18 April 2023

by Glenn Kaonang

Apa Jadinya Jika ChatGPT Disematkan ke Karakter Game?

Eksperimen yang dilakukan Stanford menunjukkan potensi yang menjanjikan terkait penggunaan ChatGPT sebagai otak dari karakter game

Melihat kemampuan AI macam ChatGPT dalam menjalani percakapan secara natural, saya yakin sebagian gamer bakal bertanya dalam hati, “Kapan teknologi ini bisa diterapkan ke video game?” Dalam sebuah game RPG misalnya, apa yang terjadi jika deretan NPC di dalamnya diotaki teknologi seperti ChatGPT?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang coba dijawab oleh para peneliti di Stanford University dan Google Research. Mereka membuat semacam game ala The Sims (dan Stardew Valley) yang menyimulasikan sebuah kota virtual dan mengisinya dengan 25 karakter yang masing-masing dibekali kecerdasan ChatGPT. Proses dan hasilnya mereka publikasikan sebagai makalah berjudul “Generative Agents: Interactive Simulacra of Human Behavior”.

Generative agents, demikianlah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan deretan karakter game bertenaga AI ini. “Generative agents bangun, masak sarapan, dan berangkat kerja; seniman melukis, sementara penulis menulis; mereka beropini, menyadari keberadaan satu sama lain, dan memulai percakapan; mereka mengingat dan merefleksikan apa yang terjadi di hari sebelumnya selagi mereka merencanakan hari berikutnya,” tulis tim peneliti Stanford pada bagian abstrak makalahnya.

Ya, NPC-NPC ini punya memori dan dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya secara alami. Mereka juga memiliki motivasi dan dapat memengaruhi satu sama lain. Untuk membuktikannya, tim peneliti memprogram satu NPC untuk memiliki agenda menggelar sebuah pesta perayaan Valentine.

Dengan bermodalkan satu input manual itu saja, simulasinya kemudian memperlihatkan NPC tersebut menyebar undangan secara otomatis, sebelum akhirnya deretan NPC yang lain juga ikut terlibat. Mereka kemudian saling berkoordinasi agar bisa hadir di acaranya tepat waktu, dan pada Hari-H pun tidak semua akhirnya bisa hadir. Semuanya terkesan mirip dengan apa yang biasa kita ekspektasikan dari sebuah lingkaran sosial di dunia nyata.

Seperti semua sistem AI yang ada saat ini, NPC AI dalam eksperimen ini pun juga punya sejumlah kekurangan dan keterbatasan. Beberapa bahkan tidak luput dari kesalahan yang fatal sekaligus konyol, seperti misalnya beberapa NPC yang masuk ke dalam sebuah kamar mandi secara bersamaan meskipun ruangannya jelas-jelas hanya diperuntukkan satu orang saja.

Contoh lainnya, ada pula NPC yang keliru memilih lokasi untuk aktivitas yang sedang dijalankannya. Bukannya makan siang di kafe, beberapa NPC malah memilih untuk mampir ke bar di siang bolong, yang semestinya lebih diperuntukkan sebagai tempat berkumpul selagi minum-minum di petang hari.

Terlepas dari itu, sistem NPC berotakkan AI semacam ini jelas terdengar sangat menarik dan menjanjikan untuk diimplementasikan di ranah video game. Sebuah RPG dengan dunia open-world pasti akan terasa lebih 'hidup' ketika karakter-karakter di dalamnya punya perilaku yang dinamis dan menyerupai sikap manusia betulan.

Setidaknya untuk sekarang, teknologinya bisa dibilang masih belum viabel. Berdasarkan pengakuan tim Stanford, menjalankan simulasi dengan 25 NPC AI selama dua hari saja sudah memakan biaya ribuan dolar untuk mengakses API ChatGPT.

Buat yang tertarik, Anda bisa menonton rekaman simulasinya di sini.

Via: PC Gamer.