Di tengah aktifnya rencana pembentukan dana kelolaan baru dan penggalangan dana dari Limited Partner (LP) dalam dan luar, sejumlah venture capital (VC) di Indonesia mengaku kemunculan kasus pertama virus Corona (COVID-19) belum terlalu mempengaruhi agenda investasinya saat ini.
Menurut Head of Investor Relations & Capital Raising MDI Ventures Kenneth Li, dampaknya belum akan terasa untuk iklim investasi dalam negeri. MDI Ventures tahun ini sedang menyiapkan dua dana kelolaan baru dan menggalang dana senilai Rp7 triliun.
Hanya saja, ungkap Kenneth, sejumlah aktivitas MDI Ventures di Singapura mulai diredam dan dikerjakan dari rumah (work from home).
“Tapi, fundraising dari global mungkin agak melambat karena akses untuk air travel mulai sulit. Untungnya, kami sudah mau close semua, jadi tidak terlalu berimbas untuk MDI Ventures,” ungkap Kenneth kepada DailySocial.
VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures Markus Liman Rahardja memiliki pandangan yang sama. Ia juga menilai bahwa penyebaran COVID-19 belum terlalu berimbas besar terhadap industri VC di Indonesia, melainkan bisnis yang berkaitan langsung dengan konsumen.
“Sebetulnya, yang hit hard bukan kami, tapi mereka yang bermain di B2C, seperti OTA dan hospitality. Nah, pengaruhnya jadi sedikit-banyak. Sedikit di kami karena meeting yang dijadwalkan terpaksa ditunda. Tapi, banyak di mereka [bisnis B2C],” tuturnya
Markus juga menyebut bahwa hingga saat ini belum ada proses yang terganggu dari pengajuan izin pembentukan entitas di Singapura untuk dana kelolaan baru BRI Ventures.
Sementara itu, Managing Partner IndoGen Capital Chandra Firmanto lebih mengkhawatirkan apabila masyarakat bereaksi berlebihan terhadap kasus COVID-19 di Indonesia. Pasalnya, hal tersebut dapat memperlambat berbagai aktivitas dan iklim investasi.
“Sebetulnya appetite dan dana [berinvestasi] itu ada. Itu yang paling penting. Tapi jadi tertunda saja karena closing bisa jadi lebih lambat dari target awal,” tuturnya.
Ancaman COVID-19 terhadap industri startup dunia
Sejumlah perusahaan global telah mengambil langkah signifikan untuk menghindari risiko penyebaran virus Corona yang lebih luas. Sebagaimana diwartakan CNN, JPMorgan Chase & Co meminta 1.000 karyawannya untuk bekerja dari rumah untuk mengetes bagaimana penyebarannya.
Perusahaan raksasa teknologi yang “bermukim” di Seattle, seperti Amazon, Facebook, Google, dan Microsoft juga melakukan hal yang sama kepada seluruh pekerjanya. Hal ini menyusul salah satu karyawan Facebook yang dinyatakan positif terfinfeksi virus Corona.
Keputusan-keputusan tersebut mendorong Google menggratiskan layanan Hangouts Meet premium. Kebijakan ini berlaku sejak pekan lalu hingga 1 Juli 2020. Google berharap hal ini dapat memudahkan setiap orang bekerja dari rumah.
Tak dapat dihindari, penyebaran COVID-19 di lebih dari 90 negara mulai memberikan efek domino terhadap aspek perekonomian dan bisnis di dunia. Salah satu sektor yang diprediksi terdampak adalah industri startup.
Dalam tulisannya yang dimuat di Medium, perusahaan VC raksasa Sequoia Capital memperingatkan bahwa penyebaran COVID-19 bakal memberikan efek turbulensi terhadap bisnis dan iklim investasi di industri startup dunia. Sequoia bahkan menyebut COVID-19 sebagai “The Black Swan di 2020”.
“Karena ada di sejumlah negara, kami menyadari lebih awal tentang efek corona terhadap bisnis global. Memang ada bisnis yang akan terdampak positif dengan hal ini, tapi sejumlah perusahaan mengalami kesulitan seiring dengan adanya penurunan aktivitas, penundaan meeting karena travel ban, dan imbas supply chain karena adanya lockdown di sejumlah pabrik di Tiongkok,” paparnya.
Sequoia memperingatkan seluruh ekosistem startup dan turunannya untuk memikirkan ulang sejumlah aspek bisnisnya di sepanjang tahun ini. Beberapa aspek penting ini adalah pengelolaan dan pengeluaran modal, penggalangan dana, prediksi penjualan, penambahan karyawan, peningkatan produktivitas, hingga strategi marketing.
“Meskipun mungkin bisnis Anda belum akan terdampak langsung dari kasus ini, Anda perlu mengantisipasi bahwa konsumen bisa saja mengubah spending habit mereka,” menurut Sequioa.