Dark
Light

Apakah Pertumbuhan Startup Insurtech dapat Meningkatkan Penetrasi Produk Asuransi di Indonesia?

1 min read
July 15, 2019
DailySocial mencoba memahami kondisi terkini penetrasi produk asuransi di Indonesia, termasuk potensi insurtech meningkatkan ketertarikan pengguna
Produk asuransi di bidang kesehatan menjadi salah satu yang paling signifikan di pangsa pasar / Pexels

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Allianz Research, volume premi asuransi global tahun 2018 meningkat 3,3% dari tahun sebelumnya, nilainya mencapai 3.655 miliar Euro, belum termasuk asuransi kesehatan. Namun demikian, riset tersebut juga mengemukakan bahwa premi market di Indonesia tumbuh rendah sepanjang tahun 2018.

Rendahnya pertumbuhan dinilai disebabkan adanya penurunan pada pertumbuhan premi asuransi jiwa. Sebaliknya, premi Property & Casualty (P&C) tumbuh baik dan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, segmen P&C, menyumbang hanya seperempat dari total kumpulan premi (di luar asuransi kesehatan).

Allianz Research
Besaran premi per kapita untuk produk asuransi P&C / Allianz Research

Pada kancah yang lebih teknis, DSResearch mengemukakan faktor keengganan orang Indonesia dengan produk asuransi disebabkan karena beberapa faktor. Pertama terkait prosedur untuk mendapatkannya (33,62%), kedua harga yang dinilai terlalu mahal (24,15%), dan yang ketiga para responden survei tidak memahami tentang produk dan manfaatnya (20,76%). Selain itu masih ada beberapa responden (13,56%) yang mengaitkan dengan larangan agama.

Jika diamati lebih mendalam, dari tiga faktor dominan di atas maka dapat disimpulkan aksesibilitas akses menjadi yang paling signifikan, yakni terkait prosedur layanan dan informasi produk. Sementara itu, seiring dengan perkembangan era digital, di Indonesia mulai muncul beragam jenis platform (berbentuk web dan aplikasi) yang menghubungkan pengguna ke layanan asuransi. Disebut insurtech (insurance technology), lanskap tersebut kini ramai digarap startup.

Saat ini sudah ada beragam jenis layanan asuransi digital, dari yang berbentuk marketplace aggregator hingga aplikasi yang menjual langsung produk asuransi. Terkait penetrasinya sendiri, dari 1296 responden pengguna ponsel pintar yang mengikuti survei DailySocial, sebagian besar (60,55%) mengetahui tentang platform insurtech. Sebagian lagi (33,94%) masih ragu tentang fungsionalitas layanan tersebut.

Insurtech
Pemahaman masyarakat tentang layanan insurtech / DSResearch

Beberapa layanan insurtech seperti Asuransiku, Axa MyPage, Asuransi88 dan PasarPolis juga mulai populer di kalangan responden. Dari 791 responden yang pernah menggunakan platform digital untuk mengakses layanan asuransi, rata-rata setuju bahwa distribusi informasi, pendaftaran, hingga proses klaim menjadi dimudahkan. Terlebih saat ini banyak platform digital lain seperti e-commerce, OTA atau on-demand mulai “menjual” berbagai jenis varian produk asuransi disesuaikan dengan tipe layanan mereka.

Untuk hasil riset yang lebih lengkap, unduh laporan DSRsearch secara gratis pada tautan berikut ini: Insurance Technology Survey 2019.

Gojek dan PasarPolis memperkenalkan "Go-Sure", platform asuransi online. Memulai layanan dengan produk asuransi perjalanan
Previous Story

Gandeng PasarPolis, Gojek Masuk ke Bisnis Asuransi Online

Next Story

Terus Genjot Upaya Inovasi, OPPO Bangun Pusat Litbang Baru Senilai Rp 20 Triliun

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah