Dark
Light

Mencoba Versi Demo Mythic Protocol, Game Web3 dengan Fokus Utama pada Aspek Gameplay

4 mins read
August 27, 2022
Mythic Protocol artwork

Ada banyak alasan mengapa game NFT atau game Web3 banyak dicecar di kalangan gamer mainstream. Namun alasan yang paling utama, setidaknya sejauh pengamatan saya, adalah karena gameplay yang ditawarkan sering kali kurang menyenangkan. Tidak jarang, yang diutamakan dalam sebuah game Web3 hanyalah premis “main game dapat uang” alias aspek play-to-earn, sementara aspek gameplay-nya terkesan seperti digarap secara ala kadarnya.

Tanpa gameplay yang fun, saya pikir game Web3 bakal kesulitan mencuri perhatian mayoritas gamer, sehingga pada akhirnya yang tertarik hanyalah kalangan crypto enthusiast saja — yang motivasi bermainnya tidak lebih dari sebatas mencari cuan. Pendapat ini juga diamini oleh Arief Widhiyasa, pendiri sekaligus CEO Agate selama 13 tahun yang Juni lalu memutuskan untuk turun dari kursi jabatannya demi berfokus membangun franchise game Web3 bernama Mythic Protocol.

Keputusan yang Arief ambil bisa dibilang cukup ekstrem, terutama jika melihat kondisi ranah Web3 yang sedang lesu akibat terus melemahnya pasar crypto. Arief sendiri menyadarinya, namun menurutnya ini justru merupakan momen yang tepat — momen ketika mereka yang menggeluti ranah Web3 hanya demi mencari untung akhirnya terpaksa harus menyerah, sehingga terbukalah peluang bagi mereka yang benar-benar ingin membangun sesuatu yang bermanfaat bagi publik dengan berpegang pada prinsip-prinsip Web3.

Mythic Protocol pada dasarnya merupakan cara Arief membuktikan bahwa game Web3 itu tidak melulu soal cari cuan. Game ini dikembangkan dengan fokus utama pada gameplay, dengan teknologi blockchain sebagai elemen pendukung dan penambah nilai permainan itu sendiri. Singkat cerita, Mythic Protocol adalah game Web3 yang asyik untuk dimainkan tanpa harus ada iming-iming keuntungan material, dan itu bisa dibuktikan oleh versi demonya yang dirilis baru-baru ini.

Pengalaman mencoba versi demo Mythic Protocol

Mythic Protocol dideskripsikan sebagai action RPG dengan bumbu elemen roguelite. Beberapa judul game populer yang dijadikan inspirasi utama oleh tim pengembang Mythic Protocol mencakup Hades, The Ascent, dan Helldivers. Sejauh pengalaman saya mencoba secara singkat versi demo Mythic Protocol, influence ketiga game tersebut memang sangat terasa, dan ini merupakan hal yang positif mengingat ketiganya adalah game yang relatif sukses sekaligus asyik untuk dimainkan.

Seperti Hades dan kebanyakan game lain yang masuk subgenre roguelite, Mythic Protocol juga mengandalkan sesi permainan yang relatif singkat, namun yang didesain untuk dimainkan secara berulang-ulang. Pemain tidak perlu khawatir akan cepat bosan, sebab game roguelite biasanya mengemas banyak elemen yang bersifat procedurally-generated, sehingga setiap sesi permainan akan selalu terasa unik.

Mythic Protocol pun juga demikian. Meski versi demonya ini belum mengemas banyak konten — hanya ada empat level dengan variasi musuh yang terbatas dan satu boss fight di akhir — tapi elemen roguelite-nya sudah terasa begitu kental dengan eksekusi yang sangat prima. Kalau Anda pernah memainkan Hades, Anda pasti tidak akan butuh waktu lama beradaptasi dengan mekanisme permainan inti yang diusung Mythic Protocol.

Perlu diakui, penilaian saya terhadap subgenre roguelite bisa dibilang agak bias karena Hades merupakan salah satu game favorit saya. Terlepas dari itu, Mythic Protocol terbukti berhasil membuat saya lupa waktu selama beberapa jam walaupun masih berupa demo yang amat singkat. Secara keseluruhan, eksekusi game ini terkesan apik, dengan kontrol yang terasa amat responsif, baik menggunakan kombinasi keyboard dan mouse maupun gamepad.

Sebagai informasi, versi pre-alpha Mythic Protocol yang dinamai Retainer Academy ini sementara hanya bisa dimainkan di platform PC saja. Namun rencananya, versi final Mythic Protocol juga akan tersedia untuk platform console maupun mobile.

Tentu saja, belum banyak yang bisa dinilai dari game yang statusnya masih pre-alpha. Namun, setidaknya kita bisa sedikit mengupas tentang gameplay-nya yang terbukti menyenangkan.

Gameplay Mythic Protocol

Seperti di Hades, setiap kali Anda berhasil menumpas musuh di suatu area di Mythic Protocol, karakter Anda akan menerima power-up, dan Anda harus memilih satu dari tiga opsi acak yang diberikan.

Power-up ini tentu sangat bervariasi, mulai dari yang sesimpel menambah damage 15%, sampai yang konsekuensial seperti meningkatkan HP dua kali lipat tapi kehilangan regenerative shield. Opsi-opsi power-up ini disajikan secara acak, yang berarti Anda bisa bermain dengan build karakter yang berbeda-beda di setiap sesi permainan.

Kalau beruntung, Anda bisa menciptakan sinergi antar satu power-up dengan yang lain yang begitu efektif. Sebagai contoh, power-up meningkatkan HP dan mengorbankan shield tadi bisa dikawinkan dengan banyak power-up lain yang efeknya baru akan aktif ketika shield Anda habis. Berhubung shield-nya memang sudah hilang sepenuhnya, maka deretan power-up lain itu jadi bisa aktif seterusnya. Ini baru satu contoh skenario yang kebetulan berhasil saya alami selama mencoba.

Variasinya akan semakin terasa ketika kita mulai membahas soal character class. Ya, di Mythic Protocol, ada beberapa pilihan karakter dengan class-nya sendiri-sendiri. Di versi demonya ini, total ada tiga class yang bisa dicoba: Assault, Recon, Marksman. Masing-masing class hadir membawa dua macam senjata yang berbeda (primary dan secondary), dan variasi power-up-nya tadi akan menyesuaikan dengan senjata masing-masing class.

Contohnya, untuk class Assault yang senjata utamanya assault rifle, Anda bakal sering menjumpai tipe-tipe power-up yang berfungsi untuk meningkatkan fire rate. Sementara untuk class Recon yang senjata utamanya shotgun dengan tembakan yang menyebar, tipe power-up yang sering muncul biasanya adalah yang berfungsi untuk memperkecil spread area dan meningkatkan akurasi.

Build karakter dalam Mythic Protocol kian diperkaya dengan adanya sepasang skill aktif buat masing-masing class. Oh ya, tidak seperti Hades, Mythic Protocol ini mendukung multiplayer. Versi demonya mendukung hingga tiga pemain sekaligus, dan di sini tentu ada peluang bagi setiap class untuk saling mengisi satu dengan yang lainnya.

Pada kenyataannya, sejumlah skill memang sengaja didesain supaya relevan dalam konteks multiplayer. Contohnya, skill milik Marksman yang menambah damage untuk sementara waktu bagi pemain lain yang berada di dekatnya, atau skill milik Recon yang bisa membuat semacam kubah pelindung sehingga siapa pun yang berada di dalamnya akan terbebas dari proyektil musuh.

Mana elemen Web3-nya?

Ya, sampai sejauh ini saya memang belum membahas sama sekali mengenai elemen Web3 yang diselipkan ke Mythic Protocol. Alasannya ada dua: pertama karena di versi pre-alpha ini memang belum ada utilisasi blockchain yang dilibatkan, kedua karena peran blockchain di Mythic Protocol nantinya hanya sebatas sebagai elemen pendukung saja.

Nantinya, tim Mythic Protocol berniat memperkenalkan konsep NFT yang dapat berevolusi mengikuti progres masing-masing pemain. NFT-nya sendiri bisa berupa karakter atau senjata, dan semua ini dapat diperkuat dengan mengalahkan musuh-musuh tertentu. Contohnya, ketika pemain berhasil mengalahkan rift boss berwujud vampir, NFT senjata atau karakternya bisa mendapatkan atribut tambahan yang memberikan efek lifesteal secara permanen.

Ilustrasi evolving NFT Mythic Protocol
Ilustrasi evolving NFT di Mythic Protocol / Mythic Protocol

Fungsi blockchain di sini salah satunya adalah untuk mencatat progres sekaligus merekam legasi dari masing-masing pemain, bukan semata untuk memfasilitasi aktivitas jual-beli antar sesama pemain. Berdasarkan penjelasan Arief, riset yang dilakukan timnya menunjukkan bahwa sebagian besar pemain lebih mementingkan soal legasi ketimbang konsep kepemilikan (ownership) yang dihadirkan NFT.

Sejauh mana integrasi blockchain dan NFT bisa menambah daya tarik Mythic Protocol masih belum bisa dibuktikan. Namun demikian, versi demo Mythic Protocol sudah terbukti mampu menyajikan gameplay yang cukup menyenangkan yang bisa menarik perhatian gamer mainstream, sekaligus membuat mereka betah bermain tanpa harus ada iming-iming keuntungan material.

Bagi yang skeptis game Web3 bisa menawarkan keseruan setara game tradisional, saya sarankan Anda coba Mythic Protocol: Retainer Academy.

Three Kingdoms Multiverese
Previous Story

Three Kingdoms Multiverese: Game Play-To-Earn Bernuansa Perang Antar Dinasti

Harga PS5 Naik
Next Story

Harga PlayStation 5 Dipastikan Naik di Banyak Negara

Latest from Blog

Don't Miss

Sambut Hari Gim Indonesia (HARGAI) 2024, Agate Akan Rilis Game Baru

Dalam rangka peringatan Hari Gim Indonesia (HARGAI) 2024, Agate International

Gelar TSA Game Fest, Agate Academy Gandeng Kominfo dan Disparbud Jabar

Agate International melalui Agate Academy bekerja sama dengan Digital Talent