Dark
Light

FunPlus Phoenix Menangkan League of Legends World Championship

3 mins read
November 11, 2019
MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES

FunPlus Phoenix (FPX) keluar sebagai juara League of Legends World Championship setelah mengalahkan G2 Esports di babak final yang diadakan di Accorhotels Arena, Paris, Prancis. Tim asal Tiongkok itu menang telak dengan skor 3-0. Padahal, G2 Esports dijagokan sebagai juara setelah mengalahkan SK Telecom T1 di babak semifinal. Sementara itu, di babak semifinal, FPX mengalahkan Invictus Gaming, yang menjadi juara dari LWC 2018. Meskipun begitu, FPX tak dijagokan sebagai juara karena tim Invictus dianggap telah melemah. Menurut laporan InvenGlobal, FunPlus Phoenix tak hanya menang dari G2 Esports dalam kemampuan individual para pemainnya, FPX juga memiliki strategi yang lebih baik. Tim Tiongkok itu berhasil menekan G2 Esports yang menjuarai League of Legends European Championship sepanjang permainan.

Perjalanan FunPlus Phoenix untuk menjadi juara tak mulus. Dalam League of Legends Pro League Summer 2018, mereka kalah dari JD Gaming. Namun, mereka berhasil menjadi juara dalam LPL Summer 2019. Menurut ESPN, performa FPX pada group stage dari LWC juga tak terlalu mengagumkan. Meskipun begitu, mereka tetap berhasil meraih kemenangan di babak perempat final serta babak semifinal dan melaju ke babak final. Jungler FPX, Gao “Tian” Tian-Liang, menunjukkan kemampuannya dengan menekan Marcin “Jankos” Jankowski dari G2, membuatnya memenangkan gelar MVP. Tian juga memiliki peran penting dalam setiap strategi FPX untuk menekan G2. “Ketika saya di Tiongkok, saya sering membaca komentar di forum komunitas, dan banyak orang yang berkata bahwa Tian bermain seperti pemain ini atau pemain itu,” kata Tian, seperti dikutip dari InvenGlobal. “Saya rasa, saya telah menunjukkan pada dunia gaya bermain saya sendiri.”

Sayangnya, kemenangan FPX diiringi dengan kabar bahwa salah satu pemainnya, Midlaner Kim “Doinb” Tae-sang, berencana untuk pensiun. Memang, sebelum ini, Doinb telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. “Saya rasa, saya telah membuktikan kemampuan saya,” kata Doinb, menurut laporan Dexerto. “Banyak orang yang berkata bahwa midlaner dengan gaya bermain seperti saya tidak akan bisa memenangkan LWC, tapi saya telah membuktikan bahwa saya bisa menang. Kami telah menunggu selama 40 hari untuk mengatakan ini, dan akhirnya kami bisa mengungkapkannya. Kamilah sang juara!”

Doinb menjelaskan bahwa saat ini, dia masih berjuang untuk pulih dari cederanya. Dia juga mengungkap sedikit rencananya jika dia memang akan pensiun, yaitu menghabiskan lebih banyak waktu bersama istrinya, Li “Umi” Youzi. “Sebelum Worlds, saya berkata pada Umi bahwa saya akan membawanya ke Worlds, tapi saya tidak bilang saya akan bisa menang… Saya ingin berterima kasih padanya karena selalu mendukung saya. Sebelum ini, saya telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, tapi dia bilang, saya harus lebih percaya pada kemampuan saya sendiri, dan mencoba untuk terakhir kalinya. Saya tidak akan bisa mengangkat tropi ini tanpa dukungannya,” kata pemain asal Korea Selatan ini.

Umi yang selalu mendukung Doinb. | Sumber: MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES via Dexerto
Umi yang selalu mendukung Doinb. | Sumber: MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES via Dexerto

Doinb mengaku, Umi hampir memintanya untuk tak ikut dalam World Championship karena dia masih cedera. Namun, pada akhirnya, Umi justru mendorong Doinb untuk ikut dalam LWC, yang berakhir manis dengan kemenangan FPX. “Dia sangat khawatir, pada awalnya, mengingat kondisi saya. Secara fisik, kondisi saya tidak prima, jadi dia khawatir, tapi dia merasa, sangat sayang jika saya mengundurkan diri sekarang. Saya ingin meminta maaf padanya. Semua orang tahu ini, tapi saya jarang pulang bahkan ketika tim tengah rehat. Dan jika saya pulang, saya terus bermain. Saya ingin meminta maaf pada Umi. Saya akan menghabiskan waktu lebih banyak denganmu nanti. Kita telah menikah, jadi kita bisa hidup bersama sekarang.”

Pembukaan League of Legends World Championship

Dengan valuasi lebih dari US$1 miliar, esports kini tak lagi dipandang sebelah mata. Total hadiah yang diberikan dalam turnamen esports juga bisa menyaingi kompetisi olahraga tradisional. Tampaknya, Riot Games juga ingin menunjukkan bahwa acara pembukaan League of Legends World Championship tak kalah dengan ajang olahraga bergengsi lain, seperti Olimpiade atau Super Bowl. Pada 2017, saat babak final LWC diadakan di Beijing, Riot menggunakan Augmented Reality untuk membuat naga raksasa terbang mengitari di stadion. Sementara pada tahun lalu, mereka mengadakan konser yang menggabungkan penyanyi asli dengan band K-Pop virtual. Tahun ini, Riot menggunakan teknologi hologram yang mereka sebut holonet. Adam Mackasek, Associate Manager of Esports Event, Riot Games, menjelaskan, holonet memiliki bentuk serupa “layar bioskop, tapi ada banyak lubang untuk membuat gambar terlihat seperti 3D.”

Mackasek menjelaskan, mereka mencari inspirasi untuk pembukaan LWC dari berbagai acara olahraga besar. “Kami menonton Super Bowl Halftime Show, dan kami mengamati setiap detailnya: Hei, saya suka cara mereka menyajikan momen ini,” kata Mackasek, pada CNN Business. “Begitu juga dengan Olimpiade. Selama setahun, kami mencoba untuk mengerti bagaimana cara mereka menyajikan konten.” Mackasek mengaku, timnya sempat mempertimbangkan untuk kembali menggunakan teknologi AR seperti yang mereka lakukan pada tahun lalu. Namun, dia mengungkap, mereka selalu ingin menggunakan teknologi baru. “Kami tidak ingin penonton bisa menebak akan apa yang akan mereka saksikan. Menantang bagi kami untuk membuat rencana yang sama sekali baru,” katanya.

Sumber header: MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES via Dexerto

Previous Story

Selesai Diselenggarakan, Ini Jawara-Jawara Gelaran SEACA 2019

Next Story

Steam Helat Singles’ Day Sale Perdananya

Latest from Blog

Don't Miss

Champion baru League of Legends, Briar

Mengenal Briar, Champion Baru League of Legends yang Sering Kehilangan Kendali

Sempat muncul bocorannya beberapa waktu lalu, Briar akhirnya resmi diperkenalkan

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan