Perkembangan industri video game tidak luput dari pengaruh perkembangan dunia teknologi secara luas. Dahulu mungkin tidak ada yang mengira sebuah konsol genggam dapat disatukan dengan sebuah alat komunikasi, sementara sekarang kita semua rajin bermain game di smartphone masing-masing.
Kedekatan video game dengan teknologi ini membuat industrinya cepat berganti tren. Seiring dengan melonjaknya popularitas teknologi Web3 dalam beberapa tahun terakhir, tidak perlu waktu lama bagi industri game untuk beradaptasi. Dari situ terciptalah jenis permainan baru yang melibatkan implementasi blockchain dan NFT, tidak ketinggalan pula model bisnis baru yang memberi kesempatan pemain untuk ikut memperoleh keuntungan dari game yang dimainkannya (play-to-earn).
Di Indonesia, tren game Web3 juga mulai berkembang cukup pesat dalam satu sampai dua tahun terakhir, terlihat dari semakin banyaknya jumlah game NFT lokal yang ada di pasaran. Salah satu yang terbaru adalah Evermore Knights, game NFT besutan studio bernama Nomina Games.
Saat ini sedang menjalani fase closed beta test, Evermore Knights merupakan RPG dengan sistem pertarungan turn-based ala JRPG klasik, serta karakter dan persenjataan yang dikemas sebagai aset NFT. Menariknya, Evermore Knights merupakan bagian dari sebuah ekosistem bernama Creo Engine yang menjanjikan interoperabilitas antar game-game Web3.
Untuk memahami Creo Engine secara menyeluruh, saya pun langsung menghubungi cofounder sekaligus CEO-nya, Javier Tan. Kami berbicara via panggilan Zoom, dan dari situ saya mendapatkan banyak insight menarik mengenai Creo Engine dan game Web3 secara umum.
Apa itu Creo Engine?
Di situs resminya, Creo Engine dideskripsikan sebagai sebuah platform gaming ala Steam, tapi yang secara spesifik menangani game-game Web3. Javier sendiri menjelaskan bahwa tujuan didirikannya Creo Engine adalah untuk membangun suatu hub yang menghubungkan developer sekaligus gamer di ranah game Web3.
Creo Engine memiliki dua pilar utama, yakni Nomina Games dan CreoPlay. Nomina Games, seperti yang sudah disebutkan tadi, adalah sebuah studio yang bertugas mengembangkan game secara in-house untuk Creo Engine. CreoPlay di sisi lain merupakan semacam platform yang memfasilitasi sebagian besar kegiatan on-chain, mulai dari transaksi marketplace, staking, hingga gamepedia.
“Steam versi GameFi,” demikianlah cara Javier menjelaskan CreoPlay secara singkat dalam perbincangan kami. Dengan mengunjungi situs CreoPlay, nantinya kita dapat mengakses berbagai game Web3 yang semuanya saling terhubung satu sama lain. Empat di antaranya akan datang dari Nomina Games.
Game yang pertama adalah Evermore Knights, yang rencananya akan memasuki fase open beta pada bulan Desember, lalu berlanjut ke grand launching pada Januari 2023. Game yang kedua adalah Slime Haven, semacam pet raising simulator ala Axie Infinity yang saat ini tengah dikembangkan secara paralel.
Game ketiga dan keempat dari Nomina adalah Merchant Marvels dan Peony Ranch, dan Javier bilang keempatnya ini ditargetkan hadir dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Dijelaskan pula bahwa saat ini sudah ada kurang lebih 20 game dari developer pihak ketiga yang siap diintegrasikan dengan ekosistem CreoPlay demi mewujudkan aspek interoperabilitas tadi.
Interoperabilitas sebagai nyawa ekosistem
Berdasarkan penjelasan Javier, salah satu misi Creo Engine adalah membangun ekosistem yang dapat menghubungkan developer dan gamer melalui interoperability of asset. Dari perspektif yang paling sederhana, interoperabilitas di sini mengacu pada perpindahan aset dalam satu game ke yang lain, baik yang berbentuk NFT maupun yang hanya sebatas in-game item biasa.
Pada praktiknya, interoperabilitas memungkinkan item dari game A untuk dipindah dan digunakan di game B, game C, dan seterusnya, tergantung dari utilitas masing-masing item. Javier memberikan contoh bagaimana karakter slime di game Slime Haven yang merupakan aset NFT nantinya bisa dipindah dan dijadikan pet di game Evermore Knights, yang kemudian bisa memberikan buff bagi karakter-karakternya.
Untuk aset yang bukan berupa NFT, gambaran kasar yang Javier berikan mencakup item mithril hasil hunting di Evermore Knights yang dapat dipindah ke game Merchant Marvels, yang sendirinya merupakan game crafting dengan lakon seorang pandai besi. Dari situ mithril-nya dapat disulap menjadi sebuah pedang, sebelum akhirnya dikirim kembali ke Evermore Knights dan dipasangkan ke salah satu karakternya.
Interoperabilitas semacam ini tentunya membutuhkan komunikasi antar developer game. Pasalnya, ada banyak hal yang perlu didiskusikan supaya interoperabilitas aset antar game ini tidak sampai mengganggu game balance. Senjata yang dirasa lemah di game A belum tentu demikian di game B, dan mungkin inilah yang akan menjadi salah satu tantangan terbesar buat tim Creo Engine. Untuk game-game bikinan Nomina sendiri, Javier bilang semuanya sudah dites dan berjalan sesuai ekspektasi.
Yang lebih simpel untuk direalisasikan adalah yang Javier sebut dengan istilah “intrinsic interoperability“. Di sini Javier mencontohkan bagaimana karakter di profil CreoPlay milik masing-masing pemain dapat diperkuat dengan aset-aset NFT.
Misalnya saja ada NFT sepatu hasil kolaborasi Creo Engine dengan Adidas; ketika di-equip di profil, aset ini bisa saja memberikan efek permanen atau semi-permanen pada game-game yang ada di ekosistem CreoPlay, semisal peningkatan drop rate di Evermore Knights, atau peningkatan damage di Slime Haven.
Menariknya, Creo Engine sama sekali tidak mewajibkan penggunaan game engine tertentu untuk mewujudkan interoperabilitas di platformnya. Menurut penjelasan Javier, seandainya engine yang digunakan tidak sama, yang bakal berbeda pada dasarnya cuma dari sisi art style. Solusinya pun tinggal menyediakan subsequent art alias aset visual pengganti, dan ini bisa dilakukan oleh pihak Creo Engine, atau bisa juga dari pihak developer game masing-masing.
Untuk Evermore Knights sendiri, Nomina Games mengembangkannya menggunakan engine Unity. Menurut Javier, saat ini sudah ada beberapa mitra developer yang tergabung dalam ekosistem Creo Engine yang telah menyiapkan subsequent art agar game-nya bisa interoperable dengan Evermore Knights.
Tantangan bagi pengembang game Web3
Mengembangkan game Web3 bukanlah suatu pekerjaan mudah, apalagi di tengah jeleknya persepsi publik terhadap pasar crypto secara luas. Hal ini pun diamini oleh Javier, meski menurutnya ini bukan satu-satunya tantangan terbesar yang kerap dihadapi oleh pengembang game Web3.
Menurut Javier, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah fakta bahwa membuat game yang bagus itu lama sekaligus mahal. Pengembangan game memerlukan sumber daya besar, dan ini juga berlaku di ranah game Web3 kalau memang ingin mengejar kualitas.
Itulah mengapa Creo Engine tidak mau setengah-setengah dalam mempersiapkan studio game internalnya. Javier menjelaskan bahwa Nomina Games saat ini memiliki kurang lebih 64 karyawan, dan itu mencakup hampir semua area game development. “Kami ada artis, animator, game designer, game conceptor, sound designer, script writer, dan tentu saja sekelompok programmer, termasuk halnya solidity dan blockchain programmer,” jelas Javier.
Javier sendiri juga merupakan seorang gamer kelas berat. Dari caranya menjelaskan kepada saya, terlihat jelas bahwa Javier memang mengerti sekali soal dunia game. Ini penting karena tanpa pemahaman yang baik mengenai industri video game, tentunya akan sulit bagi seorang pemimpin perusahaan game untuk mengarahkan timnya berfokus pada kualitas.
Di sisi lain, mekanisme play-to-earn menurut saya terkadang juga bisa memunculkan tantangan tersendiri bagi para pengembang game Web3. Ketimbang terlalu fokus pada aspek earning, developer semestinya bisa memikirkan cara lain untuk menambahkan variasi permainan.
Salah satu contohnya adalah seperti yang dilakukan oleh Creo Engine. Javier menjelaskan bahwa di samping mekanisme play-to-earn seperti pada umumnya, timnya juga menjelajah real-life use case dari suatu in-game item. Contohnya, dalam game RPG yang sering kali memberikan drop item berupa makanan, bagaimana seandainya item makanan tersebut juga bisa direalisasikan di dunia nyata?
Analogi yang Javier berikan seperti ini: anggap Anda bermain Evermore Knights dan berhasil mengumpulkan 1.000 item paha ayam di game. Ke depannya, item tersebut dapat ditukar menjadi poin, yang kemudian poinnya bisa ditukarkan di supermarket dengan 1 kilogram paha ayam betulan.
Javier lanjut menjelaskan bahwa timnya sudah memiliki channel untuk mengerjakan ide ini, dan mereka pun tengah mematangkan konsepnya secara keseluruhan. “Mudah-mudahan by grand launch (Evermore Knights) sudah bisa direalisasikan, atau tidak lama setelah grand launch,” ucap Javier.
Aspek lain yang juga tak kalah esensial adalah sustainability. Javier menceritakan bagaimana ketertarikannya terhadap game Web3 justru berangkat dari kekecewaannya terhadap salah satu game RPG favoritnya yang memutuskan untuk tutup server. Kejadian seperti itu jelas merugikan para pemainnya, tidak hanya dari sisi materi, tetapi juga dari sisi waktu dan usaha.
Di Creo Engine, Javier berharap problem seputar sustainability ini dapat diatasi lewat interoperabilitas tadi. Contohnya, game A hype-nya sedang turun, sementara game B sedang naik daun. Untuk membantu meningkatkan kembali hype terhadap game A, developer bisa memberikan iming-iming item menarik di game B, dengan syarat ada item yang harus dikumpulkan terlebih dulu dari game A.
Penutup
Secara keseluruhan, konsep yang ditawarkan Creo Engine terdengar sangat menarik dan seakan membawa angin segar pada ranah game Web3 yang sering kali dinilai hanya mementingkan aspek mencari cuan saja. Lebih penting lagi, Creo Engine punya sumber daya yang mumpuni untuk merealisasikan ide-idenya, dan ini bisa dibilang merupakan sesuatu yang cukup langka dijumpai di industri game Web3.
Seperti yang sudah dijelaskan, interoperabilitas tak hanya memberikan kesinambungan antar satu game dengan yang lain, tetapi juga peluang untuk saling mendukung dan menjaga sustainability-nya. Dan daripada menunggu partisipasi dari pihak luar untuk mewujudkannya, Creo Engine rupanya ingin langsung mendemonstrasikannya sendiri lewat game-game yang dibuat oleh studio internalnya.