Grup Astra meresmikan aplikasi e-money AstraPay setelah melakukan soft launching pada Juli 2020. AstraPay optimis dapat bersaing dengan penyelenggara e-money lainnya karena memiliki lebih dari 50 juta pelanggan Grup Astra yang bisa menjadi tumpuan dalam meningkatkan penetrasi pasar ke depannya.
Dalam peresmiannya kemarin (15/9), Presiden Komisaris AstraPay Margono Tanuwijaya menjelaskan, berdasarkan survei pasar, potensi penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran sangat besar. Meskipun sudah ada lima pemain utama, potensinya masih sangat besar. “Karena potensinya besar, tetap menjadi daya tarik buat kami,” kata dia.
Poin lainnya yang turut melatarbelakangi keputusan Astra dan menjadi diferensiasi utama dibandingkan pemain lainnya adalah ekosistem Astra yang sudah cukup besar. Bila digabung, Astra memiliki lebih dari 50 juta pelanggan yang dapat menjadi tumpuan AstraPay dalam penetrasi pasar. Lagipula, dalam survei yang didapatkan, membuktikan bahwa satu orang bisa memiliki lebih dari satu aplikasi e-money.
“Dengan terjun ke AstraPay, kami juga ingin mendapatkan data behaviour konsumen. Kami ingin mem-follow up seperti apa saja kebutuhan-kebutuhan dari konsumen kami.”
AstraPay termasuk ke dalam anak usaha Astra Financial, divisi jasa keuangan dari Astra International. Astra Financial menaungi 12 entitas bisnis, di antaranya ACC, FIF Group, TAF, Komatsu Astra Finance, SNAF, Asuransi Astra, Astra Life, Astra Ventura, Maucash, dan Moxa.
CEO AstraPay Meliza Musa Rusli menambahkan, platform tersebut akan menjadi technology enabler dari produk-produk digital yang dikembangkan di dalam Grup Astra, dengan menyediakan data analitics dan loyality program. Berbekal basis konsumen yang luas, AstraPay menekankan fitur dan layanannya berdasarkan empat pilar.
Keempat pilar tersebut adalah menjadi solusi pembayaran digital untuk keperluan mobilitas, memberikan layanan pintar untuk mengontrol keuangan personal, mitra keuangan yang menghadirkan ketenangan untuk konsumen, dan kebanggaan Astra yang bisa memberi nilai tambah.
“Keunikan AstraPay adalah kita ada satu ekosistem yang luas didukung oleh Grup Astra dengan reputasi baik. Kalau dilihat kembali, Astra sangat kuat di bisnis otomotif dan finansial. Inilah kekuatan kami, sehingga AstraPay ada misi untuk mengembangkan value customer proposition ke dua sisi tersebut,” tambahnya.
Pada tahap awal ini, AstraPay sudah dapat digunakan di dalam ekosistem Grup Astra. Mulai dari jaringan FIF Group, Astra Credit Companies (ACC), Toyota Astra Finance (TAF), dan Maucash, untuk fitur direct payment pembayaran angsuran.
Untuk dukung mobilitas, AstraPay telah terintegrasi dengan sistem pembayaran moda transportasi umum, seperti MRT Jakarta dan Transjakarta. Fitur lainnya adalah transfer dana antar pengguna, pembayaran PPOB, TV kabel, pajak, asuransi, hingga beli pulsa atau paket data.
Serta, terhubung dengan fitur QRIS untuk melakukan pembayaran servis kendaraan di Toyota Sales Operation (TSO), Shop&Drive, Isuzu Sales Operation (ISO), Daihatsu Sales Operation (DSO), dan AHASS. Di luar ekosistem Astra, pengguna dapat melakukan berbagai transaksi di 9 juta seluruh merchant QRIS.
Meliza menuturkan program loyalitas AstraPoints akan menjadi penarik utama yang bakal ditawarkan perusahaan. “AstraPoints akan banyak berikan loyalitas untuk engagement dengan konsumen Astra. Mereka dapat menukarkan poin dengan berbagai penawaran yang kami sediakan.”
Saat ini, AstraPay sudah terhubung dengan fitur paylater yang disediakan oleh Maucash. COO AstraPay Ricky Gunawann menerangkan, kelebihan paylater di AstraPay adalah limit dapat langsung digunakan untuk pembayaran dengan transaksi QR.
Pada peluncuran soft launching di Juli 2020 hingga sekarang, diklaim AstraPay telah memiliki 2,3 juta pengguna terdaftar. Mayoritas penggunaan untuk pembayaran angsuran sebesar 60%, sisanya PPOB dan QRIS & Paylater masing-masing sebesar 20%. Perusahaan menargetkan hingga tiga tahun mendatang dapat menggaet pengguna hingga 15 juta orang.
Untuk mencapai target tersebut, AstraPay akan menggandeng lebih banyak pihak agar utilitas saldo AstraPay dapat meningkat, termasuk juga merambah segmen UMKM yang memiliki potensi tinggi. Belum diketahui kapan AstraPay dapat digunakan di platform Gojek, mengingat Astra adalah salah satu pemegang saham di sana.
Dalam mendukung keamanan akun, AstraPay telah dilengkapi dengan mekanisme single device authentication. Sistem ini hanya memungkinkan pengguna untuk login akun di satu perangkat saja demi memastikan keamanan bertransaksi.
Persaingan ketat
Seperti diketahui, persaingan pemain uang elektronik saat ini cukup berdarah-darah karena semuanya menggunakan strategi “bakar uang”, baik itu berbentuk diskon atau cash back. Strategi ini dirasa memang perlu bagi perusahaan baru karena termasuk cara investasi untuk mengakuisisi pengguna dalam waktu yang cepat.
Menanggapi itu, Margono menuturkan, kebutuhan pelanggan tentang layanan e-money itu bukan sekadar soal promo. Meski perusahaan akan tetap melakukan itu, hal sebenarnya yang lebih utama adalah soal kemudahan saat memakai AstraPay dan keamanan data. “Ini sangat penting karena konsumen memercayakan uangnya sebagai saldo di dalam aplikasi ini.”
Mengutip dari Bank Indonesia, nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp201 triliun pada tahun lalu, tumbuh 38,62% dari tahun sebelumnya. Menurut Ipsos, pada tahun lalu, aplikasi yang paling populer di Indonesia adalah ShopeePay (34%), OVO (28%), DANA (14%), dan LinkAja (7%).
Mengutip dari riset lainnya dari Neurosensum pada Maret 2021, melaporkan ShopeePay mendapatkan penetrasi pasar tertinggi (68%), diikuti OVO (62%), DANA (54%), GoPay (53%), dan LinkAja (23%). Menurut responden, ShopeePay juga termasuk sebagai pemain dengan jajaran promosi terbanyak dan pemain dengan pertumbuhan terpesat selama tiga bulan terakhir.