FaZe Clan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada Juli 2022. Untuk melakukan IPO, mereka melakukan merger dengan sebuah Special-Purpose Acquisition Company (SPAC), B. Riley Principal 150 Merger Corp.
Melalui IPO, FaZe berhasil mendapatkan US$725 juta. Sayangnya, dana yang FaZe dapatkan lebih sedikit dari US$1 miliar yang diharapkan. Masalah tak berhenti sampai di situ, satu hari setelah FaZe melakukan IPO, nilai saham mereka turun 25%. Dan tampaknya, masalah keuangan yang dialami FaZe terus berlanjut.
Masalah Keuangan yang Dihadapi oleh FaZe Clan
Pada Agustus 2022, satu bulan setelah FaZe melakukan IPO, nilai saham mereka mencapai US$20 per lembar. Dalam waktu enam bulan, nilai saham FaZe turun drastis. Per 20 Januari 2023, untuk pertama kalinya, saham FaZe bernilai kurang dari US$1.
Dan sejak saat itu, FaZe tampaknya belum dapat menaikkan harga sahamnya ke atas US$1. Jika hal ini terus berlanjut, FaZe terancam terkena delisting, membuat sahamnya tak lagi bisa diperjualbelikan di NASDAQ.
Kabar baiknya, FaZe tampaknya masih memiliki dana yang memadai untuk beroperasi. Di September 2022, FaZe mengungkap bahwa mereka masih memiliki uang cash sebesar US$43,9 juta. Namun, jika uang itu digunakan untuk mendanai biaya operasional FaZe, Forbes memperkirakan, uang tersebut hanya akan bertahan sampai November 2023.
Sebenarnya, sebelum IPO pun, FaZe masih belum bisa mendapatkan untung. Pada 2021, organisasi esports itu mengungkap bahwa pemasukan mereka mencapai US$52 juta. Namun, mereka masih mengalami kerugian, sebesar US$37 juta. Kemungkinan, FaZe juga masih merugi pada 2022.
Di Agustus 2022, The Wall Street Journal bertanya pada CEO FaZe Clan, Lee Trink tentang kapan FaZe akan mendapatkan untung. Ketika itu, Trink menjawab, dia tidak bisa memberikan tanggal pasti. Tapi, dia meyakinkan, meraih untung merupakan prioritas utama Faze. “Dan saya kira, kami akan bisa mendapatkan untung dalam waktu dekat. Untuk saat ini, kami akan terus mengembangkan bisnis kami untuk menciptakan sumber pemasukan baru,” katanya.
Sumber Pemasukan FaZe
Sebelum ini, saya pernah membahas tentang sumber pemasukan dari organisasi esports. Pada dasarnya, ada empat cara bagi organisasi esports untuk mendapatkan uang: sponsorship, hadiah turnamen, menjual merchandise, dan monetisasi konten. Dari semua itu, biasanya, sponsorship merupakan sumber pemasukan terbesar.
Walau esports sering disandingkan dengan industri olahraga, tapi model bisnis yang digunakan pelaku esports sebenarnya lebih menyerupai startup di industri teknologi.
Malph Minns, Managing Director dari Strive Sponsorship, perusahaan konsultasi esports mengatakan, seperti startup teknologi, kebanyakan pelaku industri esports biasanya sibu untuk mencari dana investasi terlebih dulu, sebelum memikirkan model bisnis mereka.
“Setelah menanamkan modal, sekarang, para investor mulai mempertanyakan tentang bagaimana uang mereka akan kembali,” kata Minns pada Forbes. “Dan saya rasa, pelaku industri esports masih belum bisa menjawab pertanyaan itu.”
Berbeda dengan siaran pertandingan olahraga, hak siar untuk siaran turnamen esports tidak diperjualbelikan. Biasanya, pertandingan esports — atau video buatan para kreator konten — disiarkan di platform streaming game, seperti YouTube atau Twitch. Namun, tampaknya, pendapatan yang organisasi esports dapatkan dari platform streaming game tidak besar.
Menurut laporan keuangan YouTube, pemasukan yang FaZe dapat dari setiap subscriber-nya hanyalah US$0,36. Dan FaZe masih harus membagi pemasukan tersebut dengan kreator konten mereka. Selain dari platform streaming, FaZe juga mendapatkan pemasukan saat tim mereka memenangkan turnamen.
Namun, tampaknya, persentase yang FaZe ambil — baik dari hadiah turnamen maupun streaming revenue — tidak besar. Pada 2019, FaZe mengungkap, persentase maksimal yang perusahaan ambil adalah 20%.
Kabar baiknya, FaZe tampaknya masih akan terus berusaha untuk mencari sumber pemasukan baru. Dalam wawancara dengan The Washington Post, CEO Trink berkata, “Kami tengah mencoba untuk mencari berbagai bisnis baru di luar game.” Subscription menjadi salah satu model bisnis yang FaZe coba. selain itu, mereka juga menjajaki judi dan bahkan virtual dining.
Seperti kebanyakan organisasi esports lain, FaZe juga melakukan kolaborasi dengan berbagai perusahaan, seperti McDonald’s dan Xfinity. Salah satu anggota FaZe, Kris “FaZe Swagg” Lamberson menandatangani kontrak eksklusif dengan YouTube sementara Gregory “SlurpeeG” Sabia kini menjadi bagian dari tim Apex Legends FaZe. Sayangnya, sampai saat ini, FaZe masih belum dapat menghasilkan keuntungan.
Daya Jual FaZe
FaZe Clan didirikan pada 2010. Ketika itu, organisasi esports tersebut hanya terdiri dari para pemain Call of Duty yang dapat melakukan trickshot dan menjadi populer.
Sekarang, FaZe mempekerjakan lebih dari 100 orang dan telah menjadi perusahaan esports dan media gaming. Mereka juga berhasil mengumpulkan jutaan fans di Twitch, YouTube, dan berbagai media sosial lain. Popularitas di kalangan Gen Z dan Gen Alpha inilah yang FaZe coba jual.
Tolok ukur yang FaZe gunakan untuk mengukur popularitas mereka adalah “total reach”, yaitu jumlah total pengikut yang mereka miliki di semua media sosial dan platform video.
FaZe mengatakan, total reach mereka mencapai 526 juta orang. Hanya saja, hampir 200 juta fans FaZe datang dari anggota selebritas mereka, seperti Snoop Dogg. Dan dalam perjanjian dengan Snoop Dog, FaZe berjanji bahwa mereka tidak akan memonetisasi para fans sang rapper.
Dengan begitu, jumlah fans yang FaZe bisa monetisasi hanyalah sekitar 300 juta orang. Namun, angka ini juga belum tentu akurat. Pasalnya, seorang penggemar FaZe bisa saja mengikuti lebih dari satu akun media sosial dari FaZe. Menurut Forbes, jumlah subscribers FaZe di YouTube bisa menjadi acuan yang lebih akurat. Di YouTube, FaZe memiliki subscribers sebanyak 136 juta orang.
Tidak bisa dipungkiri, fanbase FaZe sebenarnya tetap cukup besar. Bekerja sama dengan FaZe bisa menjadi cara bagi brands untuk mengenalkan diri dengan Gen Z dan Gen Alpha, yang sulit untuk dijangkau melalui channel iklan tradisional.
Hanya saja, dalam dua tahun terakhir, reputasi FaZe tidak sepenuhnya bersih. Beberapa anggota FaZe pernah terlibat dalam beberapa skandal.
Pada Juni 2021, empat anggota FaZe — Kay, Jarvis, Nikan, dan Teeqo — terlibat dalam operasi pump and dump dari token bernama Save The Kids. Seperti yang disebutkan oleh Kotaku, dukungan dari para influencers mendorong para fans untuk membeli token tersebut.
Namun, hanya dalam waktu sekitar dua hari, harga dari token tersebut turun drastis. Akhirnya, anggota FaZe yang terlibat dalam operasi itu dipecat atau dikenai sanksi suspensi.
Tak hanya itu, salah satu anggota FaZe, Evan “Cented” Barron juga dipecat karena dia menggunakan makian rasis. Di Juli 2022, tim Call of Duty Atlanta FaZe harus mengeluarkan pernyataan maaf secara terbuka setelah mereka membuat tweet bernada misogini.
Sumber header: NME