Dark
Light

Bandung Digital Valley Resmi Diluncurkan [+video]

3 mins read
December 21, 2011

Hari Senin tanggal 20 Desember 2011, Telkom Indonesia secara resmi meluncurkan Bandung Digital Valley (BDV), yang terletak di R&D Center PT Telekomunikasi Indonesia, yang beralamat di Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung 40152.

Dari rilis yang saya terima, penjelasan resmi konsep dari BDV adalah, jembatan antara para teknopreneur atau pengembang aplikasi dengan pasar atau industri sebagai penyerap atau pengguna aplikasi tersebut. BANDUNG DIGITAL VALLEY akan memposisikan diri sebagai sebuah pusat sumber daya (resource pool) bagi simpul-simpul atau hub yang secara terbuka bisa menjadi bagian atau mendapatkan hak akses berbagai aplikasi yang siap dikembangkan.

Bentuk fisik BDV adalah ruangan seluas sekitar 1200m2 yang diperuntukkan bagi para 100 orang developer atau teknopreneur baik pribadi, perusahaan atau institusi yang ingin memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada secara gratis, dengan proses registrasi serta pengajuan proposal yang nantinya akan diseleksi. Telkom juga mengatakan bahwa menyediakan dana sebesar 50 miliar sebagai dana awal selama tiga tahun ke depan selain fasilitas yang sudah ada untuk mendukung BDV.

Beberapa fasilitas yang ada antara lain :

  • Demo room/ Gadget room: ruangan untuk aplikasi atau perangkat yang siap komersialisasi.
  • Creative corner: ruangan untuk bekerja (pengembangan aplikasi)
  • Meeting room: ruangan untuk rapat dan berdiskusi
  • Cafe corner: ruangan untuk bersantai dan bekerja
  • Lounge: ruangan untuk berdiskusi dan bertransaksi.

Karena gratis tentunya ada batasan dalam penggunaan agar mereka yang tertarik bisa bergantian untuk menggunakan berbagai fasilitas yang ada, terutama untuk meja kerja. Setelah berbincang dengan Johanes Adi P. (Manager of Industrial Partnership PT Telkom) yang kebetulan mengundang saya untuk hadir, masa waktu ‘booking’ tempat yaitu dua hari, setelah itu jika masih memerlukan untuk menempati ruang/meja kerja yang ada harus mendaftarkan diri lagi.

Namun selain meja kerja ada pula berbagai fasilitas lain, misalnya cafe (dengan minuman, makanan yang bisa dibeli) jadi jika tempat penuh bisa juga menggunakan meja cafe. Untuk mendaftarkan diri, Anda bisa langsung datang ke lokasi, sedangkan nantinya pendaftaran atau booking tempat dilakukan lewat situs Bandungdigitalvalley.com (situs sudah live dan menurut rencana akan dirilis secara resmi awal tahun depan).

Mekanisme untuk seleksi serta ketentuan lain, misalnya progres pekerjaan serta lawa waktu kerja yang dibutuhkan dalam mengerjakan proyek dengan menggunakan fasilitas BDV nantinya akan didata dan dipantau di web.

Dalam pidato/presentasi di acara peluncuran kemarin, Rinaldi firmansyah – Dirut Telkom mengatakan bahwa perkembangan pengembangan BDV ini sebenarnya telah cukup lama, Telkom juga ternyata telah mengakuisisi Bali Camp, namun dengan berbagai pertimbangan, Telkom akhirnya mengembangkan lembah digital di Bandung. Beberapa alasannya antara lain berbagai faktor pendukung terciptanya ekosistem ICT yang baik ada di Bandung, misalnya saja perguruan tinggi, developer (human resource), serta berbagai elemen lain termasuk kantor pusat Telkom yang ada di Bandung. Ekosistem para pengembang di bidang ICT di Bandung juga sudah cukup berjalan di kota Bandung.

Ekosistem menjadi semacam garis besar yang ingin digarisbawahi atas diluncurkannya BDV, selain itu persoalan koten juga menjadi hal penting. Jika melihat dari sisi Telkom, tentunya konten juga akan berperan besar dalam strategi dan arah perusahaan. Telkom setidaknya memiliki berbagai produk seperti Speedy, Grovia, Mojopia – Plasa, MelOn, dll. Berbagai produk ini tentu membutuhkan konten untuk berkembang. Belum lagi target true broadband dari Telkom tidak akan berarti tanpa asupan konten.

Saya sendiri melihatnya sebagai sebuah peluang atau wadah, meski tetap skeptis, namun fasilitas yang ada semoga bisa membantu menciptakan ekosistem, tentu perkembangan jangka panjang adalah yang terpenting, jangan sampai BDV hanya berkembang sebentar saja. Ruang ini juga semoga bisa menjadi ruang kreatif yang sesuai dengan budaya startup dan atau teknopreneur yang memang dinamis (baca: tidak kaku), dalam pidatonya, Rinaldi Firmansyah juga mengatakan bahwa suasana ‘non resmi’ juga akan diciptakan di BDV. Lokasi yang sama dengan R&D Center Telkom juga bisa menjadi keuntungan tersendiri.

Selain itu BDV juga akan melakukan kerja sama dengan provider teknologi dalam penyediaan sistem, diantaranya Microsoft, CISCO, IBM, SAP serta telah menjalin kerja sama dengan Indigo Venture, MIKTI (Masyarakat Informasi Kreatif  Indonesia), berbagai Perguruan Tinggi/ Politeknik, IAE (Ikatan Alumni Elektro) ITB, dan beberapa komunitas  developer. Tentunya terbuka juga untuk kerja sama dengan venture capital.

Untuk proses kerja sama lain dengan para developer nantinya akan diberlakukan dua arah, jadi bisa saja Telkom mencari developer yang bisa mengembangkan produk/layanan yang sedang dikembangkan, atau sebaliknya, developer yang mengajukan proposal/produk untuk dikembangkan bekerja sama dengan Telkom. Kelebihan ini juga menjadi salah peluang yang bisa dimanfaatkan, minimal ekosistem yang ada disekitar Telkom bisa diolah untuk menjadi peluang bagi developer yang memang mengambil arah yang sama.

Namun lokasi sepertinya masih menjadi masalah, meski memang areanya benar-benar di salah satu lembah di kota Bandung, sesuai namanya, tetapi akses ke lokasi cukup jauh dari pintu utama terutama untuk pejalan kaki (gedung R&D letaknya diujung kompleks Telkom). Kondisi lalu lintas menuju area Gegerkalong Hilir juga merupakan salah satu area macet di kota Bandung, misalnya saja jalan Setiabudi atau jalur lain dari arah Surya Sumantri juga sering kali macet.

Setidaknya beberapa jalur yang harus ditempuh menuju BDV bisa menjadi kendala tersendiri, saya berpikir malah, kenapa tidak membuatnya di area Jl. Supratman Bandung yang lebih dekat dengan Gasibu atau area perkotaan dan akses dekat ke pusat kota, meski mungkin kedekatan dengan area R & D Telkom bisa menjadi salah satu acuan untuk pemilihan lokasi BDV.

Namun, BDV bisa menjadi salah satu pilihan tempat bekerja bagi para developer – pekerja kreatif, lokasi yang jauh dari keramaian, area valley, ruangan yang cukup luas dan nyaman, bisa membantu untuk fokus, dan tentu saja peluang atas adanya ekosistem yang dibangun di sana bisa menjadi kelebihan lain. Semacam bertapa digital di lembah kota Bandung. 🙂

Berikut video suasana Bandung Digital Valley.

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

9 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Opera Mini Usage Doubles as Detik Falls off the Chart

Next Story

Female Daily Network Takes in Angel Investment to Expand E-Commerce Site

Latest from Blog

Don't Miss

Dampak AI Pada Transformasi Bisnis di Indonesia: TELKOM, BUMA, dan DANA Berbagi Pengalaman

Sadar akan potensi besar yang ada pada teknologi AI ini,
utimaco-hadirkan-solusi-keamanan-data-terkini-untuk-pelaku-industri-di-indonesia

Utimaco Hadirkan Solusi Keamanan Data Terkini untuk Pelaku Industri di Indonesia

Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil melebihi 5% sejak