Menjamurnya para pengembang aplikasi digital di Indonesia saat ini tak lepas dari laju perkembangan teknologi yang begitu pesat. Sayangnya, dalam hal bekerja sama dengan pemerintah, mereka kerap merasakan hambatan yang tak jarang membuat enggan untuk berkolaborasi kembali. Dalam ajang Ideafest kemarin (7/8), CEO Layang-Layang Mobile Prasetyo Andy Wicaksono dan Kepala Unit Pelayanan Teknis Smart City Jakarta Setiaji bercerita tentang bagaimana bekerja sama dengan pemerintah di era digital ini.
Era digital yang terjadi saat ini telah mengubah kehidupan bermasyarakat di Indonesia, termasuk dalam sistem pemerintahan. Ditambah dengan hadirnya para pemimpin “era baru”, seperti Basuki T. Purnama, Tri Rismaharini, hingga Ridwan Kamil, perlahan namun pasti pemerintahan Indonesia mulai menuju digitalisasi. Jika dibandingkan beberapa tahun ke belakang, ketika pemerintahan cenderung tertutup, ini adalah pertanda positif.
Indonesia masih baru memulai tren ini. Masih banyak yang harus dibenahi oleh kedua belah pihak. Dalam sesi perbincangan Ideafest 2015 yang dimoderatori Arief Aziz, CEO dan Founder Layang-Layang Mobile Prasetyo Andy Wicaksono dan Kepala Unit Pelayanan Teknis Smart City Jakarta Setiaji menceritakan pengalaman mereka ketika bekerja sama dengan pemerintahan.
Menyelaraskan visi dan misi
Salah salah satu tantangan yang paling dirasakan oleh Prasetyo Andy Wicaksono ketika bekerja sama dengan pihak pemerintah di Indonesia adalah bagaimana kedua belah pihak bisa menyamakan visi dan misi mereka untuk mencapai tujuan. Pemerintah dan developer (pengembang) pada dasarnya adalah dua entitas yang berbeda dengan visi dan misi yang berbeda untuk mencapai tujuan. Di era digital ini keduanya saling membutuhkan.
Prasetyo mengatakan, “Tantangannya adalah bagaimana menjembatani komunikasi di antara kedua belah pihak ini. Di satu sisi, pemerintah sangat mengerti tentang birokasi, sedangkan pengembang adalah pihak yang memiliki kreativitas yang dibutuhkan pemerintahan.”
Prasetyo menekankan kondisi saat ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu pemerintah cenderung lebih tertutup. Hal ini bisa dilihat dari dimulainya era keterbukaan data pemerintahan yang dapat dimanfaatkan di berbagai ajang, misalnya HackJak.
Keterbatasan wadah komunikasi
Ajang perlombaan HackJak dan Retas Bangsa bisa dikatakan salah satu cara pemerintah dalam merangkul para pengembang Indonesia untuk bekerja sama dengan pemerintah. HackJak tahun lalu saja berhasil mengumpulkan 200 peserta terdaftar, sedangkan untuk Hackjack 2015 pemerintah menargetkan kontribusi dari 430 peserta.
Setiaji mengatakan, “Orang yang memiliki latar belakang IT, jika masuk ke pemerintahan, biasanya ilmunya tidak terpakai. Ini karena mereka lebih sering berkutat pada hal yang berbau administrasi yang erat kaitannya dengan birokrasi pemerintahan.”
“Melalui ajang seperti HackJak, para pengembang dapat memanfaatkannya sebagai cara untuk berkolaborasi dengan pemerintah. […] Untuk Hackjak tahun ini pemerintah juga akan menginkubasi pemenangnya, agar kerja sama bisa berkelanjutan dalam jangka waktu lebih panjang,” tambah Setiaji.
Baik Setiaji maupun Prasetyo sepakat bahwa wadah yang dapat dimanfaatkan baik oleh pemerintah maupun para pengembang untuk dapat saling bekerja sama sebenarnya masih kurang. Padahal lebih banyaknya wadah yang dimanfaatkan untuk memfasilitasi antar-pelaku industri digital kreatif bertemu dan bertukar pikiran dapat membuat industri tersebut juga tumbuh subur.
Prasetyo mengatakan, “Pengembang dan orang yang concern di bidang teknologi di Indonesia sebenarnya sudah mulai banyak. Tapi, wadah yang benar-benar matang dan mumpuni masih belum banyak. Jakarta saja masih belum punya wadah [ideal] buat developer yang ideal [baru melalui ajang lomba seperti HackJak].”
“Sebenarnya yang diperlukan untuk bikin industri teknologi kita makin maju perlu ada wadah diskusi dan ketemu antar pelaku biar hasilnya semakin baik. Komunitas maupun tempat ketemu seperti basecamp atau co-working space bisa dimanfaatkan jadi lokasi diskusi dan tukar pikiran, itu sih yang kita perlu,” tambahnya.