Sudah bukan rahasia kalau harga properti di mana-mana mahal. Jangankan di pinggiran kota besar, di metaverse pun harga properti luar biasa mahal. November lalu misalnya, sebuah perusahaan asal Kanada bernama Tokens.com sempat mencuri perhatian setelah membeli sebuah lahan virtual di Decentraland dengan harga setara $2,4 juta.
Kepada CNBC, Andrew Kiguel selaku CEO Tokens.com mengatakan bahwa harga properti di metaverse telah naik sekitar 400% hingga 500% dalam beberapa bulan terakhir, dan salah satu pemicunya adalah keputusan Facebook untuk rebranding menjadi Meta di bulan Oktober 2021.
Begitu membeludaknya hype metaverse, sekarang ada perusahaan yang secara khusus bergerak di bidang pengembangan properti metaverse. Salah satunya adalah Republic Realm, yang pada bulan Desember lalu sempat mencetak rekor dengan membeli lahan virtual di The Sandbox seharga $4,3 juta.
Republic Realm adalah perusahaan yang sama yang berhasil menjual aset NFT kapal pesiar seharga $650.000. Mereka rela menginvestasikan dana besar di metaverse untuk kemudian dikembangkan lagi menjadi ekosistem properti yang ‘hidup’. Sejauh ini, proyek terbesar mereka mencakup Metajuku, sebuah distrik perbelanjaan di Decentraland; dan Fantasy Islands, kumpulan 100 pulau pribadi di The Sandbox.
Persis seperti di dunia nyata, harga properti di metaverse pun juga ditentukan oleh seberapa strategis lokasinya. Kalau perlu contoh, di The Sandbox ada yang rela membayar $450.000 untuk sebuah lahan kecil, hanya karena posisinya berada persis di sebelah lahan milik rapper Snoop Dogg.
Satu hal yang mungkin bisa membedakan bisnis properti di dunia nyata dan di metaverse adalah terkait risiko investasinya. Memang tidak ada yang namanya investasi tanpa risiko, akan tetapi di metaverse kadar spekulatifnya bisa dibilang jauh lebih kuat. Bahkan CEO Republic Realm sendiri, Janine Yorio, membenarkan bahwa risiko berinvestasi di bisnis properti metaverse sangatlah besar. Alasannya tentu karena sifat cryptocurrency yang amat volatil.
Sumber: CNBC.