Gojek memantapkan diri untuk ekspansi ke Malaysia dan Filipina pada tahun depan. Rencana ini termasuk dalam rangkaian strategi jangka panjangnya yang dinamai “Going the Distance.”
“Tahun depan ada dua negara tambahan, Malaysia dan Filipina. Kami sedang persiapkan semua agar bisa hadir di dua negara tersebut. Di Filipina sebenarnya kami sudah hadir tapi sebagai sistem pembayaran, untuk layanan transportasinya sedang kami upayakan,” ucap Co-CEO Gojek Andre Soelistyo, Sabtu (2/11).
Perusahaan sebelumnya sudah mencadangkan dana sebesar $500 juta (hampir 7 triliun Rupiah) untuk ekspansi global. Dia menyebut dana tersebut masih memadai untuk masuk ke negara baru.
Rangkaian ekspansi ini dimaksudkan untuk mewujudkan aspirasi perusahaan yang ingin jadi berskala global. Andre berharap dapat meningkatkan rasio pelanggan Indonesia vs pasar internasional menjadi 50:50 dari saat ini 80:20. Target ini bakal dicapai paling lambat sampai lima tahun ke depan.
“Indonesia tetap menjadi ujung tombak buat kami. Apa yang kami pelajari selama ini ada kecocokan buat negara berkembang. Isunya sama, ada inefisiensi dan infrastruktur yang kurang maju, sehingga bisa bantu UMKM-nya untuk maju. Menurut kami, platform kami cocok.”
Sejalan dengan itu, pihaknya ingin membuka layanan Gojek yang ada di Indonesia untuk di bawa keluar. Tentunya, perlu dipilih yang mana yang sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sebab belum tentu apa yang cocok di Indonesia pasti cocok untuk negara tersebut.
“Tinggal dari para pemimpin Gojek di negara tersebut yang memilih, mana yang cocok. Mimpinya tahun depan ingin sediakan layanan apa saja asalkan bisa memuaskan para pelanggan.”
Khusus di Singapura, Andre menyebut tantangan di negara tersebut hanya akan sekitar transportasi, sebab masalah di sana adalah mengenai mobilitas. Lantaran perekonomian di sana terpaut lebih maju dibandingkan negara tetangganya.
“Singapura itu unik karena kelas atas dan jumlah penduduknya sedikit, jadi apa yang cocok di Indonesia belum tentu cocok di Singapura. Makanya fokus kita di sana adalah transportasinya.”
Perjalanan Gojek ke luar kandang, dimulai dari akhir 2018 dengan masuk ke Singapura. Lalu berlanjut ke Thailand dan Vietnam, selang beberapa bulan kemudian. Di Filipina sebenarnya sudah ada, tapi sebagai sistem pembayaran.
Layanan yang disediakan di negara tersebut masih seputar transportasi dan antar makanan. Padahal, di Indonesia Gojek sudah menyediakan lebih dari 20 ragam layanan, baik disediakan sendiri maupun bekerja sama dengan pihak ketiga.
Diklaim kontribusi bisnis internasional Gojek untuk total transaksinya (Gross Transaction Value/GTV) dalam setahun terakhir mencapai $1,5 miliar (hampir 21 triliun Rupiah). Pengguna aktif (MAU) Gojek di Singapura disebutkan ada 800 ribu orang, Vietnam (4,3 juta), Thailand (2 juta).
Pada saat yang sama, perusahaan sesumbar bangga dengan konsep super app yang kini menjadi referensi pemain teknologi global, salah satunya Uber. Model ini berhasil membuktikan ekosistem bisnis yang menghubungkan jutaan orang, pelanggan, mitra driver, merchant, serta penyedia layanan.
Andre juga turut bangga dengan mulai banyak talenta dari internasional yang melirik untuk berkarier di Gojek. Dalam enam bulan terakhir, perusahaan telah berhasil merekrut berbagai pemimpin industri teknologi kelas dunia antara lain dari Silicon Valley, serta perusahaan global terkemuka seperti NASA, Netflix, dan lainnya.
Pencapaian bisnis saat ini
Dalam rangkaian strategi “Going the Distance“, ada empat hal yang difokuskan. Yaitu, peningkatan kepuasan pelanggan, penyelarasan pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis, menjadi perusahaan global melalui ekspansi internasional, dan mewujudkan Gojek sebagai tempat bekerja kelas dunia.
Bila diterjemahkan dalam bentuk nyata, perusahaan akan memperkuat pengembangan tiga pilar produk yang paling dibutuhkan dan diminati pelanggan. Yakni, pesan antar makanan dan minuman, pembayaran, serta transportasi.
Ketiganya disebutkan mampu mencetak kontribusi margin positif di Gojek, meski tidak disertai angka detailnya. “Tiga produk di atas jadi titik tumpu untuk pengembangan produk kami berikutnya,” tambah Co-CEO Gojek Kevin Aluwi.
Berikutnya, menambah kerja sama dengan pihak ketiga untuk perluasan layanan baru, dan berinvestasi pada sarana dan inisiatif jangka panjang yang bisa memastikan pengalaman terbaik pelanggan dalam menggunakan aplikasi.
“Salah satunya investasi yang kami lakukan adalah membuat pemetaan [kartografi] semacam Googgle Maps untuk routing yang lebih cepat.”
Untuk menjaga bisnis yang sehat, Kevin menekankan perlu fokus pada pertumbuhan yang berorientasi pada penguatan produk untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Terutama dari basis pelanggan yang menggunakan tiga atau lebih layanan Gojek setiap bulannya (core users).
Dari grafik yang dipaparkan, transaksi yang datang dari core users pada 2018 ada 258 juta transaksi, pada tahun sebelumnya sebanyak 238 juta transaksi. Diklaim angka ini lebih tinggi dari Alibaba dan Lyft.
“Banyak user yang balik karena kualitas servis kita yang baik dari mitra dan aplikasi. Maka ke depannya, fokus untuk meningkatan pengalaman dan produk. Mudah-mudahan dengan tambahan fitur baru, akan ada aktivasi baru dari user yang angkanya bisa lebih tinggi lagi.”
Pencapaian bisnis Gojek saat ini, meski tanpa disertai detailnya, diklaim telah mencetak pertumbuhan pendapatan dua kali lipat dalam setahun terakhir. Pertumbuhan transaksinya dalam tiga tahun terakhir mencapai 1100%.
Pertumbuhan angka unduhan aplikasi Gojek mencapai 1.992 kali lipat sepanjang Januari 2015-Desember 2018. Total unduhannya lebih dari 155 juta kali. Adapun untuk pengguna aktif bulanan (MAU) ada 29,5 juta orang. Mitra pengemudi ada lebih dari 2 juta, merchant GoFood 500 ribu, dan GoLife 60 ribu.
Sempat disebut juga terkait rencana dual listing dalam rangka menuju bisnis yang berkelanjutan. Andre memastikan perusahaan akan listing di Indonesia dan satu negara lagi yang masih dipertimbangkan. Terkait kapan akan dilaksanakan, ia belum bersedia mengungkapkan lebih jauh, sebab semuanya masih dalam persiapan.
“Sedang dipertimbangkan di mananya karena tergantung kondisi pasar di tiap negara, pasti selalu ada pro dan cons-nya. Tapi yang pasti satu listing harus di Indonesia karena Gojek itu perusahaan milik Indonesia dan harus bisa berkontribusi ke pasar saham Indonesia,” tutupnya.