Minggu lalu, Unity mengumumkan bahwa mereka akan kembali memecat sejumlah karyawan mereka. Kali ini, mereka akan merumahkan 8% dari total pegawai mereka, atau sekitar 600 orang.
Selain itu, mereka juga akan menutup sejumlah kantor mereka. Mereka akan mengurangi jumlah kantor mereka, dari 58 kantor, menjadi 30 kantor atau kurang. Diduga, keputusan Unity untuk merampingkan perusahaan didorong oleh rasa khawatir akan resesi.
Dalam satu tahun, kali ini adalah kali ketiga Unity memecat ratusan karyawan mereka. Di awal 2023, Unity merumahkan 284 orang. Sementara di Juni 2022, mereka memecat 225 staf. Sebelum Unity melakukan pemecatan karyawan, mereka memiliki sekitar delapan ribu staf. Kini, jumlah pegawai mereka hanya mencapai sekitar tujuh ribu orang.
Ketika ditanya tentang alasan di balik keputusan Unity untuk merumahkan ratusan pegawainya, kepada Wall Street Journal, CEO Unity, John Riccitiello mengatakan, “Tujuan kami adalah untuk mendorong perusahaan agar bisa berkembang dengan lebih pesat di masa depan.”
Naik-Turun Nilai Saham Unity
Didirikan pada 2004, Unity dikenal di kalangan developer game sebagai kreator dari game engine Unity. Game engine tersebut memungkinkan developer untuk membuat game 3D di smartphone, konsol, dan web tanpa harus pusing memikirkan masalah porting.
Unity melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 2020. Ketika itu, saham Unity dihagai US$52 per lembar, membuat valuasi perusahaan mencapai US$13,7 miliar. Di November 2021, nilai saham Unity sempat mencapai US$210. Namun, sejak saat itu, nilai saham Unity terus turun. Sekarang, harga saham Unity hanyalah US$28 per lembar.
Seperti yang disebutkan oleh GamesIndustry, di 2021, Unity bukan satu-satunya perusahaan yang nilai sahamnya meroket sebelum terjun bebas. Hanya saja, penurunan nilai saham Unity lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan game atau teknologi lainnya. Dan tampaknya, jatuhnya nilai saham Unity membuat para investor tidak lagi setuju dengan strategi perusahaan, yang memprioritaskan pertumbuhan daripada untung.
Merumahkan ratusan pegawai jadi salah satu cara bagi Unity untuk memangkas biaya operasi. Unity menyebutkan, karyawan yang mereka pecat merupakan “middle managers“, yang sering diidentikkan sebagai “jembatan” antara bawahan mereka dan atasan mereka. Walau middle managers sering dianggap sebagai posisi yang tidak krusial, mereka tetap punya fungsi dalam perusahaan. Dan merumahkan ratusan pegawai akan meningkatkan beban kerja yang diemban oleh pegawai yang tersisa.
Selain itu, sebenarnya, tetap ada harga yang harus Unity bayar ketika mereka memutuskan untuk merumahkan ratusan karyawan mereka. Diperkirakan, biaya yang Unity harus keluarkan untuk restrukturisasi perusahaan dan pemutusan hubungan kerja dengan pegawai mereka mencapai US$26 juta. Biaya tersebut mencakup biaya transisi pegawai, biaya pesangon untuk karyawan yang dipecat, dan benefit untuk karyawan.
Strategi Unity untuk Memprioritaskan Pertumbuhan Perusahaan
Walau telah berdiri sejak 2014, Unity baru mendapatkan untung pada Februari 2023. Sementara itu, Riccitiello telah menjadi CEO sejak 2014. Ketika ditanya mengapa Unity terus merugi selama bertahun-tahun, Riccitiello memulai penjelasannya dengan menyebutkan, dari semua perusahaan yang melakukan IPO bersama dengan Unity, hanya 10% yang telah mendapatkan untung.
“Sangat sedikit perusahaan yang berhasil mendapatkan untung saat mereka mengalami pertumbuhan sebesar 40%, seperti yang dialami oleh Unity sepanjang 2021 dan 2019,” kata Riccitiello pada GamesIndustry. “Hal ini terjadi karena Anda harus terus menambah staf demi mendukung pertumbuhuan tersebut.” Kini Unity telah menjadi perusahaan besar, dia menambahkan, perusahaan akan mulai mendapatkan untung di masa depan.
Lebih lanjut, Riccitiello bercerita, ketika dia baru ditunjuk sebagai CEO Unity, perusahaan menggunakan model bisnis perpetual license. Sementara Unity hanya merilis game engine setiap empat atau lima tahun sekali. “Jadi, produk kami jarang mendapatkan update besar-besaran,” ujarnya. “Game engine kami bekerja dengan baik dan sangat disukai developer indie. Tapi, game engine kami tidak pernah digunakan untuk membuat 500 game terbaik di masa itu.”
Di bawah kepemimpinan Riccitiello, Unity mulai menggunakan model bisnis Software-as-a-Service. Tak hanya itu, selama empat tahun, mereka juga menggandakan biaya R&D tahunan perusahaan untuk gaming. Pada akhirnya, biaya R&D Unity naik hingga 16 kali lipat. Sebagai CEO Unity, Riccitiello juga memulai bisnis iklan, yang menjadi sumber pemasukan ekstra bagi Unity. Pemasukan ini membantu Unity untuk membayar biaya yang diperlukan dalam mengembangkan game engine.
Riccitiello mengatakan, alasan Unity menerapkan strategi tersebut adalah karena strategi itu dianggap sebagai metode paling tepat. Apalagi, karena mereka percaya, game merupakan media hiburan utama di dunia. Dia juga mengungkap, mengubah model bisnis perusahaan membuat pangsa pasar Unity di game engine mencapai lebih dari 70%. Unity juga mulai banyak digunakan untuk membuat game konsol. Dia memperkirakan, pangsa pasar Unity di konsol berkisar antara 30% sampai 70%.
“Apakah kami harus mementingkan laba? Kami bisa melakukan hal tersebut. Tapi, hal itu berarti, kami tidak akan membantu industri game seperti yang kami lakukan sekarang,” kata Riccitiello. “Pangsa pasar kami tidak akan naik. Dan ketika kita berbicara tentang pangsa pasar, saya menganggapnya sebagai ribuan developer yang bisa menjadi bagian dari industri game berkat bantuan kami.”
Riccitiello mengatakan, keputusan Unity untuk terus mengutamakan investasi di R&D daripada laba akan menguntungkan industri game. Dan Unity telah melakukan hal tersebut selama bertahun-tahun. “Sekarang, kami sudah menjadi perusahaan yang cukup besar sehingga pertumbuhan pemasukan kami akan bisa menutup biaya R&D. Dan kami akan bisa balik modal, lalu mendapatkan untung,” katanya.
Kepada para investor, Riccitiello mengatakan, Unity akan mendapatkan untung di 2023. Memang, di Februari 2023, Unity mengungkap bahwa mereka akhirnya meraih untung.
Tak bisa dipungkiri, keputusan Unity untuk memecat sejumlah karyawan mereka memang bisa membuat perusahaan menjadi lebih menguntungkan. Hanya saja, jika Unity terus memecat karyawan demi laba, hal ini akan meningkatkan beban kerja pada pegawai yang tersisa. Dan hal itu juga berpotensi memunculkan budaya berbahaya, bahwa pemecatan karyawan bukanlah sesuatu yang memalukan dan harus dihindari, tapi cara bagi perusahaan untuk meraih untung.
Sumber header: Protocol