Hari pertama saya di Global Mobile Internet Conference merupakan pengalaman yang luar biasa dimana saya bisa belajar banyak sekali hal mengenai industri mobile dan internet langsung dari jagoan-jagoan kelas dunia. Banyak sekali hal yang saya pelajari dari mengikuti keynote para pembicara di GMIC ini, dan salah satu yang sangat menarik adalah keynote dari John Liu, Head of Google China. Topik yang dibawakan adalah 7 trend mobile internet di dunia, dan saya pikir sebuah pengetahuan yang sangat relevan untuk startup Indonesia.
Indonesia sendiri sangat terkenal dengan aktivitas mobile dan social media yang seringkali membuat bingung orang-orang dari seluruh dunia, setidaknya itulah kesan yang saya dapat ketika ngobrol dengan pembicara-pembicara GMIC dan menanyakan kesannya terhadap Indonesia.
Lalu, apa saja 7 trend mobile internet di masa datang menurut John Liu?
#1 Smartphone is the future
Tentu saja hal ini bisa dibilang hampir sudah menjadi kenyataan dimana smartphone memiliki hampir mayoritas market-share di kota-kota besar di dunia, juga di Indonesia. Bahkan menurut sebuah penelitian oleh Nielsen, diperkirakan pada akhir tahun 2011 ini lebih dari 50% market share mobile di US akan didominasi oleh smartphone.
John Liu sendiri menunjukkan data yang menunjukkan bahwa pengiriman smartphone buatan China terus naik sejak tahun 2009 dengan rata-rata pertumbuhan 20% per tahun. Dan Liu juga menunjukkan bahwa market share smartphone asal China terus bertumbuh 10% setiap tahun dan sampai tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 22% dari pasar di seluruh dunia.
Hal ini tentu akan terus berkembang di luar China, apalagi dengan keluarnya produk komputer tablet yang secara perlahan menghilangkan batasan antara komputer desktop dengan mobile phone. Hal ini tentu akan membuat produk-produk seperti iPad dan Galaxy Tab menjadi semakin umum dan mendominasi pasar komputer dan mobile.
Berdasarkan observasi saya sendiri di Beijing, anak-anak muda banyak sekali yang menggunakan iPhone dan smartphone berbasis Android. Nokia masih mendominasi market yang lebih senior sama seperti di Indonesia, mungkin karena brand yang masih cukup bagus dikalangan orang tua.
#2 Search continues to drive mobile usage
Mungkin disini Liu agak sedikit bias karena Google merupakan perusahaan search engine nomor 2 di China, tapi fakta-fakta yang diungkapkan cukup masuk akal buat saya.
Salah satu hasil research yang dikemukakan Liu diambil dari Nielsen Technology Report 2010 yang mengukur persentasi fungsi smartphone yang digunakan oleh user. Terlihat bahwa hanya 6% pengguna smartphone yang menggunakan fitur TV, 56% menggunakan peta dan direction, 59% untuk mengkonsumsi konten dan 73% melakukan pencarian menggunakan smartphone. Saya pikir di Indonesia mungkin hasil ini kurang-lebih sama, sayangnya fungsi menonton TV yang luar biasa laris di Indonesia bukan milik smartphone melainkan feature-phone (nexian, k-touch, blueberry dll).
Fakta lain yang diungkapkan Liu, searching ternyata merupakan salah satu aktivitas primer yang dilakukan user ketika menggunakan browser smartphone. Hal lain yang juga saya pelajari dari Jay Sullivan, VP of Product Mozilla Inc, adalah bahwa aplikasi di smartphone memang sangat populer tapi browser mobile tetap akan terus hidup untuk memfasilitasi fungsi tertentu, seperti searching dan browsing. Pengguna tidak akan akan mendownload semua aplikasi yang ada di marketplace, mereka hanya akan mendownload yang penting dan sisanya akan tetap diakses menggunakan browser.
#3 Mobile usage complements desktop
Liu menampilkan sebuah chart yang menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan mobile search paling tinggi ada di weekend, ketika pengguna sedang tidak berada di desktop/laptop-nya. Hal ini menunjukkan bahwa desktop/laptop tidak harus “berkompetisi” dengan smartphone, bahwa user bisa menggunakan keduanya dengan nyaman. Jadi, menurut statistic milk Google, ketika traffic search dari desktop menurun, traffic search dari mobile justru meningkat.
Menurut data dari Google Internal Data 2009, Liu juga menyatakan bahwa penggunaan PC/Desktop/Laptop dalam satu hari mulai naik sekitar jam 10 pagi dan mulai menurun sekitar pukul 6 sore. Untuk penggunaan mobile, konektivitasnya cenderung stabil dalam satu hari dan mengalami peningkatan sekitar jam 11 malam. Data ini menjelaskan bahwa dengan smartphone, user mendapatkan konektivitas yang konstan ke internet ketika mereka jauh dari laptop/desktop.
#4 Mobile is local
33% pencarian yang dilakukan di smartphone merupakan pencarian lokal, mencari lokasi gedung, restoran, mall, dan lain-lain. Saya pribadi sering sekali menggunakan smartphone saya untuk pencarian yang bersifat lokal. Statistik lain yang sangat menarik adalah : setelah melakukan pencarian di smartphone, 61% user melakukan kontak telepon dan 59% langsung mendatangi lokasi yang dicarinya tersebut.
Ketika saya sedang singgah di Kuala Lumpur International Airport, ada sebuah pemancar bluetooth yang tersebar di seluruh bandara yang jika anda menyalakan bluetooth smartphone anda akan segera diberi notifikasi apakah anda ingin mengunduh aplikasi KLIA Deals atau tidak. Ketika anda di bandara Kuala Lumpur, anda bisa mengunduh aplikasi KLIA Deals untuk smartphone anda dan melalui aplikasi ini anda dapat melihat semua diskon dan promo dari semua merchant yang ada di area bandara. Hal ini menurut saya sangat menarik, karena perpaduan antara “mobile” dan “local” yang pas meskipun aplikasi itu hanya memiliki value ketika anda di bandara tersebut. Bagaimanapun juga, merupakan perpaduan yang apik antara “mobile” dan “local”.
#5 Mobile represents new and innovative media consumption
Telepon genggam merupakan perangkat teknologi yang paling personal dibandingkan dengan perangkat mobile lainnya. Seringkali banyak yang berkata bahwa lebih baik dompet yang tertinggal di rumah, daripada handphone yang tertinggal di rumah. Hal ini bukan berarti ada efek adiksi ke telepon genggam, melainkan ke hubungan personal yang terbentuk antara manusia-teknologi.
Karena hubungan personal yang begitu kuat, behavior pengguna dalam mengkonsumsi konten dan media-pun menjadi berubah dan sangat personal. Cara mengkonsumsi media seseorang bisa berbeda dengan orang lain, hal inilah yang menjadi tantangan untuk media dalam customization dan personalization. Karena cara mengkonsumsi media yang berbeda, maka media-pun harus berkomunikasi ke user dengan cara yang berbeda pula.
User menginginkan komunikasi yang lebih personal dengan media, pendekatan personal di iklan-iklan yang tampil di smartphone menjadi isu kritikal bagi komunikasi antara media dan consumer. Dulu, iklan-iklan di web cenderung promosional namun sekarang harus lebih bersifat interaktif, komunikatif dan juga personal.
#6 Imagination in Mobile devices
Smartphone bisa dianggap sebagai perpanjangan dari indera manusia seperti telinga, mata, mulut dan otak (Shazam, Layar, Google Goggles, Google Voice, Google Translate). Dari sisi teknologi, smartphone saat ini masih ada dalam tahap yang sangat awal dan masih akan terus berkembang.
Kesempatan untuk berinovasi di teknologi smartphone masih terbuka lebar, apalagi dengan banyaknya keterbatasan yang masih ada di smartphone. Misalnya teknologi RFID kartu kredit di smartphone yang memampukan pengguna untuk membayar apapun menggunakan telepon genggamnya, seperti yang sudah diberlakukan di beberapa negara di Eropa.
Ini hanya satu contoh kecil saha, masih banyak sekali area yang bisa dieksplorasi dari teknologi smartphone. Kamera, RFID, GPS, Bluetooth dan tentunya akan terus datang teknologi baru yang bisa dieksplore untuk menjadi solusi bagi pengguna.
#7 Mobile is an open world
Lagi-lagi, mungkin Liu agak bias dengan poin yang satu ini. Bagi Google, sepertinya browser memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada marketplace. Dari keynote yang dibawakan oleh John Liu, saya menyimpulkan bahwa Google melalui Android ingin memberikan experience Open Web dimana pengguna bisa mengakses seluruh penjuru internet melalui perangkat Android dan bukan versi kecil internet yang dipaketkan melalui aplikasi. Tentunya, hal inilah yang membedakan visi antara Google dan Apple.
Versi “open” yang menurut saya lebih relevan adalah platform-platform mobile membuka pintu lebar-lebar untuk pengguna mengkustomisasi smartphone miliknya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Saya pikir tidak ada smartphone di dunia ini yang identik jika dilihat dari konten yang ada didalamnya. Hal inilah yang memicu revolusi smartphone ketika sebelumnya produsen yang menentukan aplikasi apa saja yang ada di telepon kita, dan sekarang keputusan itu ada di tangan kita.
—-
Poin-poin yang dipaparkan oleh John Liu ini saya pikir sangat relevan, termasuk untuk pasar Indonesia. Dan jujur saja, belakangan saya agak frustrasi dengan minim-nya pengembang aplikasi mobile di Indonesia. Indonesia merupakan market yang luar biasa besar untuk aplikasi mobile, dan sejauh ini kurang lebih ada 20-an perusahaan pengembang aplikasi khusus mobile.
Serius, programmer mobile merupakan pasar yang amat sangat potensial, dan demand untuk aplikasi mobile belakangan ini juga sudah jauh melampaui jumlah pengembang yang ada. Jangan sampai harus pengembang dari luar negeri yang datang dan mengisi kekosongan itu.
Setuju?
Disclosure: DailySocial adalah media partner dari acara Global Mobile Internet Conference (GMIC) 2011.
setuju
sangat menginspirasi… great post! 🙂