Dark
Light

Seni Memperoleh Revenue Melalui Advertising dari Bernhard Subiakto

1 min read
April 14, 2015

Mariel Grazella dan Berhard Subiakto /  DailySocial

Revenue adalah bagian tak terpisahkan dalam menjalankan suatu bisnis. Dengan memperoleh revenue yang stabil, artinya bisnis Anda berhasil dan itu dapat menjadi bukti jaminan kredibilitas jika bisnis Anda, baik itu yang sudah mapan atau startup, ingin mendapatkan investasi. Tetapi untuk memperoleh revenue yang baik, ada seninya sendiri dan dalam panel ketiga Echelon Indonesia 2015, CMO Kapanlagi Network Bernhard Subiakto, dimoderatori oleh Business Analyst Bower Group Mariel Grazella, menyampaikan tentang ‘seni’-nya memperoleh revenue untuk bisnis yang sedang dijalankan berdasarkan pengalamannya.

Bernhard Subikato bukanlah orang baru dalam dunia industri kreatif, terutama di bidang marketing. Dalam perjalanan karirnya, Bernhard berperan dalam mendirikan beberapa industri di dunia kreatif. Sedangkan di bidang marketing, dengan posisisnya sebagai Co-Founder XM Gravity yang bergerak di bidang digital marketing dan juga kini menjabat sebagai Chief Marketing Officer Kapanlagi Network, tentu dia sudah merasakan pahit manisnya dunia marketing.

Sebelum berbicara di ajang Echleon Indonesia 2015, Bernhard pernah menyampaikan bahwa agar suatu bisnis tumbuh dan memperoleh revenue setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, ide dari bisnis yang akan dijalankan haruslah memiliki dampak yang positif untuk masyarakat sekitar. Kedua, cari rekan untuk dapat saling mendukung dalam menjalankan bisnis. Terakhir adalah passion, agar saat menjalankan bisnis, Anda memiliki energi yang tak ada habisnya.

Namun, di perhelatan Echelon Indonesia 2015, Bernhard mengulas lebih dalam lagi mengenai ‘seni’ mendapatkan revenue untuk bisnis yang sedang dijalankan. Apa yang disampaikan Bernhard adalah berdasarkan pengalamannya selama berkecimpung dalam dunia marketing. Menurut Bernhard dengan perkembangan dunia digital saat ini, ada banyak cara untuk mendapatkan revenue.

Bernhard mengatakan,

“Anda sebenarnya dapat memperoleh revenue dari kanal apapun, baik itu offline maupun online, dengan memasang iklan yang diminta oleh klien Anda. Namun berdasarkan pengalaman saya, seperti apapun bentuk iklannya, untuk menciptakan ikatan dengan klien, konten yang terkandung dalam iklan menjadi poin terpenting di sini.”

Lebih lanjut Bernhard juga menyampaikan bahwa untuk memberikan konten yang baik perlu strategi sendiri. Market perlu di edukasi agar dapat menerima konten iklan yang diberikan, membentuk dan juga terus memberitahu kepada tim sales dan marketing bahwa yang terpenting adalah isi dari konten merupakan bagian kecil dari strategi tersebut.

Tetapi seiring dengan pasar yang terus tumbuh dan berkembang, tentu kedepannya perlu startegi dan rencana baru untuk menyampaikan iklan yang baik agar dapat memperoleh revenue. Menurut Bernhard, dalam dunia marketing ke depannya akan ada dua teknologi yang memiliki peran penting untuk menyampaikan iklan yang lebih baik pada pasar. Kedua teknologi tersebut adalah Video dan juga Big Data.

Bernhard mengatakan, “Video dapat menjadi media yang menarik dalam menyampaikan iklan digital, karena dapat memberikan konten yang lebih interaktif di bandingkan dengan banner iklan biasa. Selain itu, ke depannya Big Data juga akan berperan penting dalam dunia marketing digital. Dengan memanfaatkan Big Data, Anda dapat menganalisis perilaku konsumen dari sisi manapun dan itu dapat dimanfaatkan untuk memberikan iklan dengan lebih tepat sasaran.”

 

Previous Story

Tiga Tantangan Penyedia Platform “Job Outsourcing” di Indonesia

Next Story

Garmin Perkenalkan Dua Action Cam Generasi Baru, Virb X dan Virb XE

Latest from Blog

Don't Miss

Indigo Impact Report 2021

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi
Jefrey Joe berbagi pengalamannya dalam membantu founder mencari dan mengeksekusi model bisnis

Mengupas Serba-Serbi Model Bisnis pada Startup

Startup tak melulu bicara soal merealisasikan ide menjadi sebuah produk.