Banyak orang yang sudah saya temui percaya bahwa satu-satunya cara untuk masuk ke dalam dunia startup teknologi adalah dengan mendirikan startup sendiri. Mereka mengikuti program inkubasi, kompetisi startup, hackaton, atau bertemu di kafe untuk mulai membuat sebuah produk. Namun, kebanyakan orang yang tertarik dengan startup kemungkinan belum memiliki sebuah ide besar. Jadi apakah anda harus bekerja keras untuk perusahaan konglomerasi besar dulu dengan harapan bahwa suatu saat anda menemukan ide brilian untuk memulai bisnis ? Anda harus lebih proaktif dari itu – anda sebaiknya bergabung dengan startup yang sudah ada!
Jika anda bergabung pada masa-masa awal sebuah startup (kurang dari 20 karyawan), anda akan memiliki peran aktif dalam pertumbuhan startup itu. Anda akan melihat sendiri bagaimana tantangan-tantangan yang dihadapi startup mulai dari pendanaan, penjualan, pengembangan bisnis, sampai dengan operasional perusahaan. Anda akan mengelilingi diri anda dengan orang-orang yang pintar dan memiliki motivasi besar, dan anda dapat belajar banyak dari kesuksesan dan kegagalan mereka. Anda dapat bertemu dengan orang-orang penting di komunitas startup dan menjalin hubungan dengan mentor dan investor.
Bahkan, bergabung dengan startup yang bagus adalah pelajaran entrepreneurship terbaik yang bisa anda dapatkan – jauh lebih baik dari mengikuti program inkubasi atau kompetisi startup. Plus, anda dibayar. Mungkin tidak sebanyak pekerjaan lama anda, tapi cukup untuk membayar tagihan anda sembari belajar mengenai startup. Ini jauh lebih rendah resikonya daripada memulai startup anda sendiri. Anda akan memiliki waktu untuk menilai tingkat resiko yang bisa anda hadapi dan menentukan apakah memulai bisnis adalah hal benar-benar yang anda inginkan.
Jadi pertanyaan selanjutnya adalah, di mana dan bagaimana anda menentukan startup untuk anda bergabung? Berikut adalah beberapa hal yang akan saya lihat :
1) Tim – faktor keputusan yang paling penting. Anda akan menghabiskan banyak waktu dengan mereka, jadi pastikan bahwa anda menyukai mereka. Saya akan memastikan bahwa para pendiri atau pimpinan tim tersebut adalah orang-orang yang dapat saya hormati dan hargai sebagai mentor.
2) Misi – jangan bergabung dengan startup hanya karena mereka diliput oleh DailySocial (Maaf Rama!), pastikan bahwa anda benar-benar percaya dengan apa yang mereka lakukan. Sama dengan poin di atas mengenai tim, anda akan menghabiskan banyak waktu anda di perusahaan ini. Apakah startup ini memberikan solusi terhadap sebuah masalah? Apakah anda bersemangat untuk memecahkan masalah tersebut? Walaupun anda tidak akan bertahan di startup itu sampai seumur hidup, anda akan menghabiskan beberapa tahun mengerjakan misi ini – jadi pastikan bahwa misi ini berharga! Meskipun tujuan utama anda adalah mempelajari bagaimana startup beroperasi, anda akan belajar lebih banyak jika anda menyukai pekerjaan anda!
3) Pendanaan – metode penilaian ini bukan tanpa cacat karena beberapa startup yang mengagumkan tidak memiliki atau memerlukan pendanaan, namun apabila investor mau untuk menaruh uang mereka di perusahaan ini, maka perusahaan ini paling tidak harus memiliki kualitas tim dan rencana bisnis yang baik. Jika anda mengenal seseorang di sebuah VC, anda mungkin bisa menghubungi mereka untuk mencari pekerjaan di salah satu portofolio perusahaan mereka. Hal ini akan membantu anda untuk membangun hubungan awal dengan VC sehingga anda dapat menelpon mereka ketika anda siap untuk memulai startup sendiri.
Bagaimana dengan peran anda? Sheryl Sandberg, COO Facebook, berbicara pada perayaan kelulusan di universitas saya beberapa bulan yang lalu, dan salah satu nasehat yang dia berikan pada lulusan-lulusan baru dari HBS adalah jangan khawatir mengenai peran anda. “If you are offered a seat on a rocket-ship, just get on it”. Pada startup yang tepat, perusahaan akan tumbuh dan demikian juga dengan peran anda selama anda memiliki kemampuan.
Anda berada di sebuah roket, belajar bagaimana roket ini beroperasi, dan suatu hari anda dapat menggunakan pengalaman yang anda dapat untuk mengemudikan roket anda sendiri. Semoga sukses!
Ryu Kawano Suliawan adalah CEO PT Midtrans, yang beroperasi sebagai Veritrans Indonesia. Sebelumnya Ryu bekerja sebagai associate di TPG Capital Tokyo dan Investment Banking Analyst untuk Technology, Media, Telecom Group di Lazard Freres & Co. San Francisco. Ryu lahir di Indonesia dari seorang ayah berdarah Indonesia dan ibu berdarah Jepang. Ryu berbicara Bahasa Indonesia, Jepang dan Inggris dengan fasih. Ryu menyandang gelar MBA dari Harvard Business School dan Sarjana Ekonomi dari Claremont McKenna College.