Startup p2p lending AwanTunai memperluas produk pembiayaan untuk petani yang mendistribusikan hasil panennya di Sayurbox. Pilot project sudah berjalan untuk petani terpilih yang berlokasi di Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Indramayu.
Kedua perusahaan ini bermitra tak lain karena menjadi sister company yang dirintis oleh co-founder yang sama, ialah Rama Notowidigdo. Keduanya punya kesamaan ambisi ingin memperbaiki hidup para pengusaha mikro.
Co-Founder dan CEO AwanTunai Dino Setiawan menjelaskan, perusahaan tertarik untuk masuk ke segmen ini karena sejalan dengan fokusnya pada pembiayaan UKM dalam rantai pasokan FMCG dan sembako.
“Di hilir kami memiliki warung yang menjual barang ke konsumen akhir dan di hulu ada petani. Jadi petani adalah kelompok UMKM berikutnya yang kami layani,” katanya kepada DailySocial.
Sebelum AwanTunai masuk, Sayurbox belum pernah terlibat dengan petani untuk pembiayaan modal kerja karena selama ini sistem jual lepas. Head of Communication Sayurbox Oshin Hernis menjelaskan, apabila petani memerlukan pinjaman, biasanya perusahaan akan mengedukasi sekaligus merekomendasikannya ke Bank BRI Agro sebagai mitra perusahaan.
Selanjutnya, pihak bank akan melakukan proses seleksi yang didasari oleh data historikal yang dimiliki Sayurbox mengenai petani-petani tersebut. Bank akan mendapat gambaran untuk penentuan skoring kredit sebelum menyetujui pinjaman modal.
Di sisi lain, perusahaan juga membuka sistem kemitraan dalam waktu satu bulan, bila mereka memenuhi sejumlah persyaratan. Seperti kualitas yang diberikan sesuai ekspektasi dan kuantitas dapat terus dipenuhi oleh petani tersebut.
“Apabila dua faktor besar ini dipenuhi, maka Sayurbox akan menawarkan untuk menjadi mitra sebagai bentuk komitmen dan penghargaan yang lebih tinggi. Hal ini merupakan salah satu seleksi kami agar ekspektasi para pelanggan dapat terus menerus terjaga dengan baik oleh para mitra kami ke depannya,” kata Oshin.
Terkait kemitraannya dengan AwanTunai, setiap petani yang direferensikan oleh Sayurbox, tidak ada kriteria khusus mana petani yang bisa memperoleh pinjaman modal. Perusahaan hanya memastikan bahwa petani yang akan direferensikan ini merupakan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan KTP.
“Selebihnya kami memberikan keleluasaan untuk AwanTunai untuk memilih petani yang menjadi supplier kami untuk mendapat fasilitas pinjaman modal.”
Dino melanjutkan, untuk kerja sama ini perusahaan menyediakan fasilitas mulai dari Rp5 juta sampai Rp500 juta per petani yang direferensikan Sayurbox. Tenornya tergolong pendek antara 2 minggu sampai 1 bulan dan bunganya 0,75% per minggu.
“Pengembalian pinjaman melalui virtual account/transfer bank sesuai jatuh tempo. Untuk setiap pengembalian sesuai jatuh tempo akan diberikan cashback oleh kami,” ucapnya.
Dalam mitigasi risiko, perusahaan tidak memberikan pembiayaan dalam bentuk tunai, melainkan dalam program pembiayaan yang berbentuk benih, pupuk, atau input lain yang dibutuhkan untuk pertaniannya. Cara ini dipercaya dapat mengurangi risiko dari gagal bayar, sekaligus belajar dari kesalahan sebelumnya.
Metode ini juga dipakai untuk AwanTempo, produk pembiayaan untuk toko kelontong yang butuh tambahan modal untuk membeli kebutuhan tokonya. Perusahaan bekerja sama dengan supplier untuk memberikan pembiayaan kepada toko kecil tersebut.
“Dalam program pembiayaan pertanian di masa lalu, penyalahgunaan dana pinjaman telah menjadi masalah. Kami ingin menerapkan keberhasilan dari program pembiayaan AwanTempo warung kami kepada petani mikro juga.”
Produk ini sudah digulirkan untuk petani terpilih yang berlokasi di Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Indramayu. Dino mengatakan insight menarik yang ditemukan di lapangan, di antaranya sebagian petani memerlukan pembayaran di depan agar dapat memutar dana untuk melakukan pembelian bahan baku pertanian seperti bibit dan pestisida.
“Secara skema ini mirip dengan cash on delivery (COD) tanpa tambahan waktu. Sementara untuk lahan kebun atau sawah, beberapa petani mengelola lahan milik orang lain yang dilakukan dengan sistem bagi hasil atau sistem sewa lahan.”
Dampak pandemi
Sayurbox menjadi salah satu pemain e-commerce khusus kebutuhan sehari-hari yang terdepan di Indonesia. Sejak dirintis pada 2016, sudah beberapa kali mendapat pendanaan tahap awal dari Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, dan Tokopedia.
Oshin menerangkan, sejak pandemi di akhir Maret-April kemarin, transaksi Sayurbox meroket tajam karena ada panic buying dari pengguna baru. Perusahaan sempat memutuskan untuk menutup transaksi sementara waktu karenanya.
“Namun seiring berjalannya new normal saat ini, transaksi dapat dikatakan signifikan stabil walaupun tingkat kompetisi saat ini meningkat,” ujar Oshin.
Dalam wawancara bersama Tempo, Co-Founder dan CEO Sayurbox Amanda Cole menyebut selama pandemi perusahaan menambah jumlah kemitraan dengan petani dari 50 menjadi 100 orang untuk memenuhi lonjakan permintaan.
Menurutnya, perusahaan beruntung menjadi “tenar” dan terus tumbuh secara eksponensial karena rekomendasi “word of mouth”. Dia berharap setelah pandemi berakhir, akan terbentuk kebiasaan baru masyarakat yang sudah terbiasa berbelanja sayur dan buah secara online.