Dark
Light

Tantangan GudangAda Agar Lebih dari Sekadar Platform E-Commerce B2B

4 mins read
August 19, 2021
GudangAda telah memiliki 500 ribu pedagang warung yang membeli 30 ribu SKU dari 70 "brand principal" / GudangAda
GudangAda telah memiliki 500 ribu pedagang warung yang membeli 30 ribu SKU dari 70 "brand principal" / GudangAda

Dalam dua setengah tahun, startup e-commerce B2B GudangAda telah menutup pendanaan Seri B senilai $100 juta. Pengumuman tersebut dilakukan selang setahun setelah memperoleh pendanaan Seri A sejumlah $25,4 juta. Total keseluruhan pendanaan yang diperoleh telah menembus angka $135 juta.

Pencapaian tersebut diklaim disokong dengan pertumbuhan bisnis. Nilai transaksi bersih (net merchandise value/NVM) disebutkan mencapai $6 miliar. NVM adalah alternatif metrik selain GMV di perusahaan e-commerce. Cara menghitung NVM adalah GMV dikurangi semua biaya.

Pertanyaan yang muncul adalah apa yang ditawarkan GudangAda dibandingkan pemain e-commerce B2B lainnya? Bisa dibilang GudangAda bukanlah pemain pertama di vertikal ini.

Dalam wawancara bersama DailySocial, CEO GudangAda Stevensang menjelaskan, alasan pertama perusahaan dapat tumbuh cepat karena diisi  talenta yang solid dengan pengalaman yang mendalam di industri yang menjadi fokus perusahaan saat ini. “Ketika masuk ke industri dengan pemahaman lebih dari 25 tahun, kita sudah punya roadmap dan strategi yang sangat jelas,” ucapnya.

Stevensang sendiri memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun di industri ritel dan FMCG di Indonesia dan Asia Tenggara. Sebelumnya, ia memimpin anak usaha dari konglomerat FMCG Orang Tua Group. Tim inti GudangAda terdiri dari kalangan profesional di bidang teknologi dan FMCG dengan pengalaman ekstensif.

Jajaran investor juga turut mendukung bisnis GudangAda. Mereka diklaim memvalidasi bisnis GudangAda dengan melakukan due diligence dan audit secara mendalam sebelum mengucurkan dananya ke calon investee. “Ada investor kita yang sudah mengikuti perjalananan kita sejak tahun lalu, menyaksikan sendiri jumlah retailer brand yang bermitra dengan kita hingga sekarang.”

CEO GudangAda Stevensang / GudangAda

Tangani isu middle mile

Faktor berikutnya adalah solusi yang ditawarkan GudangAda. Meski tampilan utama GudangAda adalah sebagai e-commerce B2B, namun backend-nya didesain cukup kompleks karena perusahaan ingin menyelesaikan isu middle mile yang masih belum tergarap perusahaan logistik.

Menurut Stevensang, smart logistics belum sepenuhnya terjadi di Indonesia. Prosesnya belum terjadi secara end-to-end.

“Di Indonesia lebih banyak pemain last mile dan first mile. Jadi kalau kita lihat di last mile itu perkembangannya luar biasa, tapi masih ada challenge saat integrasi hub-to-hub karena belum ada.”

Menurut penjelasan Route4me, middle mile melibatkan pengiriman barang dari gudang atau pusat distribusi ke pusat pemenuhan (termasuk toko ritel) hingga akhirnya produk dibeli konsumen. Middle mile menghubungkan pengirim dengan pengemudi dengan menggunakan algoritma terprogram untuk mencocokkan pengiriman produk tertentu dengan kemampuan, jadwal, dan lokasi pengemudi truk.

Middle mile memegang aspek penting, sebab menawarkan peluang penghematan biaya kepada perusahaan yang tidak dimiliki pengiriman last mile. Tak hanya itu, perusahaan dapat lebih kompetitif untuk mempertahankan harga demi margin yang sehat, bahkan di bisnis ritel brick and mortar.

Sebagai middle mile, GudangAda fokus sebagai agregator untuk memfasilitasi layanan logistik dari grosir besar ke grosir kecil atau ke retailer (pedagang warung). Selama ini, distributor cenderung hanya mengirimkan produk secara eksklusif untuk brand principal tertentu. Akibatnya, kapasitas truk belum tergarap maksimal karena masih ada kapasitas yang bisa dimanfaatkan.

Dengan menerapkan konsep bisnis asset-light dan capital-efficient, perusahaan bekerja sama dengan para pemilik bisnis kendaraan dan gudang, termasuk dengan UMKM anggota GudangAda. Di luar itu, perusahaan menawarkan sistem layanan manajemen transportasi dan gudang yang dinamis untuk memudahkan mitra mendigitalisasi bisnisnya.

GudangAda membantu distributor/grosir besar untuk mengutilisasi armada logistik atau truk dengan mengangkut produk dari brand lain.

“Pada prinsipnya, kekuatan utama perusahaan membangun infrastruktur layanan logistik middle mile dengan cara collect dan integrate data yang tersedia di distributor dan grosir.”

Bicara soal strategi logistik, GudangAda melakukan konsolidasi transaksi ke dalam jadwal pengiriman harian sehingga ongkos kirim jauh lebih murah. Perusahaan bekerja sama dengan para mitra pedagang grosir untuk memanfaatkan stock point untuk menekan biaya end-to-end logistics.

Terakhir, GudangAda memberdayakan mitra logistik lokal untuk mengagregasi penyedia jasa serta memfasilitasi teknologi yang bisa diadopsi mitra sehingga proses logistik menjadi lebih cepat. “Bila biasanya satu truk hanya jalan satu kali, kita bisa sediakan mereka bisa ke banyak toko jadi utilitas truknya meningkat.”

Untuk proses bisnis e-commerce-nya, GudangAda menyediakan platform untuk para pedagang grosir dan brand prinsipal untuk berjualan sendiri dan menjual langsung kepada pengecer sehingga harga ditentukan langsung oleh mereka. “Jadi semua pihak tersebut bisa berjualan dan menentukan harga yang mau dijual.”

Skema monetisasi GudangAda diambil dari biaya transaksi yang dibebankan ke penjual dan biaya logistik.

Solusi GudangAda dianggap jauh lebih “bersahabat” karena bersifat enabler yang memberikan nilai lebih bagi para distributor untuk masuk ke ranah e-commerce, sekaligus memberdayakan retailer yang terdiri dari pemilik warung dalam mendapatkan akses stok produk yang beragam.

Brand principal memanfaatkan platform kami karena value yang kami tawarkan itu transparan, bisa akses ke lebih banyak retailer. Mereka pun bisa tahu flow-nya. Kami tidak men-disrupt, justru lebih friendly.”

Aplikasi GudangAda menyediakan ekosistem layanan yang lengkap untuk UMKM, mulai dari fitur pencarian sumber produk, pengelolaan transaksi penjualan dan pembelian, penyediaan transportasi logistik, serta pengelolaan pembayaran.

Terhitung saat ini ada lebih dari 70 brand principal, dari lokal, nasional, dan multinasional, yang telah memanfaatkan platform GudangAda, termasuk Sido Muncul, Sasa, dan Reckitt Benckiser. Ada tambahan 100 brand baru yang diklaim sedang mengantre untuk bergabung. Brand principal tersebut menyediakan lebih dari 30 ribu SKU.

Saat ini GudangAda tidak hanya menyasar brand FMCG, tetapi juga memperluas ke segmen obat-obatan atau farmasi, kemasan, peralatan rumah tangga, dan alat tulis. Ekspansi ini didorong melalui kemitraan end-to-end (E2E) dengan prinsipal, distributor, pedagang besar, dan eceran di dalam rantai pasokan.

Aplikasi GudangAda / GudangAda

Menjadi bisnis berkelanjutan

Sebagai perusahaan yang asset-light dan capital-efficient, Stevensang membidik GudangAda agar menjadi perusahaan yang sehat dan berkelanjutan. Metrik-metrik yang digunakan perusahaan, di antaranya pendapatan (revenue), jumlah pengguna, dan jumlah brand principal.

“Bukan sekadar cetak omzet yang besar, kami menjaga seluruh metrik tersebut agar GudangAda menjadi bisnis yang berkelanjutan.”

Untuk mendukung rencana tersebut, perusahaan  mengangkat Huan Yang, mantan kepala engineer Grab, sebagai CTO dan JJ Ang sebagai CFO. Ang sebelumnya bekerja di perusahaan e-commerce Vietnam, Sendo.

Stevensang memiliki visi perusahaan ke depannya dapat menjadi perusahaan yang memberdayakan lebih banyak pedagang untuk bertransformasi digital, serta berkembang dengan skill set sesuai kebutuhan pasar. Mereka dapat mengerti sistem inventaris, pencatatan keuangan, dan dukungan finansial untuk mengembangkan bisnisnya meski masih mengelola warung.

“Mereka tidak ketinggalan dari sisi teknologi karena mereka bisa apa yang dapat mereka lakukan lewat data, bisa melakukan pemasaran secara digital. Jadi mereka tidak hanya investasi ke barang fisik juga teknologi.”

Didukung pendanaan Seri B, perusahaan akan memperkuat ekosistem, seperti layanan logistik, sistem pembayaran (POS/SaaS), pemasaran, data, dan layanan keuangan. Serta, berencana memperkuat posisinya dengan mengembangkan teknologi artificial intelligence/AI agar dapat menawarkan layanan personalisasi terbaik bagi para pedagang UMKM.

Disebutkan saat ini ada lebih dari 500 ribu pedagang warung di 513 kota di seluruh Indonesia yang telah membeli produk lewat GudangAda. Ditargetkan tahun ini mereka dapat memiliki 750 ribu hingga 1 juta warung sebagai konsumen.

Application Information Will Show Up Here

 

Previous Story

Pokemon Unite akan Dirilis di Mobile di Bulan September

Next Story

Rainbow Six: Siege Operation Crystal Guard Datangkan Osa, Operator Transgender Pertama Di R6S

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
TikTok Shop

TikTok Shop Tingkatkan Fitur dan Fasilitas Menjelang Tahun Ketiganya di Indonesia

TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi saat