Sama seperti di belahan dunia lain, esports scene di Uni Emirat Arab tengah berkembag. Tahun lalu, telah ada turnamen esports dengan hadiah hingga puluhan ribu dirham. Sayangnya, munculnya turnamen esports berhadiah besar tak menjamin semua gamer bisa menjadi atlet esports. Pertanyaannya, apakah esports scene di Uni Emirat Arab memiliki potensi untuk tumbuh sehingga menjadi gamer profesional adalah profesi yang pantas untuk dikejar? Untuk menjawab pertanyaan ini, Time Out Dubai mewawancarai dua pelaku industri esports, yaitu John Lacey, pendiri Power League Gaming dan Serge Zabbal, Business Director dari Empire Entertainment.
“Salah satu tantangan dalam esports adalah mimpi bahwa semua orang bisa sukses dalam dunia competitive gaming. Itu tidak sepenuhnya benar. Ada jutaan gamer, dan hanya sedikit sekali yang bisa hidup dari uang yang mereka dapatkan,” kata Lacey pada Time Out Dubai. Dia mengatakan, untuk mengembangkan ekosistem esports di Uni Emirat Arab, para pelaku industri sebaiknya membahas tentang lowongan pekerjaan yang memang nyata ada di industri. “Dalam 10 acara yang saya tangani, saya bisa bilang bahwa kami mempekerjakan 500 orang untuk acara tersebut, dan hanya 10 persen yang merupakan gamer. Sisanya adalah cameramen, produser, desainer, dan orang-orang dari berbagai industri lain, termasuk olahraga dan musik. Mereka semua adalah kreator konten.”
Selain kemungkinan sukses yang kecil, masalah lain yang dihadapi oleh orang-orang yang ingin menjadi gamer profesional adalah durasi karir yang sangat singkat. Bahkan jika dibandingkan dengan atlet olahraga tradisional, karir pemain esports tetap lebih singkat. Biasanya, setelah mengundurkan diri sebagai gamer profesional, seseorang akan mengembangkan karir sebagai streamer. Mereka juga bisa memilih untuk bekerja di balik layar, misalnya dengan menjadi pelatih atau analis.
Lacey mengungkap, saat ini, jumlah atlet esports dari Uni Emirat Arab lebih banyak dari jumlah atlet olahraga tradisional. “Ada puluhan atlet esports yang menjadi pemenang dalam turnamen dengan persaingan sangat ketat. Pencapaian para pemenang ini masih kurang dihargai,” ujarnya. Menurut Esports Earnings, salah satu pemain esports asal Uni Emirat Arab dengan pendapatan terbesar adalah pemain Street Fighter V: Arcade Edition, Adel Anouche yang juga dikenal dengan nama Big Bird.
Sementara itu, Zabbal membahas tentang bagaimana tim esports asal Uni Emirat Arab bisa sukses pada turnamen tingkat internasional. “Agar tim lokal bisa sukses di tingkat internasional, mereka harus lebih sering bertarung di tingkat regional,” ungkapnya. “Kita perlu platform atau liga lokal yang diadakan rutin untuk mendorong gamer agar bisa menjadi lebih baik. Tapi ini akan membutuhkan waktu lama,” katanya. “Kita perlu membuat ekosistem — bootcamp dan kompetisi rutin. Namun, membuat ekosistem yang bisa membuka jalan bagi para pemain agar sukses akan membutuhkan waktu lama.”
Sumber header: Time Out Dubai