Dark
Light

Alasan Investor Berinvestasi di Startup Indonesia dari Sudut Pandang Pemain Lokal

2 mins read
April 17, 2015

CEO BukaLapak Achmad Zaky dan Founding Member MatahariMall Yiping Goh / DailySocial

Dengan pertumbuhan digital yang masif, banyak investor yang ingin mencoba menanamkan modal di Indonesia. Bagi para pemain di industri startup Indonesia sendiri, mendapatkan suntikan dana pun bisa jadi sangat membantu pertumbuhan bisnisnya. Namun, investor pun tak sembarangan menanamkan modalnya ke sebuah startup. Dalam ajang Echelon Indonesia 2015, CEO Bukalapak Achmad Zaky mengungkapkan apa yang sebenarnya dicari oleh para investor ketika ingin menanamkan modalnya di startup.

Layanan marketplace Bukalapak adalah startup yang lahir dan tumbuh berkembang di Indonesia. Lima tahun yang lalu, mereka bukan apa-apa di industri ini. Namun, seiring berjalannya waktu, kini mereka adalah satu pemain retail online yang mempunya nama besar di Indonesia dan tak kalah dari gerai-gerai lain yang berasal dari luar ataupun lokal. Hal tersebut tak lepas dari pertumbuhan Bukalapak yang baik dan juga pendanaan yang diperolehnya dari investor lokal dan juga luar negeri.

Tepat pada tanggal 4 Februari lalu, layanan marketplace Bukalapak berhasil memperoleh investasi pendanaan Seri B dalam jumlah yang tidak dapat diungkapkan. Investasi tersebut diberikan oleh PT. Kreatif Media Karya (KMK Online) yang merupakan anak perusahaan PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (Grup EMTEK). Sebelumya, Bukalapak juga sudah pernah memperoleh pendanaan Seri A dari investor yang berasal dari Jepang, yakni Gree Venturee.

Dengan prestasi tersebut, melalui ajang Echelon Indonesia 2015, dimoderatori oleh Founding Member MatahariMall Yiping Goh, CEO Bukalapak Achmad Zaky mengungkapkan apa yang sebenarnya dicari oleh investor ketika akan menanamkan modal di startup. Zaky sendiri menyebutkan bahwa pada awal-awal Bukalapak berdiri, ia telah berbicara kepada banyak investor untuk mencari pendanaan. Namun saat itu, investor yang diajak berbicara masih belum percaya dengan model bisnis yang diusung oleh Bukalapak.

“Saya mempresentasikan bisnis saya ke banyak investor di Indonesia, sayangnya tak banyak yang percaya dengan bisnis e-commerce saat itu. Bahkan mereka membandingkan dengan (model bisnis lain), katakanlah Kaskus, padahal mereka melakukan hal yang berbeda dengan kami,” ujar Zaky.

Tak banyak startup berkualitas yang layak dapat modal

Zaky juga menambahkan bahwa yang menjadi masalah saat ini bagi investor adalah mereka tak dapat menemukan banyak startup berkualitas di Indonesia untuk ditanamkan modal. Padahal saat ini, menurut Zaky, jumlah investor di Indonesia sudah jauh lebih banyak ketimbang dahulu. Selain kualitas produk dari startup itu sendiri, Zaky juga menyoroti kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam menjalankan startup.

Zaky mengatakan, “Banyak sekali sebenarnya investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, apalagi investor luar. Dana yang ada melimpah, tetapi masalahnya tidak banyak startup yang bagus.[…] Masalah kedua adalah kita tidak punya cukup banyak talenta yang baik (dari sisi pengalaman).”

Lebih lanjut, Zaky juga mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam mendorong SDM Indonesia agar mampu menghadirkan apa yang industri digital ingin. Salah satu caranya adalah dengan transfer ilmu dari SDM yang berpengalaman. Menurut Zaky pemerintah seharusnya dapat mengajak perusahan teknologi besar untuk buka kantor di Indonesia. Tujuannya tak lain agar terjadi proses tranfer ilmu kepada SDM di Indonesia, baik itu dari divisi pemasaran maupun insinyurnya.

Selain itu, Zaky juga menyoroti perbedaan mendasar antara investor lokal dan luar yang harus diketahui oleh pemain startup. Menurut Zaky, investor lokal memiliki kelebihan di sisi pemahaman pasar lokal dan itu akan sangat membantu di lapangan. Sayangnya dana yang dimiliki oleh mereka terbatas.

Beda halnya dengan investor luar yang memiliki kekuatan dari sisi finansial dan memiliki kemungkinan untuk membuka kanal agar startup dapat dibawa ke Silicon Valley. Namun, pemahaman akan pasar lokal yang dimiliki oleh investor luar ini masih jauh jika dibandingkan dengan pemahaman investor lokal.

Dengan demikian, keputusan akan kembali ke tangan para pelaku startup. Apakah mereka memilih untuk mendapatkan investasi dari investor lokal dengan dana yang jauh di bawah investor luar, tetapi dapat dibantu memahami pasar lebih baik atau sebaliknya.

Previous Story

Headphone Pintar Ini Dapat Memutar Musik dari Cloud

Next Story

Sendal Ini Dapat ‘Tumbuh’ Mengikuti Perkembangan Kaki Anak

Latest from Blog

Don't Miss