Tren podcast terus melejit dalam beberapa tahun terakhir. Ini bisa dilihat dari begitu banyaknya aplikasi podcast yang tersedia di App Store dan Google Play – situasinya kurang lebih sama seperti ketika keduanya dibanjiri oleh Twitter client dari developer pihak ketiga.
Format audio-only membuat podcast jadi alternatif konten yang ideal terhadap video YouTube, terutama ketika kita sedang melakukan kegiatan lain. Yang paling umum, konsumen biasanya mendengarkan podcast selagi memasak atau mengemudi.
Namun di saat membuat video untuk diunggah ke YouTube mudah sekali dilakukan hanya dengan bermodalkan smartphone, membuat podcast masih tergolong rumit. Inilah yang pada akhirnya menjadi motivasi utama startup bernama Anchor.
Pada awalnya, Anchor hanya menciptakan aplikasi semacam Snapchat, tapi khusus untuk konten audio, di mana pengguna dapat membuat rekaman suara tanpa perlu banyak persiapan, lalu membagikannya ke para follower-nya. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pengguna Anchor yang memanfaatkannya untuk membuat podcast versi penuh, bukan sebatas potongan-potongan audio saja.
Dari situ Anchor perlahan mulai memutuskan untuk merombak visinya. Anchor versi 2.0 yang dirilis pada pertengahan tahun lalu menghadirkan sederet fitur baru untuk memudahkan proses pembuatan podcast.
Versi kedua ini menuai banyak respon positif, dan Anchor pun memutuskan untuk benar-benar all out pada versi selanjutnya. Anchor versi 3.0 yang dirilis baru-baru ini telah dirombak habis, di mana yang menjadi fokus utama sekarang adalah proses pembuatan podcast, sedangkan aspek sosialnya yang menjadi awal kelahiran Anchor justru menjadi prioritas kedua.
Membuat podcast dengan Anchor di perangkat iOS maupun Android terkesan sangat mudah. Anda cukup mengangkat ponsel ke telinga, lalu mulai berbicara dan merekam suara. Dari situ potongan-potongan audionya bisa dijadikan satu dan dipublikasikan sebagai podcast ke beragam platform yang populer, mulai dari Apple Podcast, Google Play Music, Overcast, Stitcher sampai Spotify, atau platform milik Anchor sendiri. Proses dari awal sampai akhir hanya memerlukan satu aplikasi Anchor saja.
Kelebihan lain Anchor adalah kemudahan untuk menyelipkan lagu yang berasal dari katalog Apple Music atau Spotify. Menyusun fragmen-fragmen audio dan musik latarnya ini bisa dilakukan dengan mudah berkat navigasi drag-and-drop. Andai perlu sentuhan ekstra, Anchor kini juga punya web app yang bisa diakses dari browser komputer.
Tidak hanya itu, Anchor juga menawarkan fitur hosting secara cuma-cuma dan tanpa batasan, memastikan semua yang pernah Anda publikasikan punya ‘rumah’ yang permanen. Singkat cerita, Anchor kini ingin semua orang tanpa terkecuali bisa menumpahkan ide-ide dan opininya, lalu memublikasikannya sebagai podcast.
Jadi, apakah ini sudah saatnya untuk berhenti sekadar menjadi pendengar podcast dan mulai membuat sendiri? Karena semuanya gratis, saya kira tidak ada alasan untuk tidak memulainya. Silakan unduh Anchor di App Store atau Google Play.