Sebagian besar drone yang kita kenal juga sering disebut dengan istilah quadcopter. Istilah tersebut datang dari wujud fisik sang drone sendiri, dimana biasanya terdapat empat lengan yang menjadi penumpu baling-baling.
Namun drone yang satu ini rupanya tidak bisa dikategorikan sebagai quadcopter, sebab baling-balingnya cuma dua. Bentuknya pun agak nyeleneh, mirip seperti sebuah botol minum dengan volume besar.
Terlepas dari keanehannya, drone bernama Sprite ini dirancang dengan pendekatan yang berbeda. Pihak pengembangnya, Ascent Aerosystems, ingin menawarkan sebuah UAV (unmanned aerial vehicle) yang tak hanya portabel, tetapi juga mempunyai ketahanan fisik di atas rata-rata.
Info menarik: Splash Drone Ialah Drone Yang Tidak Takut Air
Bentuknya yang memanjang membuatnya mudah diselipkan di dalam tas ransel. Diameternya cuma 10 cm, dengan panjang total 35 cm dan bobot 1,2 kg. Saat sedang tidak dipakai, baling-balingnya secara otomatis terlipat di sisi bodinya. Portabel? Checked.
Konstruksinya terbuat dari bahan polycarbonate, membuatnya tak segan mendarat di tanah terjal sekalipun. Sprite Drone juga tahan terhadap cipratan air, dan ia bisa mengapung di atas air semisal pendaratan darurat perlu dilakukan.
Sprite ditenagai oleh sepasang rotor coaxial. Ia sanggup terbang dengan kecepatan maksimum 10 meter/detik, dan jarak maksimum transmisi sinyalnya berkisar antara 2 – 50 km, bergantung peralatan yang digunakan.
Bagian menarik lain dari Sprite adalah konsep modular yang ia tawarkan. Modul di bagian bawah tubuhnya, yang menjadi rumah dari gimbal 2-axis beserta kamera 1080p-nya, bisa dilepas-pasang dengan mudah.
Pihak pengembangnya berencana menyediakan sejumlah aksesori berupa modul-modul terpisah dengan fungsi yang berbeda. Anda bisa memasangkan modul obstacle avoidance, atau modul berisi gimbal 2-axis untuk kamera GoPro yang termasuk dalam paket penjualannya.
Info menarik: Lily Camera Adalah Drone Tanpa Unit Controller yang Kompleks
Soal pengoperasian, Sprite memang didampingi oleh sebuah controller, akan tetapi ia juga bisa dikendalikan via perangkat Android atau laptop dengan bantuan aplikasi seperti DroidPlanner dan MissionPlanner. Fitur autopilot berbasis GPS juga turut dihadirkan, memungkinkan Anda untuk menentukan sejumlah waypoint yang akan dilalui oleh Sprite.
Sprite juga bisa dioperasikan tanpa controller maupun perangkat mobile. Tekan tombol di tubuhnya, maka ia siap melambung tinggi dan menjalani misinya: mengikuti ke mana pun Anda pergi dan merekam momen tersebut. Waktu terbang Sprite sendiri berkisar 10 – 12 menit untuk sekali charge.
Drone ini sejatinya dirancang untuk kebutuhan profesional ketimbang sebagai mainan para geek zaman modern. Ia siap mendampingi misi-misi khusus seperti misi pencarian oleh tim SAR, pengecekan konstruksi bangunan atau inspeksi di atas kawasan berair.
Maka dari itu, harga yang ditawarkan pun juga sama ‘profesional’. Anda bisa memilih satu dari dua bundle di laman Kickstarter-nya: Pathfinder seharga $799, atau Explorer seharga $949. Bundle Explorer mencakup semua paket standar yang ditawarkan bundle Pathfinder, plus charger baterai dan unit controller.
terima kasih infonya 😀