Sejumlah media memberitakan informasi bahwa Foxconn bakal mendirikan pabriknya di Indonesia. Seperti dikutip dari Antara, kepastian itu diungkapkan oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat yang mengatakan bahwa kesepakatan telah ditandatangani saat Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berkunjung ke Taiwan beberapa waktu yang lalu.
Foxconn bakal mendirikan pabrik dengan investasi dengan nilai lebih dari $1 miliar dan diharapkan mampu menjaring tenaga kerja hingga satu juta orang. Meskipun Foxconn berharap bisa membangun pabrik di Jawa Tengah atau Jawa Timur, pemerintah sedang mendorong lokasinya ke luar Jawa dengan menawarkan berbagai insentif pajak. Studi kelayakan untuk pabrik ini bisa memakan waktu satu tahun.
Foxconn dikenal sebagai salah satu perusahaan manufacturing elektronik terbesar di dunia. Memiliki label resmi Hon Hai Precision Industry, Foxconn berpusat di Taiwan dan memiliki berbagai pabrik di sejumlah benua. Pabrik terbesar Foxconn (dan terbanyak) terletak di Cina. Foxconn memiliki 13 pabrik di Cina, di mana satu pabrik bisa memiliki 100 ribu hingga 500 ribu pekerja. Total jumlah pekerja Foxconn di Cina mencapai 1.2 juta orang. Foxconn juga dikabarkan memiliki sejumlah pabrik di Malaysia, meski skalanya tidak terlalu masif.
Foxconn adalah kontraktor manufacturing untuk hampir semua ponsel dan komputer. Dari Apple hingga Samsung, dari Nokia hingga Sony, bahkan dari Dell hingga Acer; semuanya menyerahkan pengerjaan device-nya kepada Foxconn. Suatu saat nanti kita bakal melihat suatu device dengan label “Design in California/Finland/Korea, Assembled in Indonesia”. Pendirian pabrik di sini ditegaskan bukanlah relokasi pabrik-pabriknya di Cina, melainkan kebutuhan untuk melakukan ekspansi.
Kembali ke pertanyaan awal, apa untungnya jika Foxconn membangun pabrik di Indonesia? Keutungan pertama jelas devisa. Investasi sejumlah $1 Miliar tentu saja jumlah yang besar. Investasi besar semacam ini bisa menjadi katalisator bagi masuknya investasi asing yang lain karena Indonesia makin dianggap sebagai tempat berinvestasi yang lebih aman (dan semakin kecil risikonya).
Pendirian pabrik elektronik besar juga akan mendorong pendirian subkontraktor untuk membantu Foxconn menyelesaikan pekerjaan yang lebih kecil. Ini insentif bagus untuk pergerakan bisnis hardware di Indonesia yang sempat stagnan setelah beberapa produsen elektronik memindahkan lini bisnisnya ke Malaysia atau Vietnam.
Keuntungan kedua berhubungan dengan tenaga kerja. Suka atau tidak suka, permasalahan utama urusan tenaga kerja di Indonesia adalah banyaknya unskilled workers dengan tingkat pendidikan rendah. Satu juta pekerja yang bakal diserap tentu bervariasi kemampuannya, bergantung pada tingkat pendidikan dan keterampilan. Pemerintah dihadapkan pada kewajiban untuk memberikan lapangan pekerjaan yang masif bagi rakyat dan ini merupakan kesempatan bagi begitu banyak orang untuk mengais rezeki. Industri yang padat karya masih jadi primadona untuk negara macam Indonesia.
Untuk skilled workers sendiri pilihannya ada dua. Pertama bergabung dengan Foxconn sebagai karyawan level menengah atau bahkan level atas. Kedua adalah membuat subkontraktor yang dapat membantu Foxconn, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Yang paling banyak direkrut tentu orang-orang yang memiliki pengetahuan elektronik dan bisnis yang kuat. Sementara ini saya belum menemukan benefit yang kuat bagi para pengembang software untuk bisa memanfaatkan langkah Foxconn ini.
Apakah pendirian pabrik Foxconn ini ada hubungannya dengan langkah Apple yang mulai merekrut orang-orang Indonesia? Kita tahu bahwa Apple adalah klien Foxconn yang terbesar, tapi saya sejujurnya tidak yakin bahwa kedua hal ini berhubungan secara langsung. Sejauh pengetahuan saya, Apple memilih pabrik Foxconn di Cina sebagai tempat perakitan produk-produknya karena pekerja di sana pengerjaannya rapi, cepat dan tidak banyak tingkah.
Seperti yang pernah diceritakan oleh New York Times, ada kalanya mereka bisa bekerja non stop saat akhir pekan atau dibangunkan saat tengah malam demi lancarnya pencapaian target. Dengan mental pekerja di Indonesia yang kita pantau selama ini, kondisi “militan” seperti ini bakal sulit diterapkan. Metode ini lebih cocok diterapkan di negara-negara sosialis di mana rakyat bakal patuh dengan penguasa/orang yang lebih kuat.
Tapi ya siapa tahu, mengingat baru-baru ini Foxconn mulai mengerjakan perakitan iPhone di Brazil. Setidaknya pabrik yang di sini harus berjalan mulus selama 3-5 tahun, tanpa kecelakaan dan kerusuhan, supaya menarik minat Apple untuk mengalihkan lini produksi barangnya ke sini. Tentunya kita berharap hal seperti ini bakal terjadi.
Sebagai penutup, saya berharap pemerintah jeli memanfaatkan situasi ini. Selain memberikan lahan sebagai lokasi produksi, transfer teknologi saya harapkan terjadi sehingga Indonesia tidak lagi sekedar menjadi pihak perakit tapi mampu mendesain atau memproduksinya sendiri. Siapa tahu 15-20 tahun lagi bakal lahir perusahaan kontraktor besar asli Indonesia yang menjadi langganan berbagai perusahaan elektronik dunia.
Menambahkan opini :
Foxconn telah lama diketahui memiliki masalah dengan karyawannya di China. Pertumbuhan ekonomi China yg semakin meningkat, membuat para perkeja (buruh) disana membutuhkan peningkatan pendapatan karena meningkatnya kebutuhan hidup.
Sedangkan pabrik manufaktur elektronik seperti Foxconn yg padat karya membutuhkan banyak pekerja (buruh) murah.
Insiden akhir2 ini terjadi, dimana pekerja Foxconn melakukan mogok kerja menuntut kenaikan gaji, juga terjadi kejadian bunuh diri, yg diduga akibat tekanan kerja tidak sebanding dengan pendapatan.
Wajar kini Foxconn mencoba mencari tempat baru yg memiliki pekerja berbiaya rendah untuk dapat tetap bersaing dan kompetitif. Indonesia salah satu negara di kawasan dengan upah yg rendah dan jumlah pekerja yg banyak. Pun China sedang melakukan transformasi kepada Industri yg lebih hightech, clean, padat modal (robot)
Namun aksi Foxconn ini tetap akan membawa dampak positif lain bagi Indonesia, dimana dapat mentrigger perusahaan elektronik lain untuk memindahkan pabriknya ke Indonesia dari China. Selain itu Indonesia juga dapat segera mengejar ketertinggalannya di bidang industri elektrikal dari negara-negara kawasan yg lebih dulu mapan.
Kedepan, kuliah jurusan elektro akan semakin banyak peminatnya seperti menyaksikan boomingnya peminat jurusan teknikinfomatika beberapa tahun lalu.
Ada beberapa hal yg ingin saya komentari mengenai tulisan anda:
1. Yang biasa tertulis pada produk2 Apple itu adalah Design in California, Manufacture in China (bukan Assembly)
2. Banyaknya unskilled workers seharusnya menjadi nilai plus bagi Indonesia di mata investor karena sebagian besar pekerja yg akan direkrut berasal dari kelompok kerah biru dengan gaji murah (yg saya maksud dengan ‘murah’ tentu harus sesuai dengan UMR)
3. Industri padat karya tidak hanya primadona di Indonesia, melainkan di semua negara berpenduduk besar, termasuk Amerika.
4. Menurut saya, Pabrik Foxconn justru akan menjadi magnet yg saya menarik bagi para lulusan politeknik manufaktur dan kejuruan (SMK), tidak hanya elektro.
5. Kondisi pekerja Foxconn yg selama ini diberitakan negatif, kemungkinan besar disebabkan beban kerja yg sangat tinggi. Ekspansi ini merupakan langkah untuk mengurangi permasalahan tersebut.
6. Paragraf terakhir agak redundant. Foxconn memang perusahaan yg merakit produk. Merakit dan memproduksi saya kira setali dua uang. Yg mendesain, atau merancang, tentu saja Apple dkk.
saya sudah cek tulisan di bagian belakang iPhone. Tulisannya “Designed by Apple in California, Assembled in China”.
Untuk paragraf terakhir saya tidak menujukan ke Foxconn, tapi berharap nantinya ada perusahaan lokal yang bisa merancang/mendesain juga