Dark
Light

Lanskap Platform “Video On-Demand” di Indonesia

2 mins read
July 20, 2020
Sudah banyak varian aplikasi video on-demand di Indonesia. Tulisan ini mencoba mengulas diversifikasi masing-masing layanan ditinjau dari cakupan kontennya.
Sudah banyak varian aplikasi video on-demand di Indonesia. Tulisan ini mencoba mengulas diversifikasi masing-masing layanan ditinjau dari cakupan kontennya.

Mengamati 3-4 minggu terakhir, di daftar 50 aplikasi terpopuler di Google Play untuk kategori Entertainment di bagian “top free” dan “top grossing” selalu bertanggar beberapa platform video on-demand (VOD), misalnya Viu, WeTV, iQIYI, Video, Netflix, iflix, HBO Go, Amazon Prime Video, dan GoPlay. Peringkatnya cukup fluktuatif naik dan turun, kendati beberapa platform anteng di posisi sepiluh besar.

Di luar peringkat itu sebenarnya masih ada platform lain yang juga jajakan layanan serupa, misalnya Catchplay, Mola TV, KlikFilm, UseeTV Go, dan lain-lain. Di kategori ini Google mencampurkan beberapa tipe aplikasi termasuk video live streaming dan layanan hiburan lainnya.

Peringkat aplikasi video streaming di Indonesia

Di waktu bersamaan, terjadi beberapa goncangan bisnis di lanskap ini yang memberikan dampak kepada dua pemain yang sebelumnya cukup populer. Penyebabnya relatif sama, soal isu finansial di internal perusahaan.

Jika Hooq akhirnya memilih undur diri, iflix masih berusaha bernapas panjang dengan menyerahkan kepemilikan perusahaan ke raksasa Tiongkok, Tencent. Tencent sendiri juga menjadi penyokong platform serupa WeTV – yang mulai merangkak populer di pasar Indonesia.

Peta persaingan kini menjadi semakin menarik. Pertama, GoPlay belum lama ini membukukan pendanaan secara independen untuk menggenjot penetrasi layanan dan tingkatkan kualitas konten orisinal. Sementara Netflix berhasil mencapai kesepakatan sehingga tidak lagi diblokir oleh operator terbesar di tanah air, Telkom Group.

Cakupan layanan

Pasar Indonesia saat ini dikepung banyak layanan VOD. Jika ditinjau dari cakupan pasarnya, para pemain tersebut bisa dipetakan menjadi tiga kategori: pemain lokal, pemain regional, dan pemain global. Kebanyakan masing-masing didukung oleh perusahaan besar yang berniat untuk menjamah pangsa pasar Over The Top (OTT).

Vidio, misalnya, dioperasikan anak perusahaan grup korporasi EMTEK yang memang berkecimpung di dunia media hiburan. Ada juga Viu, anak usaha PCCW Limited sebagai operator telekomunikasi terbesar di Hong Kong. iQIYi, platform VOD asal Tiongkok diinisiasi raksasa internet Baidu; dan lain sebagainya.

Aplikasi Video on-demand di Indonesia

Cakupan platform tersebut banyak berpengaruh pada konten-konten yang menjadi sajian utama. Digagas perusahaan tanah air, layanan-layanan lokal banyak fokus menyajikan film dan serial lokal. Seperti yang dilakukan GoPlay saat debutnya, mereka mengadaptasi serial Gossip Girl asal Amerika Serikat dalam versi Indonesia dan dibumbui cita rasa cerita lokal. Sementara RCTI+ menyajikan tayang live streaming dan on-demand dari acara-acara yang tayang di stasiun TV milik grup MNC tersebut.

WeTV dan iQIYi hadir dari perusahaan asal Tiongkok, sehingga konten film dan serial yang dihadirkan pun kebanyakan adalah acara yang dirilis rumah produksi setempat. Sementara Viu, yang sedari awal difokuskan untuk pasar regional, mencoba merangkul pasar dengan mengakomodasi berbagai serial drama Asia – menyajikan konten populer yang diproduksi di beberapa negara seperti Korea Selatan, Jepang, India dll.

Untuk pemain global yang sudah bisa diakses di Indonesia, misalnya Netflix, HBO Go, dan Amazon Prime Video, mereka lebih banyak menyajikan konten-konten dari Hollywood. Walaupun demikian, demi memberikan variasi kepada pengguna, sebenarnya masing-masing aplikasi juga memberikan pilihan konten lain – misalnya Viu yang tetap sajikan film lokal walaupun dengan jumlah yang sangat terbatas.

Cakupan konten aplikasi VOD

Diversifikasi layanan

Di saat sistem pembayaran, kompatibilitas di perangkat, dan biaya layanan makin seragam, strategi adopsi pangsa pasar yang dapat selalu dioptimalkan perusahaan VOD adalah melalui konten. Ditinjau dari aspek tersebut, beberapa pemain mencoba unggul di beberapa area. Misalnya Netflix dan Amazon Prime Video, mereka mencoba unggul dengan sajikan konten-konten orisinal yang hanya bisa ditonton di aplikasi mereka.

Sementara layanan lain, seperti iflix, Catchplay, WeTV lebih banyak menayangkan ulang film atau serial yang sebelumnya sudah ditayangkan, melalui televisi maupun layar bioskop. Aplikasi lainnya seperti Mivo, RCTI+ mencoba hadirkan pengalaman baru menonton TV dari perangkat mobile. Sementara aplikasi seperti Mola dan Bein Connect unggul karena konten eksklusif mereka ke tayangan tertentu.

Beberapa pemain memilih berada di tengah-tengah, seperti Vidio, HBO Go, dan Genflix – cakupan kontennya merangkum beberapa aspek sekaligus. MAXStream juga miliki posisi yang unik, karena ia lebih bertindak sebagai agregator konten dari platform lain.

Persaingan aplikasi video streaming Indonesia

Strategi konten ini sudah berjalan baik untuk beberapa jenis aplikasi. Di tulisan sebelumnya kami sempat merangkum bahwa Viu, Netflix, dan Vidio unggul sebagai aplikasi berbayar paling laris, karena menjawab kebutuhan masyarakat akan tontonan yang relevan.

Jika penonton ingin menyaksikan drama Asia, seperti serial Korea, maka sejauh ini jawabannya adalah Viu. Penonton ingin saksikan serial Hollywood, maka Neflix jadi pilihan. Sementara bagi yang ingin saksikan ragam film (lawas) Indonesia dan tayangan televisi, Vidio bisa menemani di perangkatnya.

Previous Story

FUNDtastic Aims for Millennials Through Wealth Platform Branding

Next Story

ION Esports Adalah Juara PUBG Mobile Indonesia National Championship 2020

Latest from Blog

Don't Miss

TCL Smart TV G9 Vidio

TCL Luncurkan Smart TV G9 dengan Dedicated Button Vidio

Dalam upaya menyediakan koleksi tontonan yang lengkap, Vidio menjalin kerja

Daya Tarik Model Bisnis Iklan Bagi Platform Streaming Video

Dalam 10 tahun terakhir, industri film mengalami disrupsi. Keberadaan platform