidak semuanya berkinerja baik.”
Perusahaan juga menargetkan sampai tahun dapat dapat menyalurkan dana yang diinvestasikan sebesar Rp1 triliun, saat ini posisinya telah mencapai lebih dari Rp350 miliar dengan jumlah nasabah lebih dari 52 ribu orang.