Seperti diketahui sebelumnya, startup decacorn Gojek saat ini tengah menggalang pendanaan dalam putaran seri F. Perusahaan menargetkan dana baru sebesar $3 miliar (setara 42,2 triliun Rupiah) untuk mendukung percepatan ekspansi di kancah regional.
Putaran terakhir diumumkan pada September 2019 lalu dengan partisipasi perusahaan asuransi dan investasi AIA Indonesia. Sebelumnya di bulan Juli 2019, Visa dan tiga unit bisnis Mitsubishi juga turut bergabung. Termasuk Astra di Maret 2019 serta Google, JD.com, dan Tencent Holdings di Oktober 2018.
Dalam sebuah acara di Singapura, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menyampaikan, putaran seri F kemungkinan ditutup pada Januari 2020. Prakiraannya, saat ini perusahaan sudah bukukan sekitar $2 miliar. Kabarnya raksasa e-commerce Amazon tengah dalam pembicaraan untuk kemitraan strategis dengan Gojek.
Kemungkinan IPO
Di kesempatan lain, dalam sebuah wawancara denganKomisaris Gojek Boy Thohir, disampaikan bahwa setiap unit bisnis yang ada sudah dirancang untuk mendulang profit di waktu mendatang. Babak investasi baru yang terus digalang menurutnya memang bagian dari rencana pertumbuhan (growth).
“Di masa depan, setiap bagian dari bisnis Gojek akan profit. Tujuannya untuk mencapai pada ukuran tertentu. Guna mencapai ini, maka harus mengeluarkan uang terlebih dulu. Ketika mencapai target pertumbuhannya, Gojek akan profitable,” ujar Boy.
Ia juga akan mendorong perusahaan untuk melakukan penawaran publik (IPO). “Saya pikir setiap startup akan berkembang menjadi perusahaan publik. Ini adalah cara investor untuk exit.”
Boy pun mengarahkan Gojek untuk melantai di bursa saham. Ia pun terus mendorong BEI untuk lebih proaktif memberikan nilai tambah bagi startup agar lebih tertarik melakukan IPO di Indonesia.
Rencana IPO turut disampaikan Andre dalam konferensi pers ulang tahun ke-9 Gojek di Jakarta (02/11). Saat ini perusahaan sudah mempersiapkan langkah untuk ke sana, kendati belum menentukan waktu terbaiknya. Dipastikan juga BEI akan menjadi salah satu pilihan, karena ada peluang perusahaan melakukan pencatatan di dua tempat (dual listing).
Kabar ekspansi
Saat ini Gojek sudah mulai memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam, dan Singapura. Sementara di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Kabar teranyar, mereka telah jalin kemitraan strategis dengan perusahaan taksi terbesar di Singapura, Trans-Cab. Per Desember 2019 ini, layanan taksi bisa dipesan lewat aplikasi Gojek. Sementara di Malaysia, pemerintah setempat sudah memberikan izin kepada Gojek untuk melakukan uji tuntas layanan ojek online di tahun 2020.
“Pertumbuhan di Thailand dan Vietnam sangat baik. Gojek berpotensi jadi pemimpin pasar. Di Asia Tenggara, Indonesia jadi pasar terbesar. Pemain yang mendominasi pasar Indonesia menjadi juara, karena mewakili setengah dari pasar regional,” tutur Boy.
Ia pun memberikan komentar tentang pesaingnya, Grab, yang saat ini punya valuasi lebih besar. “Saya yakin Gojek akan menjadi juara di Asia Tenggara. Bahkan karena para pesaingnya mungkin memiliki lebih banyak dana. Saya pikir uang bukan segalanya. Perusahaan Indonesia harus mendukung Gojek.”
Selain jasa transportasi, saat ini Gojek telah operasikan berbagai jenis layanan. Termasuk yang teranyar platform vodeo on demand GoPlay. Platform digital wallet miliknya juga berhasil penetrasi di pasar. Menurut laporan Fintech Report 2019, GoPay jadi layanan digital wallet yang paling banyak digunakan di Indonesia.