Bisnis organisasi esports bisa dibilang menjadi salah satu yang menjanjikan pada ranah esports hingga saat ini. Walau sempat ada laporan yang menyatakan tim seperti Fnatic mengalami kerugian, namun demikian bisnis tim esports tetap tumbuh subur. Sebagai contoh, di tahun 2020 ini saja kita sudah melihat ada 5 tim esports baru bermunculan di Indonesia.
Namun demikian, jika kita menilik ke pasar internasional, organisasi esports yang menjadi besar hingga saat ini kerap kali memiliki sejarah panjang, dengan ciri-khas mereka masing-masing yang membuat mereka bertahan hingga kini.
FaZe Clan contohnya, yang sudah ada sejak awal tahun 2000an, tim ini memulai perjalanannya dari channel kreasi konten gameplay trickshot di YouTube. Seiring waktu, mereka terjun ke dunia esports, sembari membuat konten hiburan lewat sajian showbiz dari sosok personalita yang direkrut ke dalam organisasi.
Selain dari FaZe Clan, organisasi esports internasional lain yang juga punya perjalanan sejarah panjang adalah Team Liquid. Anda penggemar esports Dota, penikmat esports League of Legends, ataupun penonton esports CS:GO tentu kenal betul dengan nama ini.
Namun demikian, Team Liquid ternyata punya awal mula yang tak kalah menarik, bagaimana Team Liquid bisa berkembang segitu besar hingga menjadi seperti sekarang?
Dari Clan, Forum Wadah Komunitas StarCraft, Hingga Liquipedia
Cerita kesuksesan Team Liquid tidak akan terjadi jika sang founder, Victor Goosens yang dikenal sebagai Nazgul di dalam game, tidak membuat clan di StarCraft di akhir tahun 2000.
Nazgul sendiri merupakan seorang pemain StarCraft ternama di komunitas ketika itu. Ia merupakan salah satu pemain asing pertama yang bermain secara profesional di Korea Selatan, tempat yang bisa dibilang menjadi kiblat skena kompetitif StarCraft dunia.
Victor Goosens masih berusia 17 tahun ketika memulai clan tersebut. Saat itu ia mungkin tidak berpikir bahwa clan miliknya akan menjadi bisnis besar seperti sekarang. Awalnya hanya beranggota 4 orang pada tahun 2000, jumlah anggotanya berkembang jadi 8 di tahun berikutnya. Pada 1 Mei 2001, Nazgul bersama Liquid Meat akhirnya mencetuskan sebuah forum dengan domain teamliquid.cjb.net, yang sekarang berubah menjadi TL.net.
Setelah beberapa waktu, seiring Nazgul berkompetisi di kancah Starcraft, forum Team Liquid terus berkembang. Tahun demi tahun berlalu, forum ini lalu menjadi pusat informasi bagi para penggemar StarCraft dari berbagai belahan dunia untuk mencari informasi seputar perkembangan skena kompetitif StarCraft, terutama skena di Korea Selatan. Apalagi Mengingat posisi Korea Selatan yang jadi kiblat kompetitif StarCraft dan Nazgul sebagai seorang pemain profesional yang bertanding di sana, tak heran jika forum TL.net menjadi magnet bagi para penggemar StarCraft.
Orang-orang pun mencari berita, informasi seputar perkembangan skena kompetitif StarCraft, video strategi, dan replay StarCraft untuk mereka belajar di TL.net. Akhirnya selama beberapa tahun, forum TL.net seakan menjadi salah satu pusat dari perkembangan skena kompetitif StarCraft.
Setelah 7 tahun berjalan, posisi Team Liquid sebagai kiblat dari esports diperkuat ketika mereka memperkenalkan Liquipedia pada 5 Juni 2009. Anda penggemar esports, terutama Dota 2 tentu sudah sangat tidak asing dengan Liquipedia.
Seperti wikipedia, Liquipedia berperan sebagai ensiklopedia yang berisikan database bagi mayoritas pemain esports. Pada awalnya Liquipedia hanya berisikan database informasi seputar StarCraft Brood War. Beberapa tahun berlalu, kini Liquipedia.net sudah punya database informasi seputar game, pemain, dan turnamen untuk 25 cabang game esports yang ada di dunia, mulai dari StarCraft hingga Artifact.
Forum Team Liquid juga berkembang begitu pesatnya sampai-sampai mereka bisa memiliki dua orang staf yang bersifat full-time. Hal ini pertama kali diumumkan pada 24 November 2010. Dari dua orang yang dipekerjakan, salah satunya adalah Ken Chen (Hot_Bid) sosok produser konten pada salah satu penyelenggara turnamen ternama di kancah Dota 2, Beyond the Summit.
Perkembangan Team Liquid sebagai sumber informasi esports berkembang lagi pada tahun 30 Agustus 2012, ketika TL.net memperkenalkan sub-bagian Dota 2. TL sebagai forum dan pusat informasi komunitas kembali mengulang kesuksesan yang sama.
Forum TL menjadi pusat bagi para pecinta Dota untuk mencari informasi seputar esports, entah itu rumor pergantian roster, interview pemain, ataupun strategi serta tips dan trik seputar Dota. Pada tahun yang sama Team Liquid juga memperkenalkan roster Dota 2 mereka untuk pertama kalinya.
Akhirnya hingga kini, TL.net dan Liquipedia ibarat menjadi almanak dari esports. Bagi beberapa orang, terutama esports writer seperti saya, jasa Liquipedia hampir tidak tergantikan. Hampir semua informasi seputar esports ada di sana, entah itu biografi singkat pemain serta tim, jadwal serta format turnamen, dan histori pencapaian dari pemain ataupun tim.
Liquipedia dan TL.net pada akhirnya menjadi satu elemen penting di dalam perkembangan ekosistem esports secara internasional hingga kini.
Lambang Kuda dan Asal Usul Nama Liquid
Anda para penggemar Team Liquid, mungkin cukup penasaran dengan asal usul nama Team Liquid dan lambang kuda yang digunakan oleh tim dengan jumlah penonton terbanyak di tahun 2019 ini.
Lewat sebuah blog post resmi yang diterbitkan 22 Juli 2019, Team Liquid sempat menceritakan soal asal nama Team Liquid serta logo kuda yang digunakan. Soal nama, sebetulnya ini dimulai dari kekonyolan sosok Nazgul saat muda.
Sebagai seorang gamers berusia 17 tahun, Victor Goosens sebenarnya tidak terlalu berfilosofi ketika memikirkan nama clan StarCraft yang ia buat. Apa yang ia pikirkan hanyalah ingin tampil beda dari kebanyakan nama clan yang biasanya tiga huruf singkatan dari nama panjang tim tersebut (Contohnya XCN kepanjangan dari Executioners).
Jadi apa yang muncul di kepalanya ketika itu adalah Liquid, nama yang menurutnya memiliki “suatu arti” dan “terdengar keren”. Pada blog post tersebut, Victor Goosens juga menjelaskan kenapa lebih memilih imbuhan “Team” daripada Clan. Ia merasa bahwa kata “Team” memiliki konotasi yang lebih baik daripada Clan.
Selain itu ia juga mengatakan bahwa kata Team terasa lebih berani yang mengejawantahkan konsep kerja sama. Dan… seperti sulap, terciptalah nama “Team Liquid”, nama yang kini mungkin akan membuat organisasi esports lainnya bergidik ketika menghadapinya.
Lalu bagaimana dengan kuda sebagai lambang tim asal Belanda ini? Seperti saat mencetuskan nama, lagi-lagi lambang tim juga datang dari sebuah ide konyol. Sebagai informasi, cikal bakal kuda sebagai lambang Team Liquid sebenarnya sudah muncul sejak dari tahun 2001.
Pada saat forum Team Liquid mengudara untuk pertama kalinya, gambar kuda sudah menjadi backgroud banner website Team Liquid.
Menariknya, background banner ini sebenarnya adalah lukisan bernama “Avalanche”, karya seorang seniman bernama Jim Warren. Gambar banner Team Liquid dicaplok seorang pengguna forum bernama Smorrie untuk dijadikan background dari tulisan Team Liquid.
“Saya menemukan gambar kuda berlari melalui salju dan berpikir bahwa gambar ini keren sekali. Melihat gambar kuda berlari berbarengan melambangkan kata Team dan saljunya sebagai, umm… Liquid.” Smorrie menceritakan alasannya yang mungkin sedikit terdengar konyol.
Lucunya, walau banner Team Liquid di tahun 2001 terlihat norak untuk tahun 2020 ini, tetapi banner tersebut terus digunakan, setidaknya sampai tahun 2010. Bahkan, banner lukisan kuda tersebut pada akhirnya menjadi ciri khas Team Liquid, dan digunakan sebagai logo tim.
Seiring Team Liquid terus berkembang, iterasi logo terus terjadi sembari mencari logo terbaik untuk menggambarkan tim yang menjadi salah satu kiblat dunia kompetitif StarCraft pada masanya.
Sampai akhirnya Agustus 2010 terciptalah logo yang mendefinisikan Team Liquid hingga kini. Kuda akhirnya menjadi ciri khas Team Liquid, menggambarkan kekuatan dari tim, serta lambang dari komunitas yang solid, dari dulu hingga sekarang.
Merintis Esports Dari StarCraft, Dota, League of Legends, FGC, hingga CS:GO
Seiring forum Team Liquid terus berevolusi hingga menjadi elemen penting di dalam perkembangan ekosistem esports internasional, Team Liquid secara esports juga terus berkembang.
Perjalanan Team Liquid secara esports juga dimulai dari komunitas. Pada awalnya, Nazgul dan kawan-kawan justru tidak langsung memulai dari mengikuti kompetisi, melainkan dengan membuat kompetisi.
Pada masa Brood War, Team Liquid membuat kompetisi bertajuk TL Attack, yang sangat populer pada awal tahun 2000an, dan membuat komunitas dan pemain jadi merasa terikat dengan Team Liquid. Ini berlanjut sampai pada tahun 2008 Team Liquid membuat gelaran Team Liquid StarLeague (TSL). Kompetisi TSL segera menjadi salah satu kiblat kompetisi StarCraft di barat, yang diikuti oleh 1000 orang lebih dan merupakan kompetisi di luar Korea Selatan dengan total hadiah terbesar.
Pada saat StarCraft 2 beta muncul, Team Liquid mendapat kesempatan untuk dapat terlibat sejak awal perkembangan. Team Liquid kembali memulai dengan sebuah kompetisi. Menariknya pada saat itu, turnamen invitational yang dibuat membuahkan seorang moderator bernama Jonathan Walsh (Jinro). Sosok tersebut bukan sekadar bocah random yang ingin menjadi moderator, melainkan seorang pemain yang cukup ternama di komunitas.
Selain Jinro, mereka juga membawa pemain lain ternama di komunitas seperti TLO, dan HayprO yang merupakan juara DreamHack tiga kali berturut-turut. Berkat roster mentereng tersebut, Team Liquid segera mendapat sponsor dari organisasi asal Korea Selatan bernama Old Generations.
Berkat sponsor dari Old Generation, Team Liquid menjadi tim asing pertama yang mendapat kesempatan untuk terlibat di dalam skena kompetitif SC2 Korea Selatan. Fokus kepada skena Korea berbuah manis kepada prestasi divisi SC2 Team Liquid, karena Jinro membawa kemenangan besar setelah menjadi juara di MLG Dallas 2010.
Pada zaman ini Team Liquid juga merekrut pemain bernama HuK, yang memenangkan DreamHack Summer 2011 walau masih baru direkrut. Tahun 2011 juga menjadi momen keemasan bagi Team Liquid. Salah satunya pada turnamen MLG Dallas 2011, ketika HuK menunjukkan permainan brilian saat berhadapan dengan Idra dari Evil Geniuses. Pertemuan ini menciptakan salah satu rivalitas terbesar di komunitas StarCraft yaitu antara Team Liquid dengan Evil Geniuses. Menariknya, beberapa tahun berlalu, rivalitas tersebut ternyata berlanjut sampai ke kancah Dota 2.
Setelah berbagai kejayaan yang mereka dapatkan di skena StarCraft II, Team Liquid mulai mengembangkan sayap ke kancah Dota 2. Ekspansi ini dilakukan untuk pertama kalinya lewat sub-bagian forum terlebih dahulu, yang diumumkan pada 30 Agustus 2012.
Lalu setelah beberapa saat berlalu, baru pada 7 Desember 2012 Team Liquid mengumumkan roster Dota 2 untuk pertama kalinya demi dapat menyabet prestasi di Dota 2 The International 2013. Roster Dota Team Liquid yang pertama adalah Brian Lee (FLUFFNSTUFF), Sam Sosale (Bulba), Steven Ashworth (Korok), Tyler Cook (TC), dan Michael Ghannam (ixmike88).
Memang, daftar nama itu bukan yang paling bersinar pada masanya, ketika Danil Ishutin (Dendi) dan Jonathan Berg (Loda) sedang dalam masa keemasannya. Namun roster ini membuktikan satu hal kepada para penonton, yaitu kebanggaan dan harga diri komunitas Dota 2 Amerika Serikat.
Pada lower bracket ronde 2, mereka berhadapan dengan LGD Gaming, tim kuat pada masa itu, tim yang difavoritkan untuk menang. Sementara Team Liquid hanyalah tim underdog. Namun Bulba membuktikan bahwa semuanya salah. Menggunakan Clockwork, Bulba bermain begitu gemilang, mendapat kill demi kill, mengeksekusi pemain demi pemain dari LGD.
Momentum Bulba dan Team Liquid tak terhentikan, sampai akhirnya mereka berhasil memulangkan LGD Gaming dan mempertahankan harga diri komunitas Dota 2 Amerika Serikat. Momen itu juga yang menciptakan teriakan “Sylar to fall, Liquid are doing it!” yang menjadi salah satu momen ikonik dari shoutcaster David Gorman (LD).
https://youtu.be/YhoYB3EgWr4
Sayang momen kemenangan tersebut hanya terjadi satu kali saja, karena perjuangan Team Liquid setelahnya dihentikan oleh Invictus Gaming. Pasca The International 2013 menjadi masa-masa kelam bagi roster Dota Team Liquid.
Ixmike dan Korok meninggalkan roster, membuat roster Team Liquid compang-camping hingga tahun 2014. Team Liquid gagal mendapatkan hasil gemilang di The International 2014. Roster Team Liquid semakin berantakan sampai ditinggal oleh hampir semua pemainnya pada akhir 2014, yaitu Jimmy Ho (Demon), TC, Max Brocker (qojqva), Peter Nguyen (waytosexy), bahkan Bulba sekalipun. Divisi Dota 2 Team Liquid akhirnya vakum sampai tahun 2015.
Seiring dengan perjuangan divisi Dota 2 dan StarCraft, Team Liquid juga sedang membidik untuk masuk ke dalam skena League of Legends. Namun, awal perjuangan si kuda biru di League of Legends bukan dimulai oleh mereka sendiri, melainkan oleh sosok Steve Arhancet (Liquid112) dan tim bernama Curse yang ia kelola. Curse dirintis dan berjuang sendiri oleh Steve, tanpa ada bantuan Team Liquid sedikitpun sampai tahun 2015.
Curse memasuki skena dengan jajaran nama yang mentereng pada masanya, seperti Eugene Park (Pobelter) Joedat Esfahani (Voyboy) bahkan termasuk Yilian Peng (Doublelift). Walau punya jajaran pemain yang luar biasa, mereka seakan terkutuk di kompetisi. Berkali-kali dapat peringkat 4 mulai dari kompetisi MLG Raleigh 2011, bahkan termasuk LCS Season 3 dan 4.
Kutukan ini membuat Curse menjadi meme di komunitas League of Legends, sehingga peringkat 4 menjadi kata pengganti bagi Team Curse. Namun demikian, secara bisnis Curse terus berkembang, mereka melakukan ekspansi dengan membuat Curse Academy dan Curse EU. Perkembangan ini akhirnya berlabuh kepada akuisisi Team Liquid terhadap Curse pada 6 Januari 2015.
Dalam pengumuman akuisisi, Nazgul menceritakan secara singkat bagaimana Curse akhirnya menjadi bagian Team Liquid.
“Steve (liquid112) melakukan pendekatan kepada saya pada awalnya, ketika ia sedang merencanakan masa depan organisasinya menghadapi 2015. Pada titik itu ia sudah menjalankan Curse Esports selama 3 tahun, membuatnya dari awal hingga menjadi tim kuat di LCS. Sementara saya sendiri tidak terlalu tahu banyak soal tim mereka, tetapi satu hal yang saya ketahui adalah mereka memperlakukan pemain dengan baik dan banyak berinvestasi untuk meningkatkan kemampuan squad mereka.” ucap Victor Goossens.
Akhirnya sejak tahun 2015, roster Curse Gaming bertanding dengan membawa bendera Team Liquid, tim League of Legends yang sekarang jadi salah satu yang terkuat di Amerika Serikat saat ini. Akuisisi Curse juga membawa beberapa pemain yang dari kalangan FGC. Ketika itu ada Du Dang (NuckleDu) pemain Street Fighter asal Amerika Serikat, dan Juan Biedema (HungryBox) pemain Super Smash Bros. Melee.
Masih pada sekitar tahun yang sama Team Liquid melakukan ekspansi ke CS:GO. Roster pertama mereka ketika itu adalah Dauren Kystaubayev (AdreN), Damian Steele (daps), Nicholas Canella (nitr0), Keith Markovic (NAF), dan Jacob Medina (FugLy).
Kisaran tahun 2014 – 2015 menjadi tahun ekspansi besar-besaran Team Liquid, memiliki tim di berbagai cabang game esports dengan skena yang besar di tingkat global. Berawal dari rintisan ini, siapa yang menyangka bahwa hampir semua divisi membawa kejayaan kepada Team Liquid di tahun-tahun berikutnya.
Dominasi Global Team Liquid, di Berbagai Divisi, dan Investasi Axiomatic
Satu tahun setelahnya Team Liquid segera mendapat buah prestasi yang mereka idam-idamkan. Kemenangan NuckleDu di Capcom Cup 2016 melawan Ricki Ortiz menjadi prestasi gemilang pertama Team Liquid.
Pada tahun yang sama HungryBox juga mendapatkan kemenangan yang monumental. Ini karena kemenangan pertama HungryBox di EVO 2016, meski sudah tiga kali berturut-turut masuk babak final.
Kemenangan HungryBox ternyata tidak berhenti pada EVO 2016 saja, karena ia berhasil mencatatkan kemenangan di 33 turnamen berbeda setelahnya. Bahkan ia hanya kalah 3 set saja dari tujuh bulan berkompetisi.
Berkat ragam prestasi yang mereka dapatkan, Team Liquid mendapatkan investasi dari sosok-sosok ternama pada tahun 2016. Investasi datang dari beberapa sosok yaitu pebisnis Peter Guber, Ted Leonsis, Bruce Stein, dan pebasket legendaris Magic Johnson. Investasi tadi menciptakan perusahaan induk dari Team Liquid yang diberi nama aXiomatic Esports, yang berisikan para investor tersebut.
Melaju ke tahun 2017 Team Liquid sekali lagi mendapatkan kejayaan yang gemilang, kali ini dari kancah kompetitif Dota 2. Setelah sempat vakum di tahun 2014, Team Liquid comeback di tahun 2015 dengan mengambil roster 5Jungz yang berisikan Kuro Salehi Takhasomi (Kuroky), Lasse Urpalainen (MATUMBAMAN), Ivan Borislavov Ivanov (Mind_Control), Adrian Trinks (FATA-), dan Jesse Vainikka (Jerax).
Dengan roster ini, Team Liquid Dota sudah mendapatkan beberapa prestasi, namun masih cukup berjuang keras. Sampai pada tahun 2016, ditinggal Jerax bulan Agustus ternyata berbuah manis berupa pemain wonderkid Amer Al-Barkawi (Miracle-) yang ia dapat dari OG. Bulba juga gabung kembali pada September 2016, tapi sayangnya ia kembali meninggalkan Team Liquid di 2017, digantikan dengan Maroun Merhej (GH).
Siapa yang menyangka bahwa kombinasi roster ini menjadi kombinasi yang tepat bagi kemenangan Team Liquid di The International 2017. Namun, perjuangan Kuroky begitu keras pada saat itu. Walau berhasil mendominasi babak grup, Team Liquid tergeser ke lower-bracket saat babak Playoff.
Mereka merangkak dari bawah, memenangkan pertandingan demi pertandingan, menghadapi lawan yang berat pada zaman itu. Mulai dari Team Secret, Virtus Pro, sampai LGD Gaming. Namun, perjuangan tersebut akhirnya membuahkan hasil. Babak final, bertemu dengan Newbee, Team Liquid berhasil menjadi juara dengan cukup mudah. Miracle- dan kawan-kawan berhasil babat habis tim asal Tiongkok tersebut 3-0 tanpa balas.
Sementara tim Dota mendominasi The International 2017, divisi League of Legends juga pada akhirnya memecahkan kutukan peringkat 4 di LCS. Pada tahun 2018 hingga 2019, Team Liquid memenangkan tiga gelar LCS berturut-turut. Momentum ini dimulai pada NA LCS 2018 Spring, dan berlanjut hinggal NA LCS Summer 2018, LCS 2019 Spring, hingga LCS 2019 Summer.
Momentum kemenangan tersebut akhirnya terhenti di tahun 2020 ini, ketika Cloud9 berhasil merebut kemenangan dan menjadi juara LCS 2020 Spring. Kemenangan Team Liquid di League of Legends juga membawa pencapaian individual dari seorang Doublelift, saat ia mendapatkan 6 titel LCS selama perjalanannya.
Roster CS:GO Team Liquid juga menyabet segambreng prestasi di tahun 2019. Mereka memenangkan berbagai kompetisi besar, seperti ESL One: Cologne, IEM XIV – Chicago, IEM XIV Sydney, DreamHack Masters Dallas 2019, dan BLAST Pro Seires: LA 2019.
Dengan berbagai prestasi yang mereka dapatkan, Team Liquid juga menyabet berbagai sponsor mulai dari brand gaming seperti HyperX, brand otomotif Honda, perusahaan analitik SAP, bahkan termasuk Marvel Entertainment untuk buat jersey Team Liquid edisi superhero Marvel. Yang terbaru, untuk merayakan ulang tahun yang ke-20, Team Liquid juga berkolaborasi dengan Secretlab, dan membuat kursi gaming Secretlab TITAN edisi khusus Team Liquid.
Perjalanan Team Liquid hingga saat ini telah berhasil membuat sebuah clan kecil StarCraft, menjadi sebuah fenomena global. Bahkan, Team Liquid kini bisa dibilang sudah mencicipi prestasi, hampir di semua skena esports di panggung dunia, mulai dari Dota 2, League of Legends, CS:GO, sampai FGC.
Dari perjalanan ini, mungkin kita bisa belajar bagaimana passion dan memilih rekan yang tepat bisa membawa perkembangan diri hingga mencapai puncaknya. Dalam kasus Team Liquid, mulai dari forum komunitas, sampai menjadi sebuah tim esports yang disegani secara global.