Dark
Light

Strategi Raiz Invest Jangkau Investor Reksa Dana Pemula

2 mins read
September 26, 2019
Raiz Invest
Raiz Invest segera rilis fitur untuk perencana keuangan / Raiz

Investor reksa dana di Indonesia saat ini baru sekitar 1,4 juta orang atau kurang dari 1% dari total populasi. Angka ini tertinggal jauh dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara yang porsinya sudah mencapai 20%. Masih banyaknya orang yang belum disentuh sebetulnya adalah kue bisnis yang begitu menggiurkan.

Oleh karena itu, wajar jika semakin banyak pemain investasi reksa dana online. Salah satu yang baru-baru ini meresmikan kehadiran adalah Raiz Invest. Pemain dari Negeri Kangguru itu menegaskan posisinya sebagai aplikasi yang dikhususkan untuk menjangkau pemula yang benar-benar sebelumnya tidak pernah berinvestasi reksa dana.

“Pemain yang lain itu kebanyakan supermarket reksa dana. Dari segi edukasi, ini ada gap karena buat orang awam bagaimana mereka bisa tertarik bila saat masuk ke sana harus memilih produk mana yang sesuai dengan profil risiko mereka, justru makin bingung. Butuh terobosan di sini,” ujar CEO Raiz Invest Melinda N. Wiria kepada DailySocial.

Menurutnya, justru Raiz menjadi pintu awal untuk membentuk kebiasaan, sebelum para investor pemula untuk masuk ke supermarket reksa dana tersebut. Ketika mereka sudah merasa paham, maka bisa melanjutkan ke platform lain.

“Jadi sebenarnya silakan bila pengguna Raiz Invest untuk pindah ke platform lain karena di kami memang didesain untuk mulai bangun kebiasaan berinvestasi buat orang yang benar-benar awam dan nominalnya Rp10 ribu saja untuk memulainya.”

Desain produk menyesuaikan ekspektasi pemula

Dari segi UI/UX, produk, dan opsi pembayaran yang disediakan Raiz diklaim disusun sesuai dengan ekspektasi investor pemula. Pertama, jenis reksa dana yang tersedia hanya ada satu pilihan produk dari manajer investasi.

Sekarang baru tersedia pilihan reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, dan saham yang dikelola oleh Avrist Asset Management. Ke depannya, Raiz akan menambah jenis reksa dana lainnya seperti syariah dan dana abadi (endowment fund).

“Kami sengaja tidak sediakan banyak produk reksa dana dari berbagai Manajer Investasi (MI). Dengan nominal kecil, investor bisa learning by doing, langsung masuk ke pasar modal dan merasakan sendiri, sehingga ongkos belajarnya jadi lebih singkat.”

Pemilihan MI, menurut Melinda, tidak sembarang. Karena ekspektasinya harus sesuai dengan apa yang ada di benak investor pemula, maka produk reksa dana yang disediakan harus pas. Ambil contoh, reksa dana tersebut portofolio penempatannya harus dikelola secara pasif.

Bila reksa dana pendapatan tetap, maka produk ini 100% ada di obligasi yang ditaruh di surat hutang milik pemerintah. Alhasil kinerja dari produk ini tercermin secara pasti dan bisa dibandingkan dengan produk deposito yang diterbitkan bank.

“Produk yang kami pilih biasanya tidak pernah masuk 10 besar dari top reksa dana dengan kinerja terbaik. Begitu juga buat reksa dana saham, harus 100% di saham LQ45 semua jadi investor bisa langsung belajar.”

Ekosistem pembayaran di Raiz dibuat sengaja dibuat tertutup untuk meminimalkan beban biaya yang harus dibayarkan pengguna, mengingat minimal investasi di Raiz hanya Rp10 ribu. Perusahaan baru bekerja sama dengan CIMB Niaga untuk gerbang pembayarannya.

Jadi sebelum bergabung di Raiz, investor disyaratkan harus memiliki rekening CIMB Niaga untuk pemindahan dananya. Melinda menyebut pihaknya akan membuka opsi pembayaran lainnya agar memudahkan investor, di antaranya dengan menggandeng aplikasi uang elektronik.

Target Raiz

Sejak meresmikan kehadirannya di akhir Agustus lalu, CMO Raiz Invest Fahmi Arya mengungkapkan aplikasinya telah diunduh lebih dari 2500 kali. Di situ, perusahaan mendapat 200 orang investor baru dan 100 orang lainnya sudah pernah terdaftar sebagai investor reksa dana.

Raiz sebenarnya sudah soft launch pada Maret, diklaim ada 90 ribu calon pengguna (pre-sign up users) menyatakan tertarik untuk bergabung.

Lantaran Raiz tidak fokus sebagai supermarket reksa dana yang parameter pencapaiannya adalah jumlah dana kelolaan, perusahaan justru fokus menambah jumlah pengguna. Fahmi menargetkan sampai akhir tahun bisa tembus di angka 40 ribu orang.

“Sekarang memang fokus bidik orang yang sudah punya rekening bank, tapi nanti mau bidik ke unbanked tapi sudah punya e-money. Makanya dalam waktu dekat akan tambah opsi pembayaran dari pemain non bank,” tambahnya.

Dari segi fitur juga akan ditambah. Rencananya Raiz akan merilis fitur untuk menyasar para perencana keuangan. Fahmi beralasan, fitur ini sebenarnya terinspirasi dari Raiz Invest di Australia. Di sana, aplikasinya banyak dipakai oleh para perencana keuangan untuk bantu klien mereka yang ingin mulai mengatur keuangannya dari awal.

“Untuk fitur ini, kami akan bidik perencana keuangan yang ada di bank. Di sana mereka sudah punya klien sehingga kami dapat lebih mudah penetrasi pasarnya.”

Adapun fitur yang sudah tersedia di Raiz saat ini adalah recurring investment (investasi dengan metode cicilan lewat auto debet); lump sum investment (investasi langsung dalam jumlah tertentu); dan round-up (investasi yang dikumpulkan dari setiap selisih nilai transaksi).

Previous Story

Respawn dan Oculus Umumkan Game VR Medal of Honor: Above and Beyond

Next Story

Canon EOS M200 Ramaikan Pasar Mirrorless Entry-Level dengan Perekaman Video 4K dan Eye Autofocus

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah