Dark
Light

Studi Terbaru Klaim Kemampuan Spasial Pria dan Perempuan Sama

1 min read
January 31, 2020
sumber: Undark

Selama hampir 40 tahun, para peneliti percaya, laki-laki memiliki spatial cognition — kemampuan terkait navigasi, seperti membaca peta — yang lebih baik daripada perempuans, khususnya terkait hasil tes rotasi mental. Dengan tujuan untuk mempelajari spatial cognition pada individu dan gamer, Mark Campell dan Adam Toth dari Lero Esports Science Research Lab melakukan penelitian di University of Limerick, Irlandia. Berdasarkan riset tersebut, diketahui bahwa kemampuan spatial cognition laki-laki dan perempuan sama.

“Nilai yang lebih tinggi pada tes spatial cognition biasanya berarti seseorang memiliki IQ yang lebih tinggi dan pemahaman yang lebih baik tentang mata pelajaran STEM (Science Technology Engineering and Math) di sekolah dan universitas,” kata Campbell, menurut laporan Technology Network. Sementara Toth mengatakan bahwa studi yang mereka lakukan menunjukkan bahwa pria tidak memiliki kelebihan dalam tes rotasi mental. Dengan memperpanjang durasi tes, pria tidak pasti mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari perempuan. Atau jika laki-laki mendapatkan nilai yang lebih tinggi, biasanya ada alasan lain yang menyebabkan hal itu dan bukannya gender.

Untuk melakukan studi ini, Campbell dan Toth menggunakan teknologi eye-tracking paling canggih. Satu hal menarik lainnya yang ditemukan dari riset yang dirilis di Nature Scientific Reports ini adalah strategi yang digunakan oleh pria dan perempuan dalam menyelesikan tes biasanya berbeda. Itu menunjukkan, untuk mencapai hasil yang sama, perempuan dan laki-laki menggunakan cara yang berbeda.

EVOS Galaxy Sades - PBIWC 2019
EVOS Galaxy Sades di PBIWC 2019 | Sumber: Point Blank Indonesia

Saat ini, industri gaming dan esports memang masih didominasi oleh laki-laki. Menurut T. L. Taylor, seorang profesor di bidang studi media komparatif di Massachusetts Institute of Technology (MIT), salah satu alasan mengapa perempuan enggan untuk masuk ke dunia esports adalah karena harassment (penggangguan) yang kerap terjadi.

Hybrid sempat mengobrol Violetta “Caramel” Aurelia yang merupakan bagian dari tim khusus perempuan EVOS Esports. “Untuk ini sangat perlu,” kata Violetta ketika ditanya apakah turnamen esports khusus perempuan perlu diadakan. “Walaupun nggak ada batasan fisik buat pemain, tapi pada kondisi esports sekarang, pemain perempuan jadi sulit ikut berkompetisi di kompetisi resmi karena alasan seperti, perempuan itu susah dikendalikan emosinya, baperan dan lain sebagainya.” Dia mengatakan, dengan adanya turnamen khusus perempuan, hal ini akan mendorong para pemain perempuan untuk ikut aktif dalam berkompetisi.

Perkataan Violetta ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Shinta Dhanuwardoyo, CEO dan Pendiri Bubu.com, yang menyelenggarakan IDBYTE 2019. Ketika itu, IDBYTE 2019 tidak hanya mengadakan konferensi terkait esports, tapi juga turnamen PUBG Mobile yang dibagi dalam dua kategori berdasarkan gender. Satu hal yang Shinta banggakan adalah fakta bahwa hadiah turnamen untuk perempuan sama dengan total hadiah turnamen pria. Turnamen khusus perempuan itu diharapkan bisa menjadi platform bagi atlet esports perempuan untuk unjuk gigi. Di masa depan, dia berharap pemain esports perempuan akan bisa bersaing di pertandingan atau tim yang sama dengan tim pria.

Sumber header: Undark

Bizdev dalam Startup
Previous Story

Ruang Lingkup Tim Bizdev dalam Startup

Next Story

Demi Regenerasi, 100 Thieves Meluncurkan 100 Thieves Next

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan

Peran Mobile Esports Dalam Pertumbuhan Industri Esports Global

Beberapa tahun belakangan, industri esports memang tumbuh pesat. Setiap tahun,