Industri gaming di luar negeri sana kini membengkak menjadi segitu besarnya. Tahun 2019 ini saja, Newzoo memprediksi nilainya akan mencapai US$152,1 miliar. Jumlah ini bahkan mengalahkan valuasi gabungan industri film, musik, liga American Football NFL, liga basket NBA, liga baseball MLB, dan liga hoki es NHL.
Melihat ini, maka tak heran jika superstar di dunia gaming juga bisa punya pendapatan melebihi dari superstar di bidang industri hiburan lainnya. Baru-baru ini salah satu media asal Inggris Raya, The Sun, melaporkan bahwa pendapatan tahunan Ninja dan Shroud, duo superstar streamer, sudah melebihi pendapatan pemain bola ternama, Harry Kane dari Tottenham Hotspurs dan Virgil van Dijk dari Liverpool.
Laporan ini dibuat berdasarkan laporan dari Bloomberg yang mengatakan bahwa Ninja mendapatkan US$40 juta (Rp559 miliar) untuk kontrak selama tiga sampai lima tahun. Ini artinya pendapatan Ninja sekitar US$13,3 juta (Rp185 miliar) setiap tahunnya. Jumlah tersebut terpaut cukup tipis jika dibandingkan dengan kontrak milik Harry Kane yang sejumlah US$13,2 juta per tahun (Rp184 miliar), dan beda cukup besar dibanding van Dijk yang menerima US$12,2 juta (Rp170 miliar) per tahun.
Pendapatan streamer sebagai seorang entertainer di kalangan gamers memang terbilang cukup besar. Sebelumnya, Hybrid juga sudah sempat melaporkan, bahwa Ninja bisa menerima Rp700 juta per jam, hanya untuk mempromosikan dengan memainkan sebuah game di dalam streaming yang ia lakukan.
Laporan itu tersebut muncul setelah Ninja dan Shroud ramai-ramai memainkan Apex Legends sebagai bagian dari usaha Electronic Arts untuk mempromosikan game Battle Royale bertempo cepat besutannya.Tak hanya di luar negeri sana, streamer di Indonesia juga terbilang cukup makmur dengan pendapatan yang cenderung lebih besar dibanding rata-rata gaji pekerja di ekosistem esports. Dalam perbincangan saya dengan salah seorang streamer, ia mengatakan bahwa dirinya menerima pendaptan bersih sekitar Rp14 juta setiap bulannya.
Namun itu tidak didapatkan lewat mitos yang selama ini ramai tersebar di kalangan awam, yaitu main game lalu dapat uang. Sang streamer harus konsisten terlihat ceria dan menghibur penontonnya selama kurang lebih 3 jam setiap harinya. Belum lagi selalu ada evaluasi untuk setiap streaming yang ia lakukan, dengan kemungkinan bayarannya menurun jika angka engagement atau viewership yang dia dapatkan menurun.
Terlepas dari semua hingar bingar soal uang yang didapatkan seorang streamer, nyatanya tetap butuh usaha yang keras untuk dapat mencapai hal tersebut, bahkan untuk seorang Ninja. Ia sendiri sudah malang melintang di dunia gaming sejak dari 2009 lalu. Mengawali karirnya sebagai seorang pemain profesional Halo 3, ia lalu mulai menjajaki karir sebagai streamer di 2011, dan baru mulai populer awal 2018 saat Fortnite baru rilis.
Jadi anggapan awam “main game lalu dapat uang” sebenarnya tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Karena di baliknya ada sebuah proses yang tidak bisa didapatkan secara instan, dan butuh berbagai macam pengorbanan untuk mencapainya.
Sumber header: The Verge