Bagaimana Activision Blizzard Memulai Bisnis Esports?

Langkah pertama Activision Blizzard adalah membangun struktur untuk menyelenggarakan dan menyiarkan turnamen

Sebagai developer dan publisher, Activision Blizzard memiliki sejumlah franchise game, seperti Overwatch, Call of Duty, dan StarCraft. Pada 2015, komunitas gamer telah mengadakan sejumlah turnamen dari berbagai game Activision Blizzard dan menyiarkan pertandingan tersebut di Twitch. Namun, ketika itu, turnamen masih bersifat informal. Activision Blizzard lalu memutuskan untuk membuat divisi media yang bertanggung jawab atas pengembangan esports. Mereka menunjuk Steve Bornstein, mantan CEO ESPN, untuk memimpin divisi tersebut. Selain itu, mereka juga mengajak Mike Sepso, seorang pioneer di industri esports, untuk bergabung dengan divisi baru mereka itu.

Satu tahun kemudian, pada 2016, Activision menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan esports dengan mengakuisisi Major League Gaming (MLG), penyelenggara turnamen esports yang didirikan pada 2002. Dengan ini, Activision memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan dan menyiarkan pertandingan esports. Langkah berikutnya yang Activision ambil adalah mencoba untuk membangun struktur liga esports.

Activision mulai mengadakan Overwatch League pada 2016. Overwatch League menggunakan model franchise dimana tim-tim yang berlaga akan mewakili sebuah kota besar, seperti Los Angeles Valiant, Shanghai Dragons, dan Seoul Dynasty. Dan mulai 2020, Activision juga akan menggunakan sistem kandang-tandang, layaknya olahraga tradisional. Jadi, tim yang menjadi tuan rumah akan menjamu lawannya di markas mereka. Fans bisa membeli tiket untuk menonton pertandingan secara langsung. Penjualan tiket dari pertandingan tersebut menjadi sumber pemasukan baru bagi Activision dan juga organisasi esports yang menjadi tuan rumah.

Call of Duty League juga menggunakan sistem yang sama dengan Overwatch League.

Pada awalnya, Overwatch League hanya diikuti oleh 12 tim, yang membayar biaya franchise untuk bisa ikut serta dalam liga tersebut. Sekarang, jumlah tim bertambah menjadi 20 tim. Sukses dengan Overwatch League, Activision mulai mengadakan Call of Duty League pada tahun ini, yang juga menggunakan sistem franchise. Saat ini, ada 12 tim yang berlaga dalam Call of Duty League. Menurut laporan The Motley Fool, dari penjualan franchise esports, Activision telah mendapatkan US$500 juta.

Bisnis esports Activision memang terlihat cukup sukses. Namun, mereka masih bisa mengembangkan bisnis itu agar menjadi lebih besar lagi. Sebagai publisher, Activision memegang hak atas properti intelektual game. Jadi, mereka memiliki berbagai cara untuk memonetisasi game mereka. Selain itu, mereka juga memiliki game lain yang populer, seperti StarCraft dan Warcraft, yang ekosistem esports-nya masih bisa dikembangkan. Mereka juga bisa mengembangkan liga esports mereka yang sudah berjalan.

Tentu saja, selain keuntungan dari segi finansial, Activision Blizzard juga mendapatkan keuntungan lain dengan mengembangkan bisnis esports. Keberadaan liga profesional membuat komunitas pemain menjadi lebih aktif, mereka bermain game lebih lama dan mereka rela untuk menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game.