Dua minggu lalu, Electronic Arts mengumumkan keputusan mereka untuk tidak lagi membuat game di bawah franchise Fifa. Dengan ini, kerja sama antara EA dan FIFA, yang telah berjalan selama hampir 30 tahun, pun berakhir. Namun, hal ini bukan berarti EA akan berhenti membuat game sepak bola. Mereka tetap akan merilis game sepak bola, tapi dengan nama yang berbeda, yaitu EA Sports FC. Rencananya, game sepak bola pertama di bawah nama baru tersebut akan diluncurkan pada 2023.
View this post on Instagram
Awal Kerja Sama antara EA Sports dan FIFA
Dirilis pada Desember 1993, game Fifa pertama dibuat oleh Extended Play Productions, sebuah tim developer kecil. Extended Play Productions percaya, game mereka akan sukses. Meskipun begitu, EA sebagai publisher, ragu bahwa game yang didasarkan pada sepak bola akan bisa laku di pasar. Karena itu, mereka berkeras untuk mendapatkan lisensi terkait sepak bola. Tujuannya, untuk mendorong awareness para gamers dan menggenjot penjualan.
Pada awalnya, EA ingin mendapatkan lisensi atas FIFA World Cup, yang bakal digelar di Amerika Serikat pada 1994. Namun, lisensi atas Piala Dunia telah didapatka oleh publisher lain. Dan EA pun memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan FIFA, sebagai organisasi yang menaungi olahraga sepak bola. Namun, dengan membeli lisensi untuk menggunakan nama FIFA, EA tidak serta merta mendapatkan hak untuk menggunakan nama pemain, tim, atau stadion dari tim sepak bola. EA tidak keberatan. Karena, ketika itu, biaya royalti yang diminta oleh FIFA pun tidak besar, menurut laporan Sports Pro Media.
Game FIFA International Soccer sukses besar. Dan game tersebut menjadi awal dari franchise yang sangat sukses untuk EA. Seri game Fifa menghasilkan miliaran dollar untuk EA. Dan kerja sama EA dengan FIFA pun bertahan lama, lebih dari 20 tahun. Sejak bekerja sama pertama kali pada 1993, EA dan FIFA telah memperpanjang kontrak lisensi beberapa kali, yaitu pada 1998, 2006, dan 2013. Dan sekarang, EA memutuskan untuk tidak lagi memperpanjang kontrak tersebut.
Alasan EA Putuskan Kerja Sama dengan FIFA
Dalam wawancara dengan BBC, EA Sports Vice President, David Jackson menjelaskan, uang memang menjadi salah satu alasan mengapa EA memutuskan untuk tidak lagi membeli lisensi FIFA. Dikabarkan, FIFA hendak menaikkan biaya lisensi mereka, menjadi US$300 juta per tahun, dua kali lipat dari harga sebelumnya. Meskipun begitu, Jackson juga menekankan, uang bukanlah satu-satunya faktor di balik pengambilan keputusan EA.
“Dalam banyak negoisasi kerja sama, uang memang punya peran penting. Tapi, alasan kami berhenti bekerja sama dengan FIFA adalah agar kami bisa memberikan pengalaman terbaik untuk rekan-rekan kami dan para pemain kami,” ujar Jackson, dikutip dari BBC. “Kami merasa, kami seharusnya berinvestasi pada aspek yang dianggap penting oleh para pemain, seperti fitur baru yang sekarang bisa kami masukkan dalam game.”
Memang, dengan membeli lisensi untuk menggunakan nama FIFA, EA juga harus mematuhi beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi sepak bolah tersebut. “Dalam kesepekatan yang kami buat dengan FIFA pada 10 tahun lalu, FIFA menetapkan beberapa larangan yang menghalangi kami untuk menanamkan sejumlah fitur bagi para gamers,” kata Jackson, dikutip dari IGN. Salah satu fitur yang EA maksud adalah pembuatan konten, seperti fitur pembuatan peta atau mode khusus pada Fortnite.
Saat membeli lisensi untuk menggunakan nama FIFA, EA tidak mendapatkan hak untuk menggunakan nama atau tampilan dari pemain, tim, dan stadion tim. Karena itu, mereka membuat perjanjian terpisah dengan masing-masing liga sepak bola dan serikat pesepak bola. Sadar bahwa lisensi-lisensi itu punya peran penting dalam kesuksesan franchise game Fifa mereka, EA berusaha untuk mendapatkan perjanjian eksklusif sebanyak-banyaknya.
Artinya, walau EA telah memutuskan hubungan dengan FIFA, mereka tetap bisa membuat game sepak bola yang menampilkan pemain, tim, dan liga yang sama seperti di dunia nyata.
“Pada awalnya, perubahan akan selalu menimbulkan kecemasan,” kata Jackson. Dia lalu meyakinkan, game sepak bola EA hanya akan berganti nama. Sementara fitur dari game itu sendiri tidak banyak berubah. “Hanya ada dua perubahan yang akan dirasakan oleh pemain, yaitu penggantian nama dan hilangnya konten Piala Dunia yang biasanya dirilis setiap empat tahun sekali.”
Jackson juga mencoba untuk menjelaskan keputusan EA untuk berhenti bekerja sama dengan EA. “Mudah saja bagi kami untuk mempertahankan status quo. Fifa telah lama menjadi game yang sukses,” katanya. “Tapi, saat kami memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan, kami merasa, membangun brand kami sendiri adalah jalan terbaik untuk kami.”
Rencana FIFA Di Masa Depan
Sementara itu, walau tidak lagi bekerja sama dengan EA, FIFA masih ingin menjual lisensi dari brand mereka. Di situs resmi mereka, FIFA mengungkapkan rencana mereka untuk bekerja sama dengan developer dan publisher pihak ketiga untuk merilis game simulasi sepak bola sendiri. Game simulasi dari sepak bola ini diperkirakan akan diluncurkan pada 2024.
“Saya bisa jamin, satu-satunya game sepak bola otentik yang membawa nama FIFA akan menjadi game sepak bola terbaik untuk para fans sepak bola dan gamers,” kata Gianni Infantino, President of Fifa, dikutip dari BBC. Hanya saja, membuat game sepak bola yang bisa disandingkan dengan game sepak bola buatan EA bukanlah perkara gampang. Apalagi, jika game tersebut harus dirilis dalam waktu dua tahun.
“Jika Anda memutuskan kolaborasi yang telah berjalan selama lebih dari 20 tahun, tentunya, akan ada konsekuensi yang harus Anda hadapi,” kata Gareth Sutcliffe, senior analis di Enders Analysis, dikutip dari New York Times. “EA akan terus membuat game sepak bola. Karena, mereka memang memiliki keahlian teknis dan kreativitas untuk membuat game sepak bola yang berkualitas. Dan game buatan EA memang sangat bagus. Sementara itu, apa yang FIFA punya, selain brand mereka?”
Sumber header: VG247