Atlet Esports Elite Punya Mental Sekuat Atlet Olimpiade

Pasalnya, atlet esports elite menghadapi tekanan yang sama seperti atlet Olimpiade

Menjadi pemain profesional papan atas memerlukan kekuatan mental yang sama dengan menjadi atlet Olimpiade terbaik, menurut studi terbaru yang dilakukan oleh QUT (Queensland University of Technology). Studi yang dirilis di Frontiers in Psychology ini menyebutkan, salah satu kesamaan yang dimiliki oleh atlet olahraga tradisional dan atlet esports adalah kekuatan mental. Alasannya, atlet esports harus menghadapi tekanan yang serupa dengan atlet olahraga papan atas. Jadi, tidak heran jika atlet esports ternama biasanya memiliki mental yang lebih baik. Dalam studi juga disebutkan bahwa psikolog dapat membantu para atlet esports untuk bermain lebih baik, sama seperti mereka membantu atlet olahraga tradisional.

"Salah satu faktor kesuksesan di dunia olahraga adalah kekuatan mental dan tampaknya, faktor itu juga memiliki prean penting dalam meraih sukses di dunia esports," kata Dylan Poulus, QUT Esports Researcher, menurut laporan Eureka Alert. "Agar bisa menjadi atlet esports dengan bayaran jutaan dollar, Anda harus bisa menghadapi tekanan yang sama jika Anda ingin menjadi atlet Olimpiade." Dia juga membahas, industri esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemi.

Dalam studi yang dilakukan oleh QUT juga disebutkan bahwa agar bisa bermain maksimal, seorang gamer profesional perlu memliiki kekuatan mental dan kemampuan untuk mengendalikan emosi. "Sama seperti atlet olahraga tradisional, atlet esports dengan mental yang kuat akan lebih fokus pada cara menyelesaikan masalah. Hal ini dapat membantu mereka mencapai sukses," ujar Poulus.

Dylan Poulus dari QUT. | Sumber: ABC News

Lebih lanjut Poulus menjelaskan, pemain dengan mental yang kuat biasanya bisa menerima keadaan dan tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal yang ada di luar kendali mereka. "Semua metode yang kita gunakan untuk membantu atlet olahraga tradisional kemungkinan juga akan memberikan dampak positif pada para atlet esports," katanya.

Untuk menulis studi ini, Poulus berkata bahwa mereka mempelajari 316 pemain esports profesional terbaik yang ada di rentang umur 18 tahun ke atas. Para pemain profesional ini memainkan game seperti Overwatch, Counter-Strike: Global Offensive, Rainbow Six: Siege, Dota 2, dan League of Legends. Menurut laporan ABC, tujuan studi ini adalah membantu gamer di Australia merealisasikan potensi mereka dengan menerapkan metode latihan di dalam olahraga tradisional ke pelatihan atlet esports.

"Di olahraga tradisional, ada psikolog olahraga dan staf lain yang mendukung sang atlet untuk memiliki mental yang lebih kuat," kata Poulus. "Sayangnya, semua itu tidak ada di esports. Saya harap, dengan menunjukkan bahwa atlet esports dan atlet olahraga menghadapi tekanan mental serupa, para psikolog olahraga, yang bekerja di industri olahraga tradisional, akan bisa membantu para atlet esports untuk berkembang dan meningkatkan performa mereka."

Sumber header: ABC News/Craig Berkman