Platform layanan cloud Amazon Web Services (AWS) hari ini (25/8) menyatakan kesiapannya mengakomodir kebutuhan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat penggunaan internet sangat tinggi. Tak hanya menargetkan klien korporasi, AWS juga bertekad untuk menyasar industri tech-startup dengan menawarkan harga dan paket yang lebih kompetitif.
Diperkenalkan oleh Principal Technology Evangelist AWS Markku Lepistö, pihaknya juga dengan bangga memperkenalkan jajaran startup ternama Indonesia yang menggunakan layanannya. Menurut Markku, layanannya adalah senjata yang mampu mendefinisikan kembali pasar dari industri di berbagai bidang, termasuk perhotelan, musik, dan ruang penyimpanan. Dalam kasus ini pihaknya mengambil contoh AirBnB, Spotify dan DropBox.
“Startup harus tumbuh dengan gesit dan cepat, memanfaatkan segala teknologi terbaik dengan biaya yang serendah-rendahnya,” papar Markku.
AWS menyediakan lebih dari 50 layanan yang berbeda. Pihaknya menyebutkan tiga pondasi utama seperti layanan komputasi, basis data, dan jaringan memiliki berbagai fitur lainnya yang dapat diberdayakan sesuai dengan kebutuhan yang sangat fleksibel. Tidak ada komitmen di muka dan tidak ada kontrak jangka panjang, bisnis dan pengembang bisa dengan mudah menggunakan satu atau lebih fitur dengan harga yang telah disesuaikan tergantung pemakaiannya, atau dikenal dengan model pembayaran “pay as you use”.
“Startup biasanya mengerjakan sendiri apa-apa yang dibutuhkan untuk mendongkrak bisnisnya. Sementara korporasi memiliki tim khusus, atau bahkan pihak ketiga yang mengatur dengan lebih rapi dan terstruktur. Apa yang kami coba tawarkan adalah kemudahan dan harga yang cenderung terjangkau untuk mereka, sehingga mereka bisa fokus pada pengembangan produk saja. Sisanya biar menjadi urusan kami,” lanjut Markku.
Memanfaatkan harganya yang terjangkau, AWS dalam penuturan Markku mampu mengizinkan startup untuk bermanuver lebih gesit dalam pengembangan produk. Pada akhirnya AWS dinilai dapat mendorong startup untuk bisa bereksperimen lebih banyak dalam menciptakan model bisnis yang valid. Lantaran biaya yang rendah, biaya kegagalan pun dapat dipangkas.
Saat ini AWS telah memiliki infrastruktur tersebar dalam skala global. Ada 11 AWS Regions, 30 Availibility Zones, dan 53 Edge Locations. Namun belum ada satupun yang dibangun di Indonesia. Konsumen Indonesia diberikan pilihan untuk mengakses data center terdekat yakni di Singapura, Australia, atau Tiongkok.