Dark
Light

Ubah Fokus Kegiatan, NextIcorn Tahun Ketiga Perbanyak “Deal” Investasi Baru

2 mins read
November 7, 2019
Memasuki tahun ketiga, NextIcorn (Next Indonesia Unicorn) menggeser fokus kegiatannya dengan perbanyak pertemuan bilateral demi mencetak deal investasi baru
Momen NextICorn tahun lalu, saat mantan Menkominfo Rudiantara dan mantan Kepala BKPM Thomas Lembong, berpose bersama empat founder startup unicorn / Kemkominfo

Memasuki tahun ketiga, gelaran tahunan NextIcorn (Next Indonesia Unicorn) menggeser fokus kegiatannya dengan perbanyak pertemuan bilateral antara investor dengan startup demi mencetak deal investasi baru. Perubahan ini sekaligus menandakan dimulainya NextIcorn sebagai sebuah yayasan independen.

Chairman of NextICorn Daniel Tumiwa menjelaskan, pada dua tahun sebelumnya, NextICorn masih berstatus sebagai program konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ada misi pemerintah yang dibawa dengan menggelar berbagai konferensi dan seminar yang menghadirkan banyak pembicara.

“Kami ingin mengurangi itu, dengan lebih perbanyak meeting bilateral. Kami harus menganggarkan dana yayasan agar bisa mempersiapkan mimpi yang lebih besar ke depannya,” terang dia, Kamis (7/11).

NextICorn tahun ini akan diselenggarakan pada 14-15 November 2019 di Jimbaran Hub, Bali. Targetnya dihadiri 150 investor dari berbagai belahan negara dan 132 startup lokal.

Dari kurasi tahapan pendanaan startup, sekitar 20% dari mereka sudah mendapat pendanaan di bawah $1 juta, 55% telah memperoleh pendanaan antara $1 juta-$5 juta, dan 25% di atas $5 juta.

Diharapkan bakal ada 4.800 permintaan pertemuan bilateral dalam dua hari tersebut dan setidaknya ada 1.500 pertemuan yang bisa mengarah ke pertemuan lanjutan hingga benar-benar terjadi deal.

Sebagai catatan, tahun lalu acara ini didatangi oleh 125 investor dan 88 startup. Terjadi 3.999 permintaan pertemuan selama cara tersebut, namun realisasinya hanya 801 pertemuan saja. Dari situ, pertemuan follow up sebanyak 400 pertemuan.

Startup yang bergabung telah dikurasi secara ketat. Daniel menjelaskan, ada sejumlah kriteria yang mesti dipenuhi, misalnya berbentuk PT atau PMA dengan kepemilikan lokal minimum 25% dan setidaknya sudah memperoleh investasi $100 ribu dari investor eksternal.

Bila masih bootstrap startup peserta minimal punya traksi sebesar 5 juta MAU untuk startup media, GMV di atas $1 juta untuk startup e-commerce, atau aplikasi sudah diunduh lebih dari 1 juta kali. Jika berbentuk startup SaaS, minimal Annual Recurring Revenue (ARR) sebesar $500 ribu.

Setelah itu mereka harus mengikuti proses wawancara oleh tim Amvesindo sampai akhirnya resmi masuk ke daftar peserta.

Seluruh ringkasan (compendium) dari startup ini akan diberikan secara eksklusif dan rahasia bagi investor. Level investor yang datang juga dibatasi, minimal selevel Managing Director.

“Klasifikasi ini membuat kurasi startup yang dihadirkan berkualitas. Bagi investor, list ini akan memudahkan mereka untuk langsung mengadakan pertemuan dengan startup. Informasinya sudah lengkap, bisa langsung dibaca.”

Daniel menyebut sejauh ini, pihaknya telah menerima sekitar 100 startup yang mendaftarkan diri. 40 startup di antaranya adalah perusahaan baru yang didominasi sektor kesehatan, pendidikan, dan agrikultur.

Sepenuhnya biayai sendiri

Semenjak menjadi yayasan, NextICorn kini membiayai seluruh kegiatannya secara mandiri dan ini adalah tahun pertamanya. Pada dasarnya, yayasan ini didirikan secara personal dengan dana sendiri oleh para founder-nya yang datang dari berbagai stakeholder.

Beberapa nama tersebut adalah Rudiantara, Thomas Lembong, Lis Sutjiati, Rambun Tjajo, Nadiem Makarim, Achmad Zaky, William Tanuwijaya, Feri Unardi, Rudy Ramawy, David Rimbo, dan Donald Wihardja. Di luar itu, NextICorn mendapat jajaran investor dari kalangan korporat, termasuk Gojek, BCA, Grup Sinar Mas, dan Grup Astra.

Daniel menuturkan, bersama seluruh stakeholder, pihaknya akan menyeriusi NextICorn agar tidak sekadar sebagai acara konferensi tahunan skala internasional, tetapi melakukan promosi ke seluruh Indonesia dan mendorong kolaborasi antara startup dengan korporat.

Timing-nya sekarang pas. Korporasi mulai lirik startup untuk kolaborasi. Beberapa di antara mereka juga sudah mulai inisiasi masuk ke digital. Beberapa tahun lalu jembatannya terlalu jauh, sekarang sudah pas,” pungkasnya.

Pembayaran tagihan, pembelian asuransi, dan pembelian produk investasi menjadi ujung tombak Blanja untuk mendorong penerimaan
Previous Story

Tahun Depan Blanja Fokus ke Pembelian Produk Digital

Next Story

Benarkah Bisnis Esports di Asia Lebih Menguntungkan daripada Amerika Serikat?

Latest from Blog

Don't Miss

DailySocial berdiskusi dengan beberapa VC tentang bagaimana pertanggungjawaban startup ke investor, pegawai, dan stakeholder lainnya jika terpaksa ditutup

Ketika Startup Harus Menutup Bisnis

Penutupan startup adalah proses yang tidak dapat dihindari ketika produk

Lessons Learned from Daniel Tumiwa’s Tech Journey

Daniel Tumiwa has a series of stories about his career