Dark
Light

LinkAja Mulai Uji Coba untuk Pembayaran Tiket KRL Jabodetabek

2 mins read
October 1, 2019
LinkAja mulai uji coba sebagai metode pembayaran nontunai untuk tiket KRL di 200 gate yang tersebar di 80 stasiun di Jabodetabek
Uji coba LinkAja di stasiun oleh Menteri BUMN Rini Soemarno bersama Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah dan Direktur Utama KAI Edi Sukmoro / DailySocial

LinkAja mulai uji coba sebagai metode pembayaran nontunai untuk tiket KRL per hari ini (1/10). Untuk sementara, uji coba baru dilakukan di 200 gate yang tersebar di 80 stasiun di Jabodetabek.

Uji coba ini turut dihadiri Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah, Direktur Utama KAI Edi Sukmoro, dan Direktur Utama LinkAja Danu Wicaksana. Mereka mencoba langsung pengalaman menggunakan LinkAja dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Jakarta Kota.

Rini menegaskan komitmennya dalam memperkuat sinergi antar perusahaan BUMN. Ke depannya bakal ada gimmick yang disiapkan BUMN untuk dukung inovasi ini. “Per hari ini mulai uji coba, semoga bisa efektif minggu depan. Sekarang baru tersedia di 200 gate bertanda khusus LinkAja di 80 stasiun,” terangnya.

Dia menambahkan ke depannya LinkAja bakal perluas kehadirannya di berbagai moda transportasi kereta api, termasuk LRT Cibubur-Cawang yang rencananya akan mulai uji coba. “Sementara baru KRL. Moga-moga nanti semua kereta akan bisa [pakai LinkAja], yang pasti LRT untuk Cibubur-Cawang bisa mulai uji coba kalau sudah mulai jalan.”

Danu melanjutkan, sembari uji coba, pihaknya juga menunggu persetujuan dari Bank Indonesia sebagai regulator. Lantaran ini adalah metode pembayaran yang tergolong baru diterapkan di KRL. Gate tiket KRL kini tidak hanya menerima pembayaran dengan kartu e-money fisik bank, tetapi juga merambah pembayaran digital.

LinkAja mengembangkan tiket KRL buat tiap pengguna tapi hanya berlaku selama 15-30 detik. Bahasa teknisnya disebut encrypted ID, bukan QR. “Kalau QR ini kan bisa buat bayar di gerai offline, tapi untuk tiket ini hanya berlaku sebentar, kita takut di-screenshot lalu disebar ke orang lain.”

Uji coba ini juga dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan sistem LinkAja ketika dicoba secara massal. Timnya akan meminta bantuan pihak KRL bagaimana implementasinya selama uji coba berlangsung dan apa saja feedback yang harus diperbaiki. Dibutuhkan proses edukasi agar orang terbiasa memakainya.

Untuk menggunakan LinkAja, pengguna cukup buka aplikasi, shake layar smartphone-nya sebentar untuk memunculkan tiketnya atau pilih menu Pay di laman utamanya, lalu pilih My QR. Setelah itu, dekati tiket minimal jarak 1 cm ke mesin sensor di gate KRL agar lebih mudah membacanya.

Sama seperti menggunakan kartu e-money fisik, LinkAja mewajibkan penggunanya untuk memiliki saldo minimal Rp13 ribu. Angka ini merupakan hitungan kasar untuk jarak terjauh penumpang. “Kita butuh saran dari teman-teman KCI [Kereta Commuter Indonesia] untuk melihat kebiasaan penumpang.”

Sinergi BUMN diperkuat

Di kesempatan terpisah, kemarin Danu hadir dalam penandatangan nota kesepahaman dengan Pegadaian. Kini gerai Pegadaian bisa menerima setoran tunai bagi yang ingin menambah saldo Link Aja dan penarikan dana di 4147 outlet Pegadaian di seluruh Indonesia.

Danu menjelaskan, sinergi ini diharapkan dapat mengedukasi secara konsisten mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang menggunakan uang tunai menjadi non tunai, serta optimalisasi jangkauan ke seluruh masyarakat untuk memberikan layanan keuangan yang efisien.

“Kami berharap point of services LinkAja yang mencapai lebih dari 100 ribu titik di seluruh Indonesia dapat semakin memberikan kemudahan untuk bertransaksi nontunai.”

Setiap transaksi cash in dan cash out di Pegadaian akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp1.500 untuk cash in dan Rp5 ribu untuk cash out.

Pegadaian termasuk salah satu dari delapan BUMN yang tertarik untuk jadi pemegang saham di LinkAja. Terdapat pula Garuda Indonesia, Angkasa Pura I dan II, Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen), Jasa Marga, KAI, dan Perum Damri.

Saat ini saham LinkAja dipegang oleh Telkomsel (25%), BRI, BNI, dan Mandiri (masing-masing 20%), BTN (7%), Pertamina (7%), dan Jiwasraya (1%).

Nantinya mereka akan masuk melalui penerbitan saham baru (rights issue) yang dilakukan LinkAja. Belum ada detail kapan rencana ini akan dilakukan dan bagaimana skema perubahan kepemilikan sahamnya.

Danu mengatakan, yang dicari dari masuknya BUMN ini bukan sekadar dana segar, melainkan sinergi untuk penetrasi produk LinkAja yang bakal makin beragam. “Karena sebelum ini, tidak bisa dipenetrasi. Tapi karena mereka (BUMN lain) jadi pemegang saham, jadi terbuka,” seperti dikutip dari Katadata.

Produk-produk BUMN yang menggunakan LinkAja adalah pembelian tiket kereta jarak jauh (KAI Access), restoran kereta api (Reska), LRT Palembang, tiket pesawat Citilink dan Garuda Indonesia, top up kartu e-money BNI, Mandiri, BRI, dan bayar tagihan atau beli polis asuransi Jiwasraya.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Jumlah Sponsor Tim Tiongkok di The International 2019 Naik, Kenapa?

Next Story

Kano Star Wars Coding Kit Ajak Anak-Anak Menjadi Jedi Lewat Perpaduan Motion Sensor dan Programming

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah