Dark
Light

AC Ventures Menutup Dana Kelolaan Ketiga Senilai 3 Triliun Rupiah

2 mins read
December 1, 2021
Fund III AC Ventures
Adrian Li (Founder & Managing Partner); Pandu Sjahrir (Founding Partner); dan Michael Soerijadji (Founder & Managing Partner) / ACV

AC Ventures (ACV) mengumumkan telah menutup dana kelolaan ketiganya (Fund III) senilai lebih dari $205 juta atau setara 3 triliun Rupiah dalam committed capital. Perolehan ini menjadikan total Asset Under Management (AUM) mencapai $380 juta untuk seluruh dana kelolaannya.

Beberapa limited partner (LP) tergabung ke jajaran investor, mulai dari International Finance Gorup (IFC) milik Bank Dunia dan Disrupt AD yang merupakan lengan ventura dari Abu Dhabi Developmental Holdings.

Sebagian dana dari Fund III telah aktif diinvestasikan sejak penutupan pertama putaran tersebut pada Maret 2020 lalu. Hingga saat ini sudah mengalir ke 30 pendanaan startup, dari 35 yang ditargetkan — ACV mematok target bisa menyalurkan $100 juta hingga akhir 2021.

“Berbekal pengalaman pribadi kami sebagai pengusaha yang membangun bisnis di pasar negara berkembang dari awal hingga akuisisi dan IPO, kami memosisikan diri sebagai mitra untuk para pendiri startup yang menjadi portofolio kami dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi perusahaan rintisan yang berkembang pesat. Para pendiri ACV memiliki pengalaman yang kuat dan beragam dari pasar Amerika Serikat, Tiongkok, dan Indonesia,” ungkap Founder & Managing Partner ACV Adrian Li.

Adrian melanjutkan, “Lebih dari itu, para pendiri ACV juga memiliki pengalaman investasi yang luas dalam bisnis digital yang sukses, sehingga kami mampu menghadirkan jaringan luas dan wawasan mendalam yang dapat dimanfaatkan oleh para pendiri startup yang menjadi portofolio kami.”

Lanjutkan hipotesis

Turut disampaikan dana kelolaan terbaru masih akan digunakan untuk melanjutkan strategi ACV sebelumnya, yakni fokus pada startup tahap awal di Indonesia. Mereka menggunakan pendekatan tematik yang mendalam dan disiplin yang kuat dalam berinvestasi pada startup dengan latar belakang pendiri yang kuat. ACV turut menggunakan analisis model bisnis dan pendekatan pasar yang tepat untuk membangun keahlian yang mendalam terhadap suatu sektor.

Selain pendanaan, ACV juga membantu para founder untuk membangun perusahaan melalui pengalaman mereka sebagai investor di berbagai perusahaan, serta melalui tim value creation yang terdiri dari para ahli yang memiliki pemahaman mendalam dan pengalaman yang luas di berbagai sektor industri. Tim ini akan mendukung masing-masing portofolio perusahaan ACV dalam hal rekrutmen, pengembangan bisnis, regulasi, dan peningkatan modal.

“Selain memberikan dana investasi, kami membantu para portfolio founder untuk menghubungkan mereka ke dalam ekosistem perusahaan dan platform digital yang lebih luas, serta para domain expert di seluruh dunia,” imbuh Founder & Managing Partner ACV Michael Soerijadji.

Dengan pendekatan tersebut, dana ACV sebelumnya dikatakan terus menunjukkan performa yang luar biasa di kuartil tertinggi dengan vintage fund pada 2015 mencapai 2,99x MOIC (Multiple of Invested Capital), dan vintage fund pada 2018 mencapai 2,41x MOIC. Sementara Fund III sejauh ini telah menunjukkan performa dengan MOIC mencapai 1,94x dalam kurun kurang dari 2 tahun sejak penutupan pertama.

Lahirkan unicorn dan centaur

AC Ventures adalah entitas gabungan dari Convergence Ventures (berdiri sejak 2014) dan Agaeti Venture Capital (berdiri sejak 2018). Keduanya resmi menyatukan entitas bisnis, dana kelolaan, dan tim pada 2019 lalu. Kini mereka telah turut melahirkan beberapa startup unggulan dengan titel unicorn dan centaur.

Dua unicorn yang menjadi portofolionya adalah Carsome dan Xendit. Sementara untuk startup yang telah mencapai tonggak centaur di antaranya Shipper, Stockbit, Ula, Aruna, BukuWarung, dan CoLearn. Dalam 18 bulan terakhir, seiring dengan percepatan adopsi digital akibat pandemi, pertumbuhan portofolio ACV meningkat pesat dan menghasilkan lebih dari $500 juta pendanaan tambahan pada beberapa portofolio terbaru ACV yang turut dipartisipasi oleh investor global, seperti Sequoia, Tiger Global, dan Prosus.

“Pandemi COVID-19 semakin mengakselerasi adopsi dan konsumsi digital di berbagai segmen bisnis di seluruh Indonesia. Ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi kesulitan ini tidak hanya memberi peluang besar bagi sektor internet untuk pulih, melainkan juga membuka kesempatan exit yang semakin menjanjikan seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan teknologi raksasa regional yang go public,” terang Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir.

Sepanjang tahun 2021, hingga bulan November, ACV telah berinvestasi di 18 startup lokal – beberapa partisipasinya di lebih dari 1 putaran. Daftar startup tersebut meliputi:

Startup Putaran Pendanaan
Eden Farm Seri A
Astro Seed
Nama Beauty Seed
majoo Seed
Esensi Solusi Buana Seri A
Legit Group Seed
Alami Seri B
Durianpay Seed
Aruna Seri A
Oy! Seri A
KLAR Seri A
Finantier Seed
Bibit Seri A
CoLearn Seri A
Shipper Seri B
KitaBeli Seri A
Segari Seed
Raena Seri A

 

 

Previous Story

Xbox Cloud Gaming Janjikan Kualitas Visual yang Lebih Baik di Browser Microsoft Edge

Next Story

Indonesia Memberdayakan Proyek Blockchain Selain Perdagangan Kripto

Latest from Blog

Don't Miss

Semakin Banyak Developer Game yang Tertarik dengan Blockchain Game

Belakangan, semakin banyak developer game yang tertarik dengan blockchain game.
(Ki-ka) Partner Tunnelerate Ayunda Afifa, Bharat Ongso, Ivan Arie Sustiawan, and Riswanto / Tunnelerate

Co-Founder dan eks-CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan Ingin Bangkitkan “Founder” Startup Lokal Melalui Perusahaan Modal Ventura Tunnelerate

“Someday I would like to give back to the community.”