SweetEscape, online marketplace jasa fotografer, mengumumkan layanan baru untuk bisnis dijuluki “Fotto”. Strategi ini dipilih dalam rangka menyelamatkan bisnis perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19, permintaan industri perjalanan turun hingga 90%.
Kepada DailySocial, juru bicara SweetEscape menerangkan sejatinya Fotto adalah rebranding dari layanan yang sudah dijalankan perusahaan sejak awal 2019. Waktu itu bernama SweetEscape for Business. Layanan ini bergerak untuk memenuhi kebutuhan fotografi dan videografi bisnis mulai dari foto makanan, properti, katalog fesyen, headshot foto untuk perusahaan, hingga foto produk kemasan.
“Di tahun ini memang sudah direncanakan untuk memperkenalkan nama baru untuk layanan fotografi bisnis dengan nama Fotto. Tujuannya untuk memberikan layanan yang representatif dan menyeluruh bagi market bisnis,” ujarnya, Kamis (30/4).
Dia juga memastikan bahwa kehadiran Fotto tidak bersifat sementara alias semasa pandemi saja. Ke depannya akan lebih banyak inovasi yang siap ditawarkan SweetEscape melalui Fotto. Salah satunya mengembangkan Fotto agar dapat dapat menjawab kebutuhan pasar di Asia Tenggara.
Dalam teknisnya, fotografer professional Fotto akan melakukan sesi foto di lokasi yang telah disepakati bersama dengan tetap memperhatikan protokol keselamatan dari WHO. Hasil foto produk yang sudah di-edit dapat diakses dengan cepat dalam waktu tiga hari kerja melalui aplikasi.
Layanan Fotto itu sendiri telah mengabadikan kebutuhan bisnis untuk beberapa perusahaan besar. Di antaranya Boga Group, GoFood, GrabFood, Zomato, RedDoorz, Alodokter, P&G, BCA, PwC, At Kearney, dan masih banyak lagi.
Diharapkan Fotto dapat membantu kebutuhan pasar selama pandemi, membantu rekan-rekan bisnis yang harus migrasi dari offline ke online melalui konten visual yang menarik.
Konfirmasi layoff
Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong dan Co-Founder & COO Emile Etienne turut memberikan konfirmasi perihal layoff yang dilakukan perusahaan, seperti yang diungkap dalam laporan SEAcosystem. Laporan yang dibuat dan diisi secara sukarela ini mendata ada 47 pegawai SweetEscape Indonesia yang terkena layoff.
Menanggapi itu, Etienne menjelaskan perusahaan terpaksa mengurangi pegawainya di Indonesia dan Filipina karena pandemi. Pendiri perusahaan menunda keputusan tersebut selama mungkin, tetapi dampak pandemi yang begitu kuat membuat mereka harus bertindak cepat.
“Sebagai pendiri, kami memiliki konflik moral terhadap tim kami dan pemegang saham kami. Untuk kebaikan perusahaan yang lebih besar, kami harus bergerak cepat mengurangi biaya untuk menyimpan dana tunai untuk memastikan landasan pacu selama 18 bulan demi mengantisipasi resesi global,” tuturnya.
Sebelum mengambil layoff, perusahaan sudah memotong semua pengeluaran yang tidak penting, seperti membatalkan berbagai langganan, perjalanan, biaya hosting, dan banyak lagi. “Pilihan terakhir kami adalah mengurangi jumlah pegawai. Sangat sulit harus melepaskan mereka dan memastikan Anda membantu mereka setelah pergi.”
Soong menambahkan, tidak hanya melakukan strategi bertahan saja. Perusahaan harus putar otak untuk meneruskan bisnis baru. Dalam waktu dua minggu setelah layoff, akhirnya perusahaan merilis Fotto.
“Di Fotto, kami membantu para pemain offline ke online, seperti puluhan ribu toko F&B yang terpaksa tutup untuk hadir secara online. Juga, membantu perusahaan dan brand menciptakan konten visual yang lebih baik dan menarik untuk bisnis mereka,” katanya.
Dia juga memastikan ke depannya perusahaan akan terus memberikan layanan fotografi perjalanan dan bisnis terbaik melalui jaringan lebih dari 10 ribu fotografer di seluruh dunia ketika industri mulai membaik.