Dark
Light

Pemasukan Industri Esports Asia Tembus Rp7,6 Triliun

1 min read
August 5, 2020
industri esports asia
Di Asia Tenggara, mobile esports tumbuh pesat.

Total pemasukan industri esports di Asia mencapai US$519 juta (sekitar Rp7,6 triliun), menurut laporan dari perusahaan riset pasar, Niko Partners. Hal itu berarti, Asia menyumbangkan 50 persen dari total pemasukan industri esports global. Menurut Niko Partners, pemasukan industri esports mencakup sponsorship, lisensi dan franchise turnamen esports, penjualan tiket, merchandise, dan lain sebagainya.

Sementara itu, pada 2019, pemasukan dari game-game mobile esports di Asia mencapai US$13,3 miliar (sekitar Rp194 triliun) atau sekitar 68 persen dari total pemasukan game mobile esports dunia. Sayangnya, pandemi COVID-19 akan menghambat laju pertumbuhan industri esports karena pandemi membuat berbagai turnamen esports harus diadakan secara online atau bahkan dibatalkan. Meskipun begitu, Niko memperkirakan, industri esports di Asia masih akan tumbuh.

Memang, selama pandemi, jumlah penonton dan waktu yang dihabiskan untuk menonton konten esports mengalami kenaikan. Secara keseluruhan, viewership konten esports di Asia mengalami kenaikan sekitar 75 persen sampai 100 persen. Dan sekitar 50-75 persen gamer menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game selama pandemi.

industri esports asia
Total pemasukan industri esports Asia dan jumlah fans esports di Asia. | Sumber: Niko Partners via VentureBeat

Di kawasan Asia, Niko memperkirakan, ada 1,2 miliar mobile gamer. Sementara jumlah gamer perempuan pada 2019 mencapai 500 juta orang, naik 18,8 persen. Diperkirakan, jumlah gamer perempuan akan naik 15 persen pada 2020. Bertambahnya jumlah gamer perempuan mendorong munculnya berbagai tim dan turnamen esports khusus perempuan. Faktanya, mobile esports yang juga diminati oleh pemain perempuan mendapatkan lebih banyak penonton perempuan serta fans perempuan. Dan hal ini akan membuat game tersebut semakin menarik bagi sponsor.

Tiongkok masih menjadi pasar esports terbesar, baik dari segi jumlah fans maupun total pendapatan. Negara tersebut juga merupakan negara dengan infrastruktur esports paling mumpuni. Sementara Korea Selatan menjadi tempat kelahiran esports. Di sanalah game-game seperti StarCraft menjadi populer. Selama lebih dari 10 tahun, Korea Selatan menjadi salah satu pendorong perkembangan industri esports. Sampai sekarang, mereka masih menjadi salah satu pasar esports terbesar.

Sementara itu, di Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, mobile esports tumbuh pesat. Beberapa mobile game yang ekosistem esports-nya mulai berkembang antara lain Mobile Legends, Free Fire, Arena of Valor, Hearthstone, StarCraft 2, dan Clash Royale.

Sumber: VentureBeat, The Esports Observer

Sumber header: Facebook

teknologi-vr-untuk-pendidikan-melalui-program-100-sekolah-pionir-vr-millealab-5
Previous Story

Teknologi VR untuk Pendidikan Melalui Program 100 Sekolah Pionir VR Millealab

Tokopedia mengoperasikan anak usaha yang bergerak di bidang fintech p2p lending bernama Dhanapala dengan badan hukum PT Semangat Gotong Royong
Next Story

Tokopedia Dirikan Dhanapala, Unit Fintech Lending untuk Pinjaman Produktif dan Konsumtif

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan

Peran Mobile Esports Dalam Pertumbuhan Industri Esports Global

Beberapa tahun belakangan, industri esports memang tumbuh pesat. Setiap tahun,