Saya yakin tidak sedikit programmer yang lebih suka bekerja sambil ngemil. Entah itu keripik kentang, keripik singkong, atau snack berwujud stik berbalut coklat yang kita semua kenal dengan nama Pocky.
Namun siapa yang menyangka kalau kudapan yang terlahir di Jepang tersebut bisa dijadikan sebagai alat bantu belajar programming atau coding? Glico, yang tidak lain dari produsen Pocky, baru-baru ini ingin mewujudkan skenario tersebut melalui kampanye bertajuk “Glicode”.
Konsep yang dipakai sebenarnya bukanlah barang baru. Dikenal dengan istilah tangible programming, teknik ini lebih memfokuskan pada pengalaman fisik, serta sudah diterapkan oleh berbagai raksasa teknologi, termasuk halnya Google lewat Project Bloks.
Jadi ketimbang harus menghadap layar dan memahami baris demi baris kode, anak-anak bisa belajar coding dengan merangkai objek fisik di hadapannya. Objek tersebut bisa berupa balok-balok Lego, atau dalam kasus Glicode ini, stik Pocky.
Dalam Glicode, anak-anak akan diajak untuk menyusun stik Pocky maupun snack lain produksi Glico dalam posisi dan urutan yang benar supaya karakter di aplikasi pendampingnya dapat bergerak dan mencapai tujuannya.
Stik-stik Pocky yang sudah disusun di atas meja tersebut kemudian bisa difoto menggunakan ponsel, lalu aplikasi akan menerjemahkannya menjadi sederet instruksi seperti maju satu langkah, melompat atau mengulangi aksi sebelumnya.
Secara keseluruhan, Glicode bisa dilihat sebagai cara belajar programming atau coding yang mudah, menyenangkan sekaligus terjangkau. Namun yang mungkin menjadi halangan adalah ketersediaan snack produksi Glico selain Pocky yang mewakili instruksi-instruksi tertentu, serta dukungan bahasa yang sejauh ini baru Jepang saja.
Sumber: TheNextWeb.