Dark
Light

Atlet Esports Pensiun di Usia Muda, Lalu Apa?

2 mins read
September 25, 2019
Melbourne Esports Open 2018 - Photo 2
Melbourne Esports Open 2018 | Sumber: Dylan Esguerra/MEO

Batas usia pensiun BPJS Ketenagakerjaan adalah 57 tahun. Atlet olahraga, seperti pemain sepak bola, biasanya dapat pensiun pada umur yang jauh lebih mudah. Menurut Profesional Footballers’ Association (FPA), rata-rata, para pemain sepak bola pensium ketika mereka berumur 35 tahun. Umur pensiun para atlet esports biasanya lebih muda dari pemain sepak bola. Memulai karir ketika umur masih di bawah 20 tahun, pemain profesional bisa mengundurkan diri ketika mereka masih berumur 20-an tahun.

Ialah Michael “Shroud” Grzesiek, mantan pemain profesional Counter-Strike: Global Offensive, yang kini menjadi streamer. Dia memulai karirnya pada 2014 ketika dia masih berumur 19 tahun. Bersama dengan Cloud9, dia berhasil menjadi juara dua di ESL One Cologne 2017 dan menjadi juara pertama ESL Pro League Season 4 pada 2016. Meskipun karirnya terbilang sukses, dia memutuskan untuk mengundurkan diri pada 2018, saat dia masih berumur 23 tahun. Kepada The Hollywood Reporter, Grzesiek mengatakan, dia sering harus berpergian ke berbagai kota dan negara ketika dia masih aktif sebagai atlet esports. Saat itu, dia merasa tidak keberatan. Namun, sekarang, dia mengaku tak lagi ingin melakukan itu.

Setelah mengundurkan diri sebagai pemain profesional, Grzesiek memutuskan untuk menjadi streamer. Sejak itu, dia sukses menjadi salah satu streamer paling terkenal dengan lebih dari 6,9 juta pengikut di Twitch. Tidak hanya itu, dia juga sukses mendapatkan kontrak sponsorship dengan Postmates dan Madrinas Coffee. Dia mengaku, dia tidak akan bisa sesukses sekarang sebagai streamer jika dia tak pernah bergabung dengan Cloud9. Namun, dia baru bisa sukses sebagai streamer setelah dia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai pemain profesional karena sukses menjadi streamer memang bukanlah hal yang mudah.

Sumber: Twitter
Setelah mengundurkan diri, Shroud memutuskan untuk jadi streamer. Sumber: Twitter

“Seseorang yang bekerja sebagai streamer full-time harus berinteraksi dengan fans mereka setiap hari,” kata Head of Esports, United Talent Agency, Damon Lau, seperti dikutip dari THR. “Setiap para pemain esports pasti tahu bahwa menjadi streamer adalah karir alternatif yang bisa mereka ambil. Namun, terkadang, langkah untuk menjadi streamer membingungkan.” Untuk bisa menjadikan streamer sebagai pekerjaan utama, seseorang harus dapat membangun audiens mereka. Bagi pemain profesional, mereka harus melakukan itu sebelum mereka berhenti menjadi atlet esports. Itu artinya, mereka harus dapat menyeimbangkan jadwal latihan wajib bersama dengan tim dan waktu untuk membuat konten.

Jadwal latihan untuk masing-masing tim memang berbeda-beda. Bagi tim esports besar seperti divisi League of Legends 100 Thieves, berlatih enam sampai delapan jam sehari selama lima hari dalam seminggu adalah hal yang wajar. Sementara pada akhir pekan, terkadang para pemain profesional harus berlaga dalam pertandingan. Ini membuat waktu luang para pemain profesional semakin terbatas. “Mereka harus bisa menyeimbangkan waktu, fokus pada kompetisi dan pada saat yang sama, membangun popularitas mereka sendiri,” kata Brice Paccento, Co-founder Bad Moon Talent, badan agensi esports yang baru didirikan. Pria berumur 22 tahun itu memutuskan untuk menjadi pelatih setelah berhenti sebagai pemain profesional.

Pemain 100 Thieves, Bae “Bang” Jun-sik and Zaqueri “Aphromoo” Black| Sumber: Riot Games via The Verge
Pemain 100 Thieves, Bae “Bang” Jun-sik and Zaqueri “Aphromoo” Black| Sumber: Riot Games via The Verge

Lalu, bagaimana dengan tim esports profesional? Apakah mereka mengizinkan para pemainnya menjadi kreator konten? Jacob Toft-Andersen, VP Esports, 100 Thieves mengatakan bahwa pihak manajemen tim tidak keberatan jika para pemain juga membuat konten sebagai streamer. “Kami tidak memaksakan pemain kami untuk melakukan streaming, tapi kami mendorong mereka untuk melakukan itu dan mencoba untuk mengedukasi mereka tentang cara untuk membangun personal brand dan menempatkan diri mereka untuk karir di masa depan,” ujarnya. Selain menjadi streamer, opsi karir lain bagi pemain esports adalah menjadi analis di ESPN atau channel khusus game dan esports seperti VENN, yang baru akan diluncurkan pada tahun depan.

Umur atlet esports memang tidak panjang. Hal ini juga diakui oleh CEO RRQ, Andrian Pauline. Menurutnya, karir pemain profesional biasanya tak lebih dari tiga sampai empat tahun. Karena itu, dia menyebutkan, penting bagi tim esports untuk membuat siklus regenerasi yang baik. Setelah selesai berkarir sebagai atlet esports, seorang pemain bisa masuk ke bagian manajemen, seperti menjadi pelatih atau manajer. Untuk RRQ, mengingat tim itu ada di bawah naungan MidPlaza Holding, mereka juga bisa menawarkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan mereka.

Previous Story

Final Audisi First Warrior Pertama Jaring 8 Bakat Muda Free Fire Dari Medan

Layanan Perjalanan Dinas Airy Business
Next Story

Airy Business Menjadi Layanan Unggulan Airy Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan

Peran Mobile Esports Dalam Pertumbuhan Industri Esports Global

Beberapa tahun belakangan, industri esports memang tumbuh pesat. Setiap tahun,