Indonesia, Thailand, dan Vietnam menurut riset yang diterbitkan Niko Partners adalah tiga negara terdepan dan paling berpotensi menghasilkan pendapatan di sektor permainan online di Asia Tenggara. Secara total pasar permainan online di Asia Tenggara, baik yang berbasis PC maupun mobile, mencapai $784,4 juta (sekitar Rp 9,6 triliun menurut kurs hari ini) di tahun 2014.
Managing Partner Niko Partners Lisa Cosmas Hanson mengatakan bahwa pasar permainan di Asia Tenggara sering dibandingkan dengan Tiongkok dan saat ini hanya tertinggal beberapa tahun.
“Gamer di Asia Tenggara sangat menyukai game online berbasis massively online battle arena (MOBA), shooter, dan mobile game, seperti di Tiongkok. Meskipun demikian, gamer Tiongkok yang berusia lebih tua masih menyukai MMORPG yang memang menghasilkan pendapatan lebih besar untuk pembuat game, segmen yang masih dihindari oleh gamer Asia Tenggara. Tantangan pengembang adalah meningkatkan pendapatan di jenis permainan yang digemari di Asia Tenggara,” tutur Lisa.
Berdasarkan riset yang dilakukan Niko Partners ini, terungkap bahwa terdapat 119 juta mobile gamer di Asia Tenggara. Angka ini lebih tinggi ketimbang 97 juta PC gamer, meskipun banyak orang yang menyukai keduanya. Disebutkan bahwa tahun ini hanya 7% PC gamer yang tidak bermain mobile game. Angka ini turun drastis ketimbang 25% di tahun 2013 lalu.
Riset ini mendukung sikap kebanyakan pengembang permainan di Indonesia yang cenderung menyasar segmen mobile. Tak salah pula jika East Ventures mendukung Alkemis Games dalam proyeknya membangun mobile game untuk pasar global.
Niko memprediksikan Indonesia akan memberikan pertumbuhan pemasukan tertinggi hingga 2018, sedangkan Vietnam akan memimpin untuk pertumbuhan jumlah pemain game online untuk 4 tahun ke depan. Pemain besar segmen ini di Asia Tenggara di antaranya adalah Garena, OffGamers, Asiasoft, dan MOL.