Tumbuhnya jumlah pelaku UKM di Indonesia mendorong kebutuhan suatu layanan untuk mencatat dan mengelola transaksi harian yang selama ini masih dilakukan secara manual. SMESS POS hadir meramaikan pasar ini dengan berbagai keunggulannya yang diklaim belum disajikan para kompetitor.
CEO SMESS POS Ari Gunawan mengatakan, perusahaan pertama kali berdiri pada Februari 2018 dengan badan hukum PT Akuiring Pembayaran Elektronis dan produk pertamanya adalah SMESS POS. Dalam layanannya, mesin SMESS POS menerima layanan pembayaran dari sejumlah pemain asing, seperti WeChat Pay, Alipay, dan UnionPay sebagai salah satu alternatifnya.
Dengan kata lain, para turis Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia dapat menggunakan aplikasi e-money-nya saat membayar di outlet mitra SMESS POS.
“Feedback yang kami dapat, mereka [turis] merasa nyaman karena di Tiongkok sudah baku transaksi menggunakan WeChat Pay di Bali,” ujar Ari.
Pihaknya memastikan ke depannya akan membuka berbagai opsi pembayaran seperti uang tunai, kartu debit dan kredit, layanan e-money lokal dengan menggunakan teknologi QR Code. SMESS POS didesain untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku usaha di berbagai lini. Sistemnya juga terintegrasi dengan layanan pemesanan tiket pesawat dan kereta, token PLN, pulsa, dan voucher game, sehingga para mitra outlet dapat menerima penghasilan tambahan.
“Sudah banyak aplikasi sejenis dengan SMESS POS ini, akan tetapi dengan background kami yang sudah menguasai layanan keuangan digial, kami yakin dengan layanan kami yang lebih mengedepankan cara yang mudah dan modern dalam melakukan transaksi,” terang Ari kepada DailySocial.
Ari melanjutkan SMESS POS telah digunakan 400 pelaku UKM dari usaha toko kelontong, bengkel motor, mini restoran, penjual aksesoris, toko pakaian, parkiran dan lainnya. Mereka berada di Jakarta, Tangerang, Bali, Bandung, dan Surabaya. Ditargetkan SMESS POS dapat memiliki tiga ribu merchant sampai akhir tahun ini dan masuk ke kota baru, diantaranya Manado, Yogyakarta, dan Palembang.
Strategi yang akan dilakukan perusahaan, sambungnya, melakukan penjualan langsung ke pelaku usaha yang dijumpai entah itu di mal, pasar, atau pinggir jalan. Tak lupa, mengembangkan pemasaran secara B2B dengan gandeng asosiasi dan korporasi dengan asosiasi UKM, kelompok franchise, bank, koperasi, hingga instansi pemerintah seperti dinas koperasi dan UMKM.
“Target kami adalah melakukan akuisisi merchant sebanyak-banyaknya yang menggunakan aplikasi SMESS POS dengan tujuan menyediakan ekosistem pembayaran offline bagi seluruh digital banking dan juga e-money dan e-wallet.”